Studi pemanfaatan ekstrak daun kumis kucing (Orhosipon aristatus Bl. Miq.) sebagai aktivator dekomposisi serasah dan pengaruh penggunaan kumis kucing sebgai tanaman sela terhadap neraca hara dan analisis ekonominya pada sistem tumpangsari
View/ Open
Date
2002Author
Wijarnako
Darusman, Dudung
Darusman, Latifah K
Metadata
Show full item recordAbstract
Paradigma pembangunan kehutanan di PT Perhutani khususnya dalam bidang penanaman hutan tidak cukup ditinjau dari satu keberhasilan tanaman hutannya saja. Seiring dengan perkembangan waktu, maka keberhasilan tersebut juga perlu dilihat dari sisi lain yaitu kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan. Kumis kucing (Orthosipon aristatus Bi miq) adalah salah satu alternatif dan titik temu dari dua kepentingan di atas dalam pondasi pembangunan tanaman hutan. Manfaat dari tanaman kumis kucing adalah sebagai tanaman obat tradisional dalam menghancurkan batu ginjal dan juga sebagai tanaman konservasi yang berperan dalam pengikatan partikel tanah.
Telah dilaksanakan penelitian di laboratorium silvikultur Fahutan IPB dan penelitian di lapang tepatnya di Cicurug wilayah Perhutani Sukabumi, dimulai dari Oktober 2000 sampai dengan April 2001. Rancangan percobaan yang dipergunakan adalah rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Perlakuan di Lab. adalah kombinasi dari ekstrak daun kumis kucing (K) yaitu 0, 25, 50, 75 dan 100 g/l dan daun meniran (M) yaitu 0, 25 g/l. Hasil penelitian menunjukan kompos yang dibuat dari perlakuan K75M25 mengandung hara tertinggi yaitu N (1.14%), Ca (3.69%), dan Mg (0,32%). Selain itu terukur C/N rasio ≤ 20 dan memiliki pH kompos basa sehingga perlakuan K75M25 terpilih sebagai perlakuan untuk percobaan selanjutnya di lapang, dst