Analisis Ekspresi Kandidat Gen Penyandi Enzim Pendegradasi Pektin pada Proses Pematangan Buah Cabai (Capsicum annuum L.).
Date
2023Author
Pratiwi, Dhea Ferda
Miftahudin, Miftahudin
Wahyuni, Wahyuni
Metadata
Show full item recordAbstract
Buah cabai matang rentan terhadap pelunakan ketika pascapanen. Pelunakan
buah terjadi secara alami karena proses pematangan yang melibatkan degradasi
berbagai komponen dinding sel, khususnya pektin, oleh banyak enzim. Berbagai
penelitian telah melaporkan kandidat gen yang diduga berperan dalam proses
pematangan buah pada beberapa varietas cabai yaitu polygalacturonase (PG),
pectinesterase2 (PE2), polygalacturonase inhibiting protein (PIP), betagalactosidase (BG), ripening inhibitor (RIN), dan expansin1 (EXP1). Hal tersebut
menunjukkan bahwa kompleks multigen mengatur mekanisme pematangan dan
pelunakan buah cabai.
Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa cabai SSP memiliki kemampuan
daya simpan yang lebih baik dibandingkan cabai varietas lokal lainnya yaitu
Princess dan Kopay. Hal ini dibuktikan dengan tingkat persentase susut bobot
buah yang rendah pada buah cabai SSP dibandingkan varietas uji lainnya. Sebagai
varietas dengan sifat ketahanan daya simpan yang tinggi, cabai SSP dapat
digunakan sebagai objek untuk mengungkap informasi mengenai regulasi
molekuler terkait degradasi pektin, sebagai upaya untuk memahami proses
pematangan buah cabai secara molekuler. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui profil ekspresi dari kandidat gen penyandi enzim yang terlibat
dalam metabolisme pektin dan mengukur konsentrasi pektin pada buah cabai hijau
dan merah.
Preparasi sampel dilakukan dengan pemanenan buah matang hijau dan buah
merah dari tiga varietas cabai Indonesia, yaitu Kopay dengan Laris (cabai tidak
tahan simpan), dan SSP (cabai tahan simpan). Masing-masing buah dipanen pada
waktu 35 dan 55 hari setelah antesis. Metode penelitian ini terdiri dari tiga bagian:
(1) analisis bioinformatik untuk memperoleh informasi sekuen gen target dan
housekeeping gene dengan database Sol Genomics Network. Sekuen yang dipilih,
dilanjutkan ketahap perancangan primer dengan aplikasi Primer3. (2) analisis
ekspresi gen. Sampel buah segar diekstraksi untuk memperoleh RNA total.
Sepuluh kandidat gen: pectinesterase1 (PE1), pectinesterase2 (PE2), pectate
lyase (PL), pepper beta-galactosidase1 (PBG1), beta-galactosidase (BG),
polygalacturonase (PG), pepper polygalacturonase1 (PPG1), polygalacturonase
inhibiting protein (PIP), ripening inhibitor (RIN), dan expansin (EXP1) dianalisis
ekspresinya dengan menggunakan quantitative Real-Time PCR (qRT-PCR). Tiga
housekeeping gene (HKG) yaitu GAPDH (glyceraldehyde 3-phosphate
dehydrogenase), UB (ubiquitin), dan TUB (alpha-tubulin) diseleksi untuk
memperoleh HKG ideal yang kemudian digunakan sebagai gen penormalisasi
dalam analisis ekspresi gen. (3) analisis kandungan pektin. Buah cabai beku
diekstraksi dan dikering bekukan. Ekstrak pektin kering beku diukur
menggunakan kit pectin identification assay dari Megazyme.
