dc.description.abstract | Penelitian ini mengungkapkan bahwa luasnya lapangan kerja di sektor
informal merupakan faktor penting dalam proses migrasi di kota. Mengkaji
tingkat kesejahteraan migran di sektor informal dengan menelaah perilaku migran
pelaku ekonomi informal dalam mengupayakan kehidupannya di kota. Tahap
awal merupakan periode paling kritis. Strategi yang digunakan adalah pemenuhan
kebutuhan dasar. Selanjutnya adalah strategi peningkatan pendapatan. Analisis
regresi berganda digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pendapatan migran di sektor informal, dan uji Duncan digunakan untuk
mengkaji hubungan antara status pekerjaan dengan pendapatan.
Responden pelaku ekonomi sektor informal adalah pemulung, lapak,
pedagang kakilima makanan dan pedagang kakilima pakaian. Jika dibandingkan
upah nominal rata -rata per bulan buruh di Jabotabek tahun 2002 yaitu sebesar Rp.
983.600,00, maka pendapatan rata -rata migran sektor informal lebih baik yaitu
sebesar Rp. 1.631.176,00 per bulan. Jika mengacu pada rata-rata biaya hidup di
Jabotabek (Republika, 2003) adalah Rp. 400.000,00 per bulan, maka profesi
pemulung yang paling rendah rata -rata pendapatannya, yaitu Rp. 444.000,00 per
bulan masih tergolong mampu hidup di kota. Hal ini menunjukkan bahwa
ekonomi sektor informal tidak dapat diabaikan dalam perekonomian perkotaaan. | id |