Hubungan status sosial ekonomi dengan fertilitas: kasus di dua desa kecamatan Ngaglik, kabupaten Sleman (D.I. Yogyakarta)
View/ Open
Date
1982Author
Sriyati
Sajogyo;
Anwar, Affendi;
Rusli, Said;
Metadata
Show full item recordAbstract
Sukses tidaknya pemerintah dalam usaha menurunkan fertilitas melalui program Keluarga Berencana (KB), erat hubungannya dengan latar belakang individu yang mempengaruhi perilaku reproduksi. Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara beragam status sosial ekonomi dengan beragam perilaku reproduksi (penentu fertilitas langsung) dan tingkat fertilitas. Penelitian dilakukan dikelurahan (desa) Sardonoharjo dan harjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman. Sumber data utama merupakan Suko-data sekunder hasil penelitian Lembaga Kependudukan UGM, dengan sampel 454 responden wanita. Data ini adalah hasil penelitian selama dua yaitu 1976-1978 dan wawancara dilakukan sebulan sekali. tahun Kerangka analisa dikembangkan atas model analisa fertilitas yang dikemukakan oleh Davis dan Blake (1978) yaitu semua fakte sosial mempengaruhi fertilitas melalui perilaku reproduksi yang merupakan "Variabel-Antara". Model-model yang digunakan untuk menganalisa hubungan status sosial ekonomi dengan fertilitas yaitu; 1. model pelu- ang linier ganda dan 2. Model regresi ganda (fungsi logaritma dan linier). Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan (nyata) perilaku dan tingkat fertilitas pada beragam status sosial ekonomi, tanpa adanya Bengaruh variabel yang lain dipakai uji x². niversity: Ada perbedaan usia menikah, masa menyusui, masa berabstinensi setelah persalinan dan proporsi wanita yang pernah mengalami kereta- kan perkawinan menurut ragam pendidikan isteri. Wanita berpendidikan (tamat SD atau lebih) menikah pada usia lebih dewasa, menyusui lebih singkat, berabstinensi lebih singkat dan proporsi yang pernah mengalami keretakan perkawinan lebih kecil, dari pada wanita berpendidikan. Peluang berperilaku tersebut tidak kesemuanya secara nyata berbeda menurut ragam pendidikan isteri. Dalam hal mengalami keretakan perkawinan wanita berpendidikan dan wanita tidak berpendidikan mempunyai peluang yang tidak berbeda. Wanita berpendidikan dibanding dengan wanita tak berpendidikan, mempunyai peluang yang lebih besar dalam hal menikah pada usia dewasa (18 tahun atau lebih dan mempunyai peluang yang lebih kecil dalam hal menyusui lama (18 bulan atau lebih) dan berabstinensi lama (18 bulan atau letak bih). dst ...
Collections
- MT - Human Ecology [2243]