Show simple item record

dc.contributor.advisorPalupi, Eny
dc.contributor.advisorNasution, Zuraidah
dc.contributor.authorNasir, Syifa Qolbiyah
dc.date.accessioned2023-07-07T06:14:50Z
dc.date.available2023-07-07T06:14:50Z
dc.date.issued2023-06
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/121102
dc.description.abstractPeningkatan populasi yang terus berlangsung diperkirakan akan sejalan dengan meningkatnya permintaan pangan hingga 75% yang juga akan meningkatkan kebutuhan produksi pangan diberbagai bidang, salah satunya adalah peternakan (van Huis dan Oonincx 2017). Daging menjadi salah satu bahan pangan dengan nilai gizi yang tinggi dan dikonsumsi berbagai kalangan. Masyarakat dengan pendapatan rendah cenderung lebih rentan terdampak oleh permasalahan gizi, terutama gizi kurang (Hakiki 2019). Sehingga masih diperlukannya variasi konsumsi pangan sumber protein lainnya yang lebih terjangkau untuk memenuhi kebutuhan protein yang berkualitas bagi masyarakat Indonesia. Peningkatan produksi daging diketahui berperan besar pada terjadinya perubahan iklim. Peternakan menyumbang hingga 20% emisi gas rumah kaca (GRK) secara global (Agnieszka Orkusz 2021). Level CH4 dan CO2 pada tahun 2009 mengalami peningkatan hingga 148% dan 38% secara berurutan, yang menjadikan suhu permukaan bumi hingga 0,6◦C (Nugrahaeningtyas et al. 2018). Oleh karena itu perlu juga untuk mencari sumber bahan pangan kaya nutrisi lainnya yang berkelanjutan terutama dari aspek dampak terhadap lingkungannya. Bahan pangan yang dapat digali potensinya untuk permasalahan tersebut salah satunya adalah edible insects yang berpotensi untuk menjadi alternatif sumber protein. Di Indonesia serangga yang telah dikonsumsi oleh masyarakat sekitar, seperti ulat sagu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Papua, jangkrik goreng dari Ciamis, larva tawon, kepompong jati goreng dan rempeyek laron dari Jawa Timur (Girsang 2018). Selain itu, produksi serangga ini menghasilkan gas emisi dan penggunaan lahan yang lebih sedikit dibandingkan dengan sumber protein lainnya seperti daging dan kacang-kacangan, sehingga juga lebih ramah lingkungan (Agnieszka Orkusz 2021). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis edible insects sebagai sumber protein dari segi kualitas, keterjangkauan dan keberlanjutannya dengan metode review kuantitatif/metaanalisis. Tahapan penelitian ini terdiri dari; perumusan masalah penelitian, penelitian pendahuluan, penentuan strategi pencarian, pembuatan protokol penelitian, pencarian sumber studi, seleksi dan penyaringan sumber studi, ekstraksi dan penilaian kualitas data, pengolahan dan interpretasi data, dan analisis in-vitro hasil interpretasi data. Pengolahan data metaanalisis dilakukan dengan nilai effect size Hedges’g dan mixed model. Analisis publication bias dilakukan dengan menggunakan nilai fail-safe number (NR) dan funnel plot. Analisis dilakukan dengan aplikasi OpenMEE dan SAS. Edible insects terpilih selanjutnya dilakukan analisis zat gizi di laboratorium yang terdiri dari analisis proksimat (protein, lemak, kadar air dan kadar abu), analisis profil asam amino, analisis komposisi mineral (Ca, Fe dan Zn) dan analisis daya cerna secara in vitro protein dan mineral yang dilanjutkan dengan penilaian kualitas protein dengan perhitungan PDCAAS. Uji beda dengan independent sample t-test dilakukan pada hasil laboratorium dengan menggunakan aplikasi SPSS 23.0. Hasil pengumpulan artikel dengan systematic review edible insects menghasilkan 222 artikel terpilih dari total 10.119 artikel yang terkumpul dengan rincian; aspek kualitas/nilai gizi (n=196), aspek keberlanjutan/lingkungan (n=13), aspek keterjangkauan/ekonomi (n=13). Sedangkan untuk kontrol yaitu daging sapi, dari total 10.735 artikel, terpilih 46 artikel dengan rincian; aspek kualitas/nilai gizi (n=27), aspek keberlanjutan/lingkungan (n=17), aspek keterjangkauan/ekonomi (n=15). Selanjutnya dilakukan metaanalisis mixed model pada kandungan zat gizi makro, profil asam amino, dan komposisi mineral pada 10 jenis spesies edible insects dengan jumlah yang paling banyak. Kandungan protein tertinggi dimiliki oleh A. domesticus/jangkrik rumah, B. mori/ulat sagu dan H. whellani/jangkrik tanah. Kandungan lemak tertinggi dimiliki oleh R. phoenicis/ulat sagu dibandingkan jenis spesies lainnya. Nilai kadar abu yang diasumsikan sebagai kandungan mineral pada bahan pangan yang paling tinggi dimiliki oleh H. illucens/BSF. Skor asam amino pada 10 spesies edible insects menunjukkan nilai yang sepadan dibandingkan dengan daging sapi, terutama pada edible insects T.molitor/ulat hongkong dan H. illucens/BSF. Metaanalisis dengan effect size Hedges’g menunjukkan nilai cumulative effect size yang lebih rendah secara signifikan pada kandungan protein 10 jenis spesies edible insects terpilih dibandingkan dengan daging sapi. Hasil sebaliknya ditunjukkan pada kadar lemak, kandungan mineral besi (Fe), dan seng (Zn) yang menunjukkan nilai yang lebih tinggi secara signifikan pada 10 spesies edible insects dibandingkan dengan daging sapi. Namun kandungan mineral kalsium (Ca) lebih tinggi secara signifikan pada 10 spesies edible insects dibandingkan dengan daging sapi. Belalang dan ulat sutra menjadi edible insects terpilih untuk dilakukan analisis zat gizi di laboratorium. Belalang dan ulat sutra memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 69,32% dan 55,98% secara berurutan. Daya cerna in vitro protein pada sampel belalang 55,47% sedangkan pada ulat sutra yaitu 75,80%. Metaanalisis menunjukkan potensi yang besar pada edible insects sebagai alternatif protein, meskipun dari nilainya masih lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi. Aspek lingkungan menjadi keunggulan dari edible insects dibandingkan dengan daging sapi. Edible insects lokal sepeti belalang dan ulat sutra dapat dikembangkan sebagai sumber protein alternatif di masa depan karena memiliki kualitas nilai gizi yang baik berdasarkan analisis nilai gizi dan daya cerna protein secara in vitro. Perlu adanya kajian lebih lanjut untuk meningkatkan % daya cerna protein edible insects serta pengembangan produk pangan.id
dc.description.sponsorshipDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada skema pendanaan Penelitian Tesis Magister (PTM) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), IPB University No. 3839/IT3.L1/PT.01.03/P/B/2022.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleStudi Edible Insects sebagai Sumber Protein Berkualitas, Berkelanjutan dan Terjangkau dengan Pendekatan Metaanalisis dan Uji In Vitroid
dc.title.alternativeStudy of Edible Insects as A Good Quality, Sustainable and Affordable Protein Source Using Meta Analysis and In Vitro Analysisid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordedible insectsid
dc.subject.keywordin vitroid
dc.subject.keywordmetaanalisisid
dc.subject.keywordproteinid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record