Kajian Kohabitasi Kelasi (Presbytis rubicunda) dengan Kelampiau (Hylobates albibarbis) di Stasiun Penelitian Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung- Kalimantan Barat
View/ Open
Date
2010Author
Taqiuddin
Santosa, Yanto
Mustari, Abdul Haris
Metadata
Show full item recordAbstract
Kelasi dan kelampiau merupakan dua primata endemik yang berada di
Stasiun Penelitian Cabang Panti (SPCP), Taman Nasional Gunung Palung
(TNGP). Kedua spesies yang telah ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi ini
masih sedikit dipelajari. Kedua primata ini diduga hidup pada habitat yang sama
sehingga terjadi penggunaan ruang dan pemanfaatan sumberdaya tumbuhan
bersama di SPCP. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1) mengetahui pola
penempatan aktifitas dalam dimensi ruang oleh kelasi dan kelampiau dan 2)
mengetahui besarnya tumpang tindih relung ekologi antara kelasi dan kelampiau.
Penelitian yang dilaksanakan dari bulan Nopember 2009 sampai dengan
Februari 2010 ini juga menyajikan derajat asosiasi interspesifik antara kelasi dan
kelampiau berdasarkan Indeks Jaccard. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu focal animal sampling pada 3 kelompok kelasi yang terdiri dari 8
individu dan 3 kelompok kelampiau yang terdiri dari 5 individu berdasarkan kelas
umur dan jenis kelamin di SPCP-TNGP.
Unit contoh dalam penelitian ini, untuk penggunaan ruang dan pemanfaatan
tumbuhan sumber pakan adalah pohon yang digunakan oleh kelasi, oleh
kelampiau dan oleh keduanya. Sedangkan unit contoh pengamatan aktifitas satwa
yaitu individu satwa, baik kelasi atau kelampiau yang dibedakan berdasarkan
kelas umur dan jenis kelamin. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri atas : Peta Kawasan TNGP, tally sheet, binokuler, GPS,
hagameter, kompas, stopwatch, kamera foto digital, phiband, alat tulis, pita meter,
alkohol 70%, kertas koran, sasak, gunting, label gantung, perangkat lunak
Arcview 3.3 dan SPSS 16.0 for Window.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran penggunaan ruang vertikal
oleh kelasi atau kelampiau adalah berbeda menurut ketinggian. Kelasi dan
kelampiau memilih untuk menempati ketinggian tertentu dalam penggunaan ruang
pohon. Pemanfaatan ruang vertikal berupa ketinggian aktifitas harian rata-rata
untuk kelampiau (27,84 m) lebih tinggi dibandingkan kelasi (25,91 m). Hal ini
disebabkan keberadaan buah/sumber pakan, tipe lokomosi dan perilaku dari kedua
primata ini yang berbeda. Sedangkan pemanfaatan ruang horizontal berupa luas
wilayah jelajah rata-rata untuk oleh kelampiau (26,34 Ha) lebih luas
dibandingkan dengan kelasi (17,87 Ha). Hal ini disebabkan oleh kelampiau lebih
selektif untuk memilih pakan sehingga jenis pohon pakannya lebih sedikit (31
jenis) dan aktifitas hariannya (berpindah) yang lebih besar dibandingkan kelasi....dst
Collections
- MT - Forestry [1373]