Pada penelitian sebelumnya, SSP menunjukkan keterlambatan pelunakan
buah pascapanen. Tingkat persentase susut bobot buah cabai pascapanen adalah
indikator yang menunjukan perbedaan antara buah cabai tahan simpan dengan
viii
buah cabai tidak tahan simpan pascapanen. Berdasarkan hasil pengamatan
persentase susut bobot buah mengungkapkan bahwa cabai SSP memiliki tingkat
ketahanan daya simpan yang lebih baik dibandingkan dengan cabai varietas
pembanding lainnya, yaitu Kopay (78,97%) dan Laris (76,87%) dengan ditandai
persentase susut bobot buah yang signifikan lebih tinggi dibandingkan SSP
(49,57%).
HKG GAPDH digunakan untuk menormalisasi nilai ekspresi dari kandidat
gen. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gen PG, PPG1, PE2,
PIP, EXP1, RIN, BG, dan PBG1 mengalami peningkatan ekspresi pada
pematangan buah merah diketiga varietas yang diuji. Terdapat empat gen yang
memiliki regulasi ekspresi yang membedakan antara kelompok cabai tahan
simpan (SSP) dan kelompok cabai tidak tahan simpan (Kopay dan Laris) yaitu PG,
PE2, PIP, dan BG. Analisis pektin menunjukan bahwa kandungan pektin tetap
pada tingkat yang sama pada buah SSP matang hijau dan matang merah.
Sebaliknya, kadar pektin menurun selama tahap pematangan buah Kopay dan
Laris.
Penelitian ini menggunakan analisis hierarchical cluster analysis (HCA)
dan principal component analysis (PCA) untuk membandingkan data ekspresi gen
dari varietas cabai SSP dengan Kopay dan Laris. Hasil HCA mengungkapkan
bahwa buah cabai merah dari varietas SSP terpisah pada kluster yang berbeda
dengan cabai merah Kopay dan Laris. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat
perbedaan regulasi ekspresi gen penyandi enzim metabolisme pektin pada buah
cabai kelompok tahan simpan dengan tidak tahan simpan. Hasil analisis PCA
mengungkapkan bahwa Kopay tahap pematangan buah merah dan Laris tahap
pematangan buah merah sangat dipengaruhi oleh ekspresi gen EXP1, PG, PBG1,
RIN, dan PPG1. SSP pada tahapan buah merah berasosiasi kuat dengan BG, PIP,
dan PE2. Kopay dan Laris tahap pematangan buah hijau dipengaruhi oleh ekspresi
PE1 dan kandungan pektin. Selanjutnya, SSP tahap buah hijau sangat berasosiasi
dengan ekspresi gen PL.
Untuk menilai apakah hasil analisis ekspresi gen dan kandungan pektin
berkorelasi, dilakukan analisis korelasi Pearson. Analisis menunjukkan bahwa PG,
PPG1, PE2, PIP, EXP1, RIN, BG, dan PBG1 berkorelasi negatif dengan
kandungan pektin di semua sampel, menunjukkan bahwa tingginya ekspresi
kedelapan gen tersebut berkorelasi dengan rendahnya kadar pektin selama
pematangan buah.
Hasil ini memberikan wawasan tentang regulasi molekuler degradasi pektin
dalam buah cabai. Data korelasi ekspresi gen dan kandungan pektin selama
pematangan buah berguna untuk mengembangkan varietas cabai baru yang
berfokus pada perpanjangan umur simpan buah dengan menggunakan kedelapan
gen tersebut (terutama PG, PE2, dan PIP) sebagai penanda atau target untuk
modifikasi genetik. Ripe pepper fruits are vulnerable to softening at post-harvest. Fruit softening
occurs naturally due to the ripening process involving cell wall component
degradation, particularly pectin, by several enzymes. Various studies have
reported candidate genes that are thought to play a role in fruit ripening in several
pepper varieties, i.e. polygalacturonase (PG), pectinesterase2 (PE2),
polygalacturonase inhibiting protein (PIP), beta-galactosidase (BG), ripening
inhibitor (RIN), and expansin (EXP1). This result indicates that a multigene
complex regulates the ripening and softening mechanism of pepper fruits.
