Pengaruh Pengkayaan Rotifer dengan Vitamin C Terhadap Larva Udang Vannamei Littopenaeus Vannamei
Abstract
Udang vannamei (Littopenaeus vannamei) saat ini merupakan komoditas perikanan yang cukup penting. Berdasarkan informasi dari PT CentralPertiwi Bahari, ketika memasuki stadia zoea hingga zoea mysis, larva udang ini seringkali mengalami kegagalan moulting yang mengakibatkan kelangsungan hidup yang rendah, yaitu sekitar 40%-50% dari jumlah populasi awal tebar. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya asupan nutrien tertentu, seperti vitamin C. Vitamin C yang diberikan bersamaan dengan pakan buatan kemungkinan besar akan mengalami leaching di air media pemeliharaan sebelum sampai ke larva udang. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan melakukan bioenkapsulasi rotifer (Brachionus rotundiformis) dengan vitamin C, mengingat sifat rotifer yang non selective filter feeder. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian rotifer yang diperkaya dengan vitamin C terhadap kelangsungan hidup, panjang total, waktu intermoult dan kecepatan perkembangan stadia larva udang vannamei. Penelitian ini mengaplikasikan Rancangan Acak Lengkap dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Tahap dalam penelitian ini terdiri dari penyediaan pakan, pemeliharaan larva dan pengamatan. Larva udang vannamei stadia naupli 6 dipelihara dalam 15 fiber volume 500 l yang diisi 300 l air laut dengan kepadatan ± 100 ind/l. Larva diberi pakan buatan CP Star 100, CP Spina, BP Eguci, Lanzy ZM dan vitamin C dengan frekuensi pemberian 6 x sehari. Sedangkan pakan alami berupa Chaetoceros gracillis dan Skeletonema costatum diberikan dengan frekuensi pemberian 4 x sehari. Mulai stadia zoea 2, larva udang diberi perlakuan yang berbeda, yakni : larva tidak diberi rotifer (K), larva diberi rotifer yang langsung dari kultur masal (R1), larva diberi rotifer yang diperkaya dengan 0 g (R2), 0,5 g (R3) dan 1 g vitamin C/10 l media pengkaya (R4). Pengkayaan rotifer dengan vitamin C menyebabkan kandungan vitamin C tubuh rotifer meningkat dibandingkan yang tidak diperkaya, yakni mulai dari 26 hingga 64 μg/g bobot kering rotifer. Peningkatan ini menyebabkan kandungan vitamin C dalam tubuh larva udang juga meningkat, yaitu 17,9-20,9 μg/g bobot kering larva untuk R1, R2, R3 dan R4 sedangkan pada perlakuan K, tubuh larva mengandung 11,8 μg/g bobot kering larva. Kelangsungan hidup larva perlakuan R2 dan R3 adalah 81,85% dan 88,21% sedangkan perlakuan pada K, R1 dan R4 adalah 39,00%, 59,19% dan 61,34%. Rata-rata panjang total larva pada setiap perlakuan tidak berbeda nyata, yaitu antara 3,00-3,31 mm. Begitu pula dengan waktu intermoult dan kecepatan perkembangan stadia larva, berturut-turut sebesar 2,45-2,82 hari untuk Z1-Z3, 3,70-4,52 hari untuk Z3-M3 dengan jumlah larva stadia PL1 pada akhir penelitian sebanyak 30,00%-70,00%.