Show simple item record

dc.contributor.advisorKana, Nico L
dc.contributor.advisorSajogyo, Pudjiwati
dc.contributor.advisorWidjajanto, Loehoer
dc.contributor.authorAdi, I Nyoman Ramen
dc.date.accessioned2023-07-12T15:17:48Z
dc.date.available2023-07-12T15:17:48Z
dc.date.issued1992
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/121694
dc.description.abstractGagasan pokok penelitian ini bermula dari pemikiran tentang semakin intensifnya interaksi wisatawan di daerah Bali. Berlangsungnya interaksi menimbulkan berbagai perubahan, di antaranya adalah perubahan pembuatan rumah. Perubahan rumah yang dimaksudkan adalah tidak sesu- ainya lagi rumah masa kini dengan pola rumah tradisional. Berdasarkan gagasan tersebut penelitian ini terutama diarahkan untuk mencari jawaban atas tiga hal, (a) bagaimana bentuk perubahan pola rumah tradisional di daerah kegiatan pariwisata, (b) bagaimana bentuk respons masyarakat di daerah kegiatan pariwisata terhadap perubahan pola rumah tradisional, dan (c) menjajagi faktor-faktor yang berhubungan dengan respons tersebut. Penelitian ini dilakukan di Banjar Legian Kaja, Kelurahan Kuta, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Propinsi Bali. Menggunakan 50 sampel yang diambil dengan cara acak disproporsional dari tiap strata ekonomi menurut pengelompokkan tingkat keterlibatan dalam kegiatan pariwisata. Kemudian data yang diperoleh disajikan secara deskriptif dan dianalisis secara kualitatif. Untuk mencari tahu kepastian pola hubungan antar variabel yang diteliti, sebagai bahan penunjang pembahasan yang lebih mendalam, digunakan metode Chisquare dengan tingkat kesalahan (a) 0,05. Hasil penelitian menunjukkan pemilikan jenis bangunan rumah oleh penduduk etnik Bali yang beragama Hindu yang menetap di Banjar Legian Kaja daerah Wisata Kuta ada hubungannya dengan kemampuan ekonomi. Mereka yang tergolong tingkat ekonomi tinggi cenderung memiliki jenis bangunan rumah lebih lengkap. Bangunan inti pada rumah (pemerajan, paon, dan bale meten) serta bangunan yang berkaitan dengan kegiatan adat dan agama tetap diusahakan keberadaannya oleh semua penduduk. Sedangkan bangunan lumbung dan kandang ternak banyak ditinggalkan dikarenakan pergeseran mata pencaharian dari sektor agraris ke sektor pariwisata. Pada dasarnya masyarakat masih kuat mempertahankan pola rumah tradisional Bali. Tanpa memerhatikan jenis bangunan dan jenis perubahan ternyata kurang dari separo jumlah responden (37,6%) yang membuat rumah mereka tidak sesuai dengan aturan tradisional. Perubahan bangunan rumah cenderung terjadi hanya pada segi teknologi. Terutama pada kelompok bangunan yang tidak berkaitan dengan upacara keagamaan dan adat. Kecenderungan ini menunjukkan hubungan positip dengan tingkat ekonomi. Mereka yang tergolong tingkat ekonomi tinggi cenderung lebih tidak setuju dengan perubahan teknologi, khususnya pada kelompok bangunan yang berkaitan dengan upacara keagamaan dan adat. Berkaitan dengan respons terhadap perubahan rumah, penduduk etnik Bali beragama Hindu yang menetap di Banjar Legian Kaja pada dasar- nya hanya setuju pada perubahan segi teknologi, sedangkan perubahan segi ideel tidak disetujui oleh sebagian besar masyarakat. Masyarakat juga tidak setuju terhadap perubahan bangunari rumah yang fungsinya berkaitan dengan kegiatan agama dan adat.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titleRespons masyarakat Bali terhadap perubahan pola rumah tradisional Bali di Banjar Legian Kaja daerah wisata Kutaid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record