Show simple item record

dc.contributor.authorFanny Anugerah K
dc.date.accessioned2010-05-05T09:04:00Z
dc.date.available2010-05-05T09:04:00Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12253
dc.description.abstractPembangunan ekonomi Indonesia yang semakin membaik dan menuju ke arah struktur perekonomian yang seimbang antara sektor pertanian dengan sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi. Kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional dan kemampuan menyerap angkatan kerja yang menurun di imbangi dengan proporsi kontribusi sektor non pertanian yang bertambah besar terhadap pendapatan nasional dan kemampuan menyerap angkatan kerja memiliki kaitan erat dengan semakin besarnya pergeseran penggunaan lahan pertanian ke penggunaan non pertanian. Hal ini merupakan suatu indikasi bahwa tingkat pendayagunaan lahan pertanian yang masih rendah seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin maju. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), selama tahun 1983-1993, sekitar 935.000 hektar lahan pertanian telah beralih fungsi. Jumlah ini, 425.000 hektar diantaranya adalah lahan sawah dan 510.000 lainnya bukan sawah. Bila dirata-rata maka konversi lahan pertahun sekitar 40.000 hektar. Untuk tahun 1993-2003 dari hasil sejumlah penelitian diperkirakan konversi lahan mencapai dua kali lipat dari tahun 1983-1993, yaitu sekitar 80.000 hingga 100.000 hektar per tahun. Dilihat dari segi wilayah, konversi lahan terbesar terjadi di pulau Jawa sebesar 54%, Sumatera 38%. Akan tetapi jika dilihat dari bentuk perubahannya, perubahan terbesar adalah menjadi lahan perkampungan/lahan pemukiman (69 persen) dan kawasan industri (20 persen). Pada dasarnya alih fungsi lahan tidak dapat dihindari dalam pelaksanaan pembangunan, namun perlu dikendalikan. Peningkatan kebutuhan lahan akibat dari semakin tingginya aktivitas perekonomian secara langsung maupun tidak langsung telah menyebabkan terjadinya pengurangan luas lahan pertanian. Konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian yang terjadi di Kabupaten Tangerang memiliki tingkat opportunity cost yang besar. Tujuan penelitian ini antara lain mengidentifikasi perkembangan dan pola konversi lahan sawah di wilayah Kabupaten Tangerang, menganalisis faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi konversi lahan sawah dan dampaknya terhadap struktur perekonomian wilayah. Metode yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda, Location Quetient (LQ), surplus pendapatan/tenaga kerja dan elastisistas pendapatan/tenaga kerja. Selama sepuluh tahun (1994-2003) di Kabupaten Tangerang telah terjadi konversi lahan sebesar 5.407 hektar atau 540,7 hektar pertahun dengan laju 2,44 persen pertahun. Perubahan luas lahan sawah dan perkembangan konversi lahan sawah besarnya berfluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan pola konversi menurut tipe sawah secara berturut-turut luas lahan terkonversi dari yang terluas adalah sawah tadah hujan (2.723 hektar), sawah irigasi ½ teknis (1.162 hektar), sawah irigasi sederhana (849 hektar) dan sawah irigasi teknis (673 hektar). Dampak kerugian akibat konversi lahan sawah yang terjadi di Kabupaten Tangerang diantaranya yaitu rata- rata kehilangan produksi padi per hektar lahan sawah yang terkonversi selama sepuluh tahun (1994-2003) adalah sebesar35.881,05 ton atau sekitar 3.588,11 ton per tahun Jika diasumsikan harga 1 ton gabah kering giling (GKG) adalah Rp 1.350.000, maka kehilangan nilai produksi tersebut menjadi 35.881,05 ton x Rp 1.350.000 per ton = Rp 48.439.417.500 atau Rp 4.843.941.750 per tahun. Berdasarkan informasi yang diperoleh, rata-rata penguasaan lahan per petani di Kabupaten Tangerang adalah sebesar 0,4 hektar. Hal ini berarti telah terjadi kehilangan peluang memperoleh pendapatan usahatani padi sawah sekitar Rp. 3.157.560 per tahun dan per 0,4 hektar lahan sawah yang terkonversi. Selain itu mubazirnya investasi irigasi yang ditimbulkan akibat konversi lahan sawah beririgasi yaitu sebesar Rp 14.341.500,00 (biaya pembangunan jaringan irigasi per hektar) x 268,4 hektar per tahun (luas lahan sawah irigasi yang terkonversi selama sepuluh tahun) = Rp 3.849.258.600. Secara tidak langsung terjadinya alih fungsi lahan sawah juga memberikan manfaat yaitu peningkatan penerimaan daerah yang diperoleh dari peningkatan pajak. Peningkatan status lahan sawah menjadi lahan kering untuk perumahan atau industri berarti peningkatan nilai pajak yang diterima pemerintah daerah. Semakin besar nilai kumulatif pajak bumi dan bangunan maka semakin besar pula kontribusi terhadap penerimaan pemerintah daerah tersebut. Terjadinya pergeseran struktur ekonomi telah menyebabkan peningkatan permintaan terhadap sumberdaya lahan. Ketersediaan lahan yang tetap akan menyebabkan tingginya kompetisi penggunaan lahan dalam berbagai alternatif penggunaannya yang pada akhirnya penggunaan lahan akan di prioritaskan pada penggunaan dengan nilai kompetitif yang paling besar. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode Location Quetient (LQ), surplus pendapatan/tenaga kerja dan elastisitas pendapatan/tenaga kerja selama tiga tahun terakhir (2001-2003), menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Tangerang masih memiliki peran penting dan merupakan sektor yang mampu memberikan efek pertumbuhan yang positif bagi perkembangan perekonomian wilayah. Berdasarkan analisis regresi, hasil pendugaan menunjukkan koefisien determinasi (R2-adj) sebesar 92.5 persen yang menunjukkan bahwa peubah yang dimasukkan dalam model mampu menerangkan perilaku (kergaman) dari peubah konversi lahan sawah sebesar 92.5 persen. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap penurunan luas lahan sawah di tingkat wilayah adalah laju pertumbuhan penduduk, persentase luas lahan sawah irigasi dan pertambahan panjang jalan aspal. Adapun peubah yang berpengaruh negatif yaitu produktivitas padi sawah, kontribusi sektor non pertanian dan peubah dummy (kebijakan pemerintah). Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap konversi lahan sawah pada selang kepercayaan 90 persen adalah produktivitas padi sawah, persentase luas lahan sawah irigasi, kontribusi sektor non pertanian terhadap PDRB dan dummy (kebijakan pemerintah), sedangkan laju pertumbuhan penduduk dan pertambahan panjang jalan aspal tidak berpengaruh nyata. Selain itu nilai dari probabilitas-F menunjukkan bahwa secara bersamasama seluruh variabel penjelas berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian di Kabupaten Tangerangid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record