Show simple item record

dc.contributor.advisorAffandi, Ridwan
dc.contributor.advisorMashar, Ali
dc.contributor.advisorEffendi, Irzal
dc.contributor.authorKawirian, Rizky Regina
dc.date.accessioned2023-08-04T06:44:26Z
dc.date.available2023-08-04T06:44:26Z
dc.date.issued2023-08-03
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123066
dc.description.abstractPulau Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan sentra produksi budidaya lobster di Indonesia yang umumnya dilakukan di perairan laut terlindung berupa teluk. Pulau ini selain menjadi pusat budidaya, juga penangkapan benih bening (puerulus) terutama di Teluk Ekas. Teluk ini berada di bagian selatan pulau Lombok menghadap Samudera Hindia. Jenis lobster pasir (Panulirus homarus) merupakan yang paling banyak ditangkap dan dibudidayakan di teluk tersebut. Produksi lobster budidaya belum mampu mengimbangi permintaan pasar meskipun ketersediaan benih relatif melimpah. Rendahnya sintasan benih pada budidaya lobster menjadi permasalahan utama yang menyebabkan produksi kurang maksimal. Kapasitas pembudidaya dalam penguasaan teknologi dan ketersediaan pakan benih lobster dianggap sebagai faktor penentu dalam keberhasilan budidaya. Faktor tersebut penting terutama pada stadia transisi dari puerulus yang bersifat non feeding, ke juvenil awal dari siklus hidup lobster. Strategi dan teknologi feeding pada fase lobster tersebut dalam sistem budidaya dapat mengacu pada food dan feeding habit biota ini di alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ekologi tropik juvenil lobster pasir (Panulirus homarus Linnaeus, 1758) di Teluk Ekas, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Indonesia, melalui investigasi ragam makanan alami yang dimakan, makanan yang disukai, waktu makan juvenil, serta pengaruh kedalaman dan posisi bulan terhadap ekologi makanan. Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Teluk Ekas bagian timur pada Mei hingga Juli 2021 (musim kemarau) ketika memasuki fase bulan gelap (mati) dan selama fase bulan terang. Puerulus lobster pasir di tangkap menggunakan alat yang disebut pocong atau pocongan yang merupakan alat pengoleksi benih yang digunakan nelayan pengumpul benih di Teluk Ekas, kemudian dibesarkan hingga fase juvenil di lokasi penangkapan puerulus dalam keramba tenggelam (submersible cage/SC) berukuran 15 × 15 × 15 cm, mesh size <3, perlakuan kepadatan 4 ekor/m2 di tiga kedalaman berbeda (0,5;1,0;1,5 m). Juvenil lobster di awetkan menggunakan etanol 70%, kemudian di bawa ke laboratorium Biologi Lanjut, Universitas Mataram untuk dilakukan pengamatan. Parameter yang diamati meliputi: persen kepenuhan lambung, persen frekuensi kejadian, indeks penting relatif (Index of Relative Important, IRI), indeks elektiviti (Electivity indices, Ei), kelimpahan dan keanekaragaman plankton, Perifiton, serta kelimpahan relatif (KR) epifauna. Analisis dilakukan dengan membandingkan jenis plankton berdasarkan kedalaman perairan dan bulan; serta perifiton berdasarkan kedalaman dan waktu penempatan submersible cage/SC yakni ± 2 minggu perendaman sebelum tebar benih dan tanpa perlakuan perendaman; serta perbandingan indeks IRI dan Ei juvenil awal berdasarkan bulan, kedalaman dan waktu. Analisis ini menggunakan uji ANOVA dengan taraf signifikan 5% dan, Principal Component Analysis (PCA) untuk melihat hubungan antara lingkungan dan lobster. Analisis dilakukan dengan bantuan software PAleontological STatistics (PAST 4.09). Sebanyak 60 ekor juvenil lobster (panjang karapas 9,21±0.48 mm; 9,73±0,57 mm), diamati dan dianalisis saluran pencernaannya. Berdasarkan analisis isi saluran pencernaan juvenil lobster diperoleh tiga taksa teridentifikasi dengan persentase rerata total Index of Relative Important (IRI) meliputi demospongia (24,98%), copepoda (23,64%), dan bivalvia (22,32%) serta material tercerna (29,06%). Bivalvia (moluska) memiliki nilai Indeks elektivitas (Ei) positif lebih banyak di antara waktu dan bulan berbeda dibandingkan dengan taksa copepoda dan demospongia (porifera) memiliki IRI yang lebih tinggi. Persen kepenuhan lambung diatas 30% teramati ketika pengambilan sampel pagi hari (06.00) dan tengah malam (24.00), sedangkan nilai kepenuhan lambung ketika menjelang matahari terbenam (18.00) berada di bawah 25%. Terdapat 67 spesies plankton di perairan pembesaran benih, meliputi 53 jenis fitoplankton dan 14 jenis zooplankton, 33 jenis perifiton serta 6 spesies epifauna di sekitar keramba tenggelam. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah juvenil lobster pasir yang berada di Teluk Ekas, Lombok Timur dikategorikan karnivora dengan komposisi makanan terdiri atas copepoda, demospongia, bivalvia. Bivalvia merupakan jenis makanan yang paling disukai oleh juvenil lobster dengan aktivitas makan lobster dilakukan pada malam hari. Parameter biologi seperti ketersediaan plankton, perifiton, dan epifauna merupakan makanan alami yang mendukung pertumbuhan juvenil lobster. Adapun variabel lingkungan, seperti pH dan suhu, memainkan peran kunci kondisi fisika perairan pada fase bulan yang berbeda.id
dc.description.sponsorshipKemendikbud Ristek dan Pribadiid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleEkologi Makanan Juvenil Lobster Pasir (Panulirus homarus Linnaeus, 1758) di Perairan Teluk Ekas Lombok Indonesiaid
dc.title.alternativeFood Ecology of Juvenile Scalloped Spiny Lobster (Panulirus homarus Linnaeus, 1758) in Ekas Bay, Lombok, Indonesiaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordPuerulusid
dc.subject.keywordFeedingid
dc.subject.keywordIndex of Relative Importantid
dc.subject.keywordElectivity indicesid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record