Analisis Kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Irigasi Pompa Dalam, Studi Kasus pada Dua P3A Irigasi Pompa Dalam di Propinsi Jawa Timur
View/ Open
Date
1992Author
Zakaria, Wan Abbas;
Sugianto, Tjahjadi
Pakpahan, Agus
Nasution, Muslimin
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan
tentang hubungan antara kelembagaan dan performa P3A
irigasi pompa pada tipe sumber airtanah yang berbeda.
Sebagai kasus, pada wilayah akuifer airtanah dangkal dipilih
P3A pompa dalam TW 153 Kepanjen, Kecamatan Pace,
Kabupaten Nganjuk sedangkan pada wilayah akuifer airtanah
dalam dipilih SP 66 Bu lay, Kecamatan Gal is, Kabupaten
Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Penelitian lapang dilaksanakan
pada Juli-Desember 1991.
Pada areal desain TW 153, sistem irigasi pompa bersifat
konjungtif. Sebelum ada TW 153 (sebelum 1982), 12
orang anggota telah memiliki sumur dangkal dengan 4 pompa
portable dan pada tahun 1991 jumlahnya menjadi 46 buah
sumur dangkal dengan 9 pompa portable yang merupakan "penyaing"
bagi TW 153. Secara organisatoris, P3A TW 153
merupakan bagian dari HIPPA air permukaan Desa Kepanjen.
Kondisi tersebut menyebabkan kelembagaan P3A TW 153
Kepanjen hanya mampu mengendalikan sebagian kecil sumbersumber
interdependensi dan permasalahan organisasi yang
berhubungan dengan ongkos transaksi seperti rasa kebersamaan,
free rider, komitmen, loyalitas dan penyelewengan
sehingga performa P3A jauh di bawah harapan.
Berbeda dengan TW 153 Kepanjen, di areal HIPPA SP 66
Bulay tidak ada sistem irigasi air permukaan dengan demikian
HIPPA SP 66 Bulay bersifat substitusi dan merupakan
satu-satunya sumber air irigasi selain air hujan. Para
petani merasa senang dengan dibangunnya SP 66 Bulay. Selain
itu, areal SP 66 Bulay memiliki lapisan akuifer airtanah
dalam yang merupakan barrier bagi swasta untuk memasuki
industri air irigasi pompa mengingat biaya awal
investasi yang diperlukan tinggi relatif terhadap manfaat
yang ditangkap dari investasi tersebut oleh swasta.
Oleh karena itu hampir seluruh proses irigasi pompa
SP 66 mampu dikendalikan oleh kelembagaan yang ada pada
HIPPA SP 66 Bulay sehing ga performa yang dihasilkan sesuai
bahkan ada yang melampaui harapan.
Struktur organisasi P3A pompa dalam TW 153 Kepanjen
perlu disederhanakan yakni pengurus cukup seorang ketua,
seorang sekretaris merangkap bendahara dan seorang operator.
Wilayah kerja P3A ditentukan berdasarkan kapasitas
pompa dan sistem saluran. Rapat anggota cukup dilakukan
berdasarkan sistem perwakilan blok. Pengurus, operator
digaji oleh P3A dan P3A merupakan organisasi yang otonom
terpisah dari HIPPA air permukaan Kepanjen. Perubahan
kelembagaan tersebut akan mendorong performa P3A TW 153
Kepanjen mendekati harapan. Pengurus P3A TW 153 seyogyanya
dipilih dari anggota yang memiliki atau menggarap
lahan di dalam areal TW 153 atas usul perwakilan blok.
dst ...
Collections
- MT - Economic and Management [2880]