Previous studies have revealed that the SSP pepper variety has a longer
shelf-life compared to other local varieties such as Princess and Kopay. This is
because SSP pepper has a lower percentage of fruit weight loss. Due to its longer
shelf-life, SSP pepper can be used as an object to unravelling the molecular
regulation of pectin degradation in pepper fruits for understanding the ripening
process of pepper fruits. Therefore, this study aimed to profile the relative
expressions of candidate genes encoding enzymes involved in pectin metabolism
and to measure the pectin concentration in unripe and ripe pepper fruits.
Unripe and ripe fruits of three Indonesian pepper varieties, i.e. Kopay, Laris
(short shelf-life), and SSP (long shelf-life) were harvested at 35 and 55 days after
anthesis. This research method consists of three parts: (1) bioinformatic analysis
was performed to obtain information on target gene sequences and housekeeping
genes using Sol Genomics Network database. From obtained sequences, primers
were designed using the Primer3 application. (2) analysis of gene expression.
Fresh fruit samples were extracted for total RNAs. Ten candidate
genes: pectinesterase1 (PE1), pectinesterase2 (PE2), pectate lyase (PL), pepper
beta-galactosidase1 (PBG1), beta-galactosidase (BG), polygalacturonase (PG),
pepper polygalacturonase1 (PPG1), polygalacturonase inhibiting protein (PIP),
ripening inhibitor (RIN), and expansin (EXP1) were analyzed for their expressions
using quantitative Real-Time PCR (qRT-PCR) technique. For precise gene
expression analysis, three housekeeping genes (HKG): glyceraldehyde 3-
phosphate dehydrogenase (GAPDH), ubiquitin (UB), and alpha-tubulin (TUB)
were studied to determine the most suitable HKG to use as a normalization gene.
(3) pectin content analysis. The pepper fruit was freeze-dried and pectin was
extracted. The freeze-dried pectin extract was measured using pectin identification
assay kit from Megazyme.
In the previous study, SSP showed a delay in fruit softening after postharvest. The weight lost by peppers after harvesting can indicate how long they
will last on the shelf. Our findings showed that SSP peppers (49.57%) have a
longer shelf-life compared to other varieties like Kopay (78.97%) and Laris
(76.87%).
A HKG, glyceraldehyde-3-phosphate dehydrogenase (GAPDH), was used
to normalize the relative expression values of the candidate genes. The results
showed that expressions of PG, PPG1, PE2, PIP, EXP1, RIN, BG, and PBG1
x
were increased during ripe fruits in three varieties. Four genes differentiated
expression regulation between long shelf-life pepper (SSP) and short shelf-life
peppers (Kopay and Laris), namely PG, PE2, PIP, and BG. Pectin analysis
revealed that pectin content has stayed at the same levels in unripe and ripe fruits
of SSP. In contrast, pectin levels decreased during fruit ripening in Kopay and
Laris.
The study used hierarchical cluster analysis (HCA) and principal component
analysis (PCA) to examine the differences between SSP compared to Kopay and
Laris peppers. The HCA results showed that peppers in the long and short shelflife groups have different gene expression regulation of pectin metabolizing
enzymes. The PCA analysis revealed that expression of EXP1, PG, PBG1, and
PPG1 genes strongly influenced in ripe fruit of Kopay and Laris, whereas the ripe
fruit of SSP was associated with BG, PIP, and PE2. Kopay and Laris unripe fruit
are influenced by PE1 and pectin content. The unripe fruit of SSP associated with
PL gene expression.
To assess whether the gene expression analysis and pectin content results
were correlated, Pearson correlation analysis was performed. The analysis showed
that PG, PPG1, PE2, PIP, EXP1, RIN, BG, and PBG1 were negatively correlated
with pectin content in all samples, suggesting that high expressions of those genes
correlate with low levels of pectin during fruit ripening.
Our results give an insight into the molecular regulation of pectin
degradation in pepper fruits. Correlation data of gene expression and pectin levels
during fruit ripening is useful for developing new pepper varieties focusing on
extending fruit shelf-life using those eight genes (especially PG, PE2, and PIP) as
markers or targets for genetic modification.
