Show simple item record

dc.contributor.advisorSudrajat, Agus Oman
dc.contributor.advisorSuprayudi, Muhammad Agus
dc.contributor.advisorSoelistyowati, Dinar Tri
dc.contributor.advisorTumbelaka, Ligaya ITA
dc.contributor.advisorEffendi, Irzal
dc.contributor.authorSahusilawane, Helena Afia
dc.date.accessioned2023-07-28T06:38:09Z
dc.date.available2023-07-28T06:38:09Z
dc.date.issued2023-07-27
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/122770
dc.description.abstractIkan badut merah marun (Amphiprion biaculeatus Bloch 1790) tergolong ikan hias laut dengan permintaan pasar ekspor yang tinggi yang menyebabkan eksploitasi secara berlebihan di alam. Di sisi lain, produksi budidaya ikan ini relatif rendah akibat adanya sifat reproduksi yang unik yakni hierarki sosial, hermafrodit sekuensial, dan monogami. Hierarki sosial merupakan tingkatan individu dalam populasi ikan yang ditentukan oleh ukuran tubuh. Berdasarkan hierarki sosial, ikan ini digolongkan sebagai ikan α (ikan betina dengan ukuran tubuh paling besar), ikan β (ikan jantan fungsional dengan ukuran tubuh terbesar kedua), dan ikan γ yaitu ikan jantan non fungsional (non breeder). Ikan betina bersifat dominan, dan apabila menghilang dari populasinya maka ikan jantan fungsional beralih kelamin menjadi betina, dan ikan non breeder terbesar beralih menjadi jantan fungsional atau bersifat hermafrodit sekuensial. Pasangan induk fungsional yang terbentuk bersifat monogami. Akibat sifat reproduksi tersebut, ikan ini sulit dipijahkan secara massal untuk peningkatan produksi benih. Oleh karena itu, kajian seksualitas dan fisiologis reproduksi A. biaculeatus penting diteliti untuk pengembangan pembenihan meliputi mekanisme diferensiasi seks, seks reversal, perjodohan, dan pemijahan. Secara umum, penelitian ini bertujuan memberi landasan ilmiah pengembangan sistem pembenihan dan rekayasa reproduksi A. biaculeatus sehingga benih untuk budidaya tetap tersedia. Penelitian dilakukan di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon dengan sistem air mengalir menggunakan akuarium berukuran (40  40  30) cm3 untuk pemeliharan induk dan ikan non breeder, dan bak fiberglas (250  125  80) cm3 untuk penetasan dan pemeliharan larva. Induk dan benih diberi pelet komersial dengan kadar protein 48% secara at satiation. Penelitian pertama bertujuan menganalisis mekanisme diferensiasi seks A. biaculeatus berdasarkan ukuran tubuh. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan ukuran ikan non breeder 4,0-4,5 cm; 4,6-5,0 cm; dan 5,1-5,5 cm. Ikan dipelihara selama 90 hari. Parameter pengamatan meliputi ciri seks sekunder, pertambahan panjang dan bobot tubuh, kadar hormon seks, indeks gonadosomatik (IGS) dan indeks hepatosomatik (IHS) serta profil gonad. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran tubuh ikan berpengaruh terhadap diferensiasi seks yang menentukan status seksualitas ikan ini. Ukuran tubuh ikan yang tepat mengalami diferensiasi seks menjadi jantan fungsional adalah 5,1-5,5 cm ditandai dengan perubahan ciri seks sekunder warna kulit dan warna sirip yang agak gelap pada ikan berukuran panjang total (5,87±0,21 cm) dan bobot tubuh akhir (5,27±0,70 g), kadar hormon estradiol (82,58±4,93 ρg/mL); testosteron (1,76±0,08 ρg/mL), IGS (0,17±0,01%), gonad berisi spermatogonia. ...id
dc.description.sponsorshipBUDI-DNid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titleKajian Fisiologis Seksualitas dan Reproduksi Ikan badut Merah Marun (Amphiprion biaculeatus, Bloch 1790) dalam Wadah Budidayaid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordA. biaculeatusid
dc.subject.keywordhormoneid
dc.subject.keywordreproductionid
dc.subject.keywordsex differentiationid
dc.subject.keywordsex reversalid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record