dc.description.abstract | Perairan laut dangkal merupakan wilayah yang dinamis dan mempunyai
peran penting bagi ekologi pesisir. Data dan informasi mengenai karakteristik dasar
perairan dangkal yang akurat sangat penting untuk pengembangan wilayah pesisir
dan Pulau-Pulau kecil. Indonesia yang memiliki ribuan pulau kecil memiliki
karakteristik perairan dangkal yang beragam, sehingga untuk melengkapi
kebutuhan data perlu pengkajian mengenai geomorfologi habitat bentik. Citra
satelit multispektral telah banyak digunakan untuk estimasi kedalaman di perairan
dangkal, salah satunya citra satelit Sentinel-2. Penelitian ini mengkaji potensi
penggunaan data citra Sentinel-2 untuk mengestimasi kedalaman, dan struktur
geomorfologi bentik habitat pada perairan Pulau Lambasina Kabupaten Kolaka.
Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kemampuan citra Sentinel-2
untuk mengestimasi batimetri dasar perairan dangkal menggunakan tiga algoritma
yakni Lyzenga, Stumpf, Suport vector machine ratio transform (SVM), serta (2)
untuk mendapatkan struktur kelas geomorfologi dengan menggunakan pendekatan
Benthic Terrain Modeler (BTM).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2020 hingga Juni 2021 di
perairan laut Pulau Lambasina Kecil dan Lambasina Besar, Kabupaten Kolaka,
Sulawesi Tenggara. Bahan-bahan yang digunakan, diantaranya Citra Sentinel-2 dan
data batimetri (hasil pemeruman Maps sounder). Alat-alat yang digunakan pada
penelitian ini berupa perangkat keras seperti echosounder, Global Policy and
Strategy (GPS) dan Laptop serta perangkat lunak seperti ArcGIS, QGIS, Envi 5.3,
Surfer dan Microsoft Excel. Klasifikasi struktur geomorfologi perairan dangkal,
menggunakan Citra Sentinel-2 dan diintegrasikan dengan data hasil pemeruman
lapangan dengan pendekatan BTM. Penelitian dilaksanakan dengan beberapa
tahapan, diantaranya pra-pengolahan citra, koreksi pasang surut, estimasi
kedalaman perairan dangkal (batimetri), uji akurasi data batimetri estimasi dari citra
satelit dan mengkombinasi batimetri dari citra satelit dengan data pemeruman untuk
mendapatkan kelas struktur geomorfologi perairan dangkal. Kelas struktur
geomorfologi perairan dangkal di dapatkan dengan input data Fine Bahthymetry
Position Index, Broad Bahthymetry Position Index dan data kemiringan (slope).
Estimasi kedalaman maksimum pada perairan laut dangkal Pulau Lambasina
Kecil dan Lambasina Besar adalah 20 meter pada setiap algoritma yang digunakan
pada citra Sentinel-2. Algoritma (SVM) menjadi model terbaik dibandingkan
dengan algoritma Stumpf dan Lyzenga dalam pendugaan kedalaman perairan laut
dangkal dengan kondisi perairan yang jernih pada kedua pulau. Kombinasi scale
factor yang digunakan pada lokasi penelitian yakni Fine_BPI 86 dan Broad_BPI
139. Terdapat 13 kelas struktur geomorfologi yang didapatkan pada kedua pulau
dengan hasil analisis BTM. Kelas struktur geomorfologi yang paling bervariasi
didapatkan pada wilayah Pulau Lambasina Besar. Variasi kelas struktur yang tinggi
ditemukan pada wilayah terumbu karang diantaranya terdapat flat ridges, narrow
depressions, local ridges, crevices, dan steep slopes pada wilayah perairan dangkal
v
Pulau Lambasina Besar yang menandakan pada daerah tersebut memiliki
kompleksitas habitat yang cukup tinggi | id |