Studi tingkat kebisingan di Kotamadya Bogor Jawa Barat
View/ Open
Date
1993Author
Rusnam
Partoatmodjo, Soeratno
F. G. Suratmo
Suharsono, Heny
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yakni tahap pertama penelitian pendahuluan dan tahap kedua penelitian lanjutan. Tahap pertama atau penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk menentukan Lsm atau Ldn (tingkat kebisingan siang-malam atau Leq selama 24 jam). Hasil Lsm ini nan- tinya dibandingkan dengan baku mutu kebisingan. Tahap kedua dimaksudkan untuk menentukan trend (kecenderungan) kebisingan. Hal ini dilakukan setiap minggu dan berlang- sung se·lama delapan minggu.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari sepuluh lokasi penelitian, lima lokasi penelitian telah melewati ambang batas kebisingan. Lokasi penelitian yang telah melewati ambang batas tersebut, adalah : Perumnas Bantar Kemang, Pasar Ramayana, SMA Negeri 1 Bogor, RSU-PMI Bogor dan PT Goodyear. Pada Perumnas Bantar Kemang, tingkat kebisingan (Lsm) tercatat 66.7 dBA, sedangkan baku mutu kebisingan (Lsm) untuk perumahan adalah 65 dBA. Pada Pasar Ramayana tingkat kebisingan (Lsm) tercatat 71.4 dBA, sedangkan baku mutu kebisingan (Lsm) untuk jasa perdagangan adalah 70 dBA. Pada SMA Negeri 1 Bogor tingkat kebisingan (Lsm) tercatat 67.4 dBA, sedangkan baku mutu kebisingan (Lsm) untuk sekolah adalah 65 dBA. Pada RSU-PMI tingkat kebisingan (Lsm) tercatat 67.9 dBA, sedangkan baku mutu kebisingan (Lsm) untuk rumah sakit adalah 65 dBA. Pada PT Goodyear tingkat kebisingan (Lsm) tercatat 76.8 dBA, sedangkan baku mutu kebisingan (Lsm) untuk industri adalah
70 dBA. Kebisingan yang terjadi untuk wilayah peruntukan perumahan, sekolah dan rumah sakit lebih banyak dipengaruhi oleh kendaraan bermotor, sedangkan pada wilayah peruntukan jasa perdagangan dan industri, kebisingan pasar dan industri memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap kebisingan yang terjadi. Untuk semua lokasi penelitian, tingkat kebisingan tertinggi ditemukan pada saat jumlah kendaraan bermotor terbanyak.