Konsumsi Pangan dan Estimasi Bioavailabilitas Zat Besi Remaja Putri 10-18 tahun di Indonesia
Abstract
Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Remaja putri rentan mengalami anemia dikarenakan terjadinya peningkatan kebutuhan besi yang disebabkan oleh perubahan fisiologis seperti pertumbuhan pubertas yang cepat, menstruasi, serta diikuti oleh pola konsumsi jenis makanan yang bioavailabilitas besi rendah. Diperlukan estimasi nilai bioavailabilitas zat besi dari pola konsumsi pangan agar dapat menetapkan nilai kecukupan zat besi yang sesuai dapat memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh. Belum ada penelitian yang mengestimasi bioavailabilitas zat besi remaja putri di Indonesia.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis konsumsi pangan dan bioavailabilitas zat besi pada Remaja Putri 10-18 tahun di Indonesia. Tujuan khususnya yaitu: (1) Menganalisis perbedaan konsumsi kelompok pangan berdasarkan karakteristik subjek; (2) Menganalisis perbedaan asupan zat besi berdasarkan karakteristik subjek; (3) Mengkaji kontribusi setiap kelompok pangan pada total asupan zat Besi; dan (4) Mengkaji estimasi bioavailabilitas zat besi pada remaja putri.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu survei konsumsi makanan Individu (SKMI) 2014. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan total subjek sebesar 11.766 subjek. Kriteria inklusi penelitian ini yaitu berjenis kelamin perempuan, berusia 10-18 tahun, memiliki data lengkap (meliputi usia, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, status ekonomi, jumlah anggota dalam rumah tangga, wilayah tempat tinggal, informasi konsumsi makanan), serta responden dalam kondisi sehat. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu responden yang berusia dibawah 10 tahun dan lebih dari 18 tahun, berjenis kelamin laki-laki, wanita yang sedang hamil, menyusui, sakit, dan sedang mengkonsumsi obat-obatan dan suplemen. Analisis univariat menggunakan uji deskriptif, analisis bivariat menggunakan uji mann whitney untuk perbedaan karakteristik subjek dengan konsumsi pangan dan asupan zat besi. Analisis multivariat yang digunakan uji regresi linear berganda.
Konsumsi kelompok pangan subjek terdiri dari 15 kelompok pangan dan 1.023 bahan pangan berdasarkan data base pangan SKMI 2014 untuk remaja putri usia 10-18 tahun. Berdasarkan anjuran PGS, rata-rata konsumsi kelompok serealia sudah mencapai 84,0% dari 500 g/hari, konsumsi sayuran hanya mencapai 15,9% dari 300 g/hari, konsumsi buah hanya mencapai 13,4% dari 200 g/hari, konsumsi kacang-kacangan hanya mencapai 19,7% dari 150 g/hari, dan konsumsi pangan hewani mencapai 81% dari 115 g/hari. Terdapat perbedaan konsumsi kelompok pangan dan asupan zat besi berdasarkan karakteristik subjek.
Rerata total asupan zat besi subjek sebesar 10 mg/hari (median = 9 mg) dengan asupan besi heme lebih kecil (4 mg/hari (median = 2,8 mg)) dibandingkan dengan asupan besi non heme (6 mg/hari (median = 4,2 mg)). Pangan nabati berkontribusi lebih besar (61,0%) terhadap total asupan zat besi dibandingkan pangan hewani (32,2%). Kelompok pangan serealia dan olahan (45,7%), ikan dan hasil laut (16,7%), kacang dan olahan (11,0%), daging dan olahan (6,2%), serta
5
sayuran dan olahan (6,0%) merupakan kelompok pangan yang paling besar berkontribusi terhadap total asupan zat besi pada subjek. Bahan pangan yang dapat direkomendasikan untuk pembuatan menu sesuai dengan preferensi remaja putri adalah nasi putih untuk kelompok serealia; tempe dan tahu untuk kelompok kacang- kacangan; tomat merah, kol merah putih, daun singkong, kangkung, daun kelor untuk kelompok sayuran; pisang, mangga, pepaya, jambu, salak untuk kelompok buah-buahan; dan telur ayam ras, daging ayam, dan ikan tongkol untuk kelompok pangan hewani.
Bioavailabilitas zat besi pada subjek sebesar 9,7% sehingga total besi terserap sebesar 1,0 mg/hari (median = 0,6 mg). Tidak ada remaja putri dalam penelitian ini yang memiliki bioavailabilitas besi tergolong tinggi (>15%). Faktor konsumsi pangan memiliki kontribusi yang lebih besar dalam memprediksi nilai bioavailabilitas zat besi yaitu serealia, kacang, ikan dan hewan laut, buah, dan daging. Kelompok pangan serealia, kacang-kacangan, dan bumbu serta asam fitat, energi, dan kalsium menjadi faktor penghambat penyerapan zat besi.
Angka bioavailabilitas zat besi subjek masih dibawah 18% sehingga angka kecukupan zat besi sekarang belum sesuai dengan nilai bioavailabilitas besi remaja putri di Indonesia. Diharapkan nilai bioavailabilitas zat besi dalam penelitian ini dapat menjadi referensi untuk menentukan angka kecukupan zat besi nasional dan dapat merekomendasi menu sesuai bahan pangan yang menjadi preferensi remaja putri di Indonesia
Kata kunci: bioavailabilitas zat besi, besi heme, besi non heme, kecukupan zat besi, remaja putri
Collections
- MT - Human Ecology [2199]