Analisis beban lembah organik kegiatan budidaya bandeng (chanos chanos forskal) dalam keramba jaring apung terhadap kualitas perairan di Teluk Awerage Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan
View/ Open
Date
2003Author
Kurniati, Elly
Widigdo, Bambang
Hariyadi, Sigit
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai (1) Jumlah (kuantitatif) limbah pakan (N dan P) dari kegiatan budidaya bandeng dalam keramba jaring apung (KJA) (2) Pengaruh kegiatan budidaya bandeng dalam keramba jaring apung (KJA) terhadap status lingkungan perairan pesisir dilihat dari kondisi fisika-kimia perairan, dihubungkan dengan kelayakan perairan tersebut untuk pengembangan budidaya perikanan pantai/laut. Pendugaan total bahan organik di hitung berdasarkan metode yang dikemukakan Iwama (1991 dalam Barg, 1992) dengan mengacu pada total pakan yang tidak dikonsomsi (sisa pakan) dan faeses, untuk pendugaan total N dan P dalam pakan dan faeses mengacu pada metode Ackefors dan Enell (1990 dalam Barg, 1992), sedangkan metode pengambilan dan penanganan contoh air serta metode analisis kualitas air mengacu pada APHA (1989) dan untuk analisis data kualitas air yang digunakan adalah Analisis Komponen Utama (Prinicipal Components Analysisi PCA) (Legendre dan Legendre, 1984; Foucrat, 1985; Tabacgnick dan fidell, 1996). Dari hasil pemeliharaan selama 120 hari, produksi total ikan bandeng yang dibudidayakan dalam 10 unit keramba jaring apung, dengan kepadatan 500 ekor/keramba, dan berat awal rata-rata 50 g/ekor, adalah sebesar 2,4 ton ikan. Selama pemeliharaan jumlah pakan yang diberikan sebanyak 5600 kg, dengan rasio konversi pakan (FCR) 2,33. Sintasan (kelangsungan hidup) ikan bandeng selama pemeliharaan berlangsung cukup tinggi berkisar antara 95 persen-97,2 persen dengan rata-rata 96 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandugaan total beban limbah organik rata-rata pakan yang dimakan (sisa pakan) sekitar 1 persen (56 kg) dari total pakan yang diberikan (5600 kg), sedangkan jumlah faeses yang dihasilkan dari budidaya ikan diperoleh rata-rata 13,5 persen dari total pakan yang dimakan (5544 kg). Sehingga total limbah yang masuk ke perairan berasal dari kegiatan budidaya ikan bandeng selama pemeliharaan (120 hari) terdiri dari pakan yang tidak dimakan sebanyak 56 kg dan faeses sebanyak 748,44 kg, jadi total keseluruhan limbah organik yang masuk ke perairan teluk Awerange adalah sebanyak 804,44 kg/10 unit keramba/4 bulan. Pendugaan kuantifikasi (jumlah) limbah organik yang mengandung N dan P yang masuk ke dalam perairan berasal dari pakan yang terbuang atau tidak dimakan (sisa pakan) dan faeses yaitu total limbah N dan P masing-masing sebesar 45,34 kg N/ton ikan dan 33,13 kg P/ton ikan. Laju Sedimentasi di daerah budidaya ikan bandeng dalam keramba jaring apung (stasiun D1, D2 dan D3) rata-rata berkisar antara 0,018 - 0,045 kg/m2/hari, sedangkan laju sedimentasi disekitar keramba jaring apung (stasiun dibagian utara, timur, selatan dan kontrol) rata-rata berkisar 0,020 - 0,035 kg/m2/hari. Karakteristik fisika-kimia air yang terdapat di Perairan Teluk Awerange, masih berada dalam batas baku mutu yang diinginkan untuk biota laut (budidaya perikanan) menurut kep-02/MENKLH/1988, kecuali untuk parameter padatan tersuspensi (TSS) dan COD nilainya sudah melewati batas yang diinginkan, tetapi masih diperbolehkan untuk biota perairan (Kep-02/MENKLH/1988
Collections
- MT - Fisheries [2947]