Penggunaan Alel Cyca-DAB1*05 Sebagai Penanda Ikan mas Tahan Penyakit Koi herpesvirus
Abstract
Ikan mas (Cyprinus carpio L.) adalah salah satu spesies penting untuk usaha budidaya ikan air tawar. Produksi ikan mas telah mengalami penurunan setelah adanya serangan virus Koi herpesvirus (KHV) yang menyerang hampir seluruh dunia. Di Indonesia, KHV menyerang ikan mas dan koi pertama kali di Blitar pada bulan Maret 2002, terus menyebar ke Jawa Barat pada bulan April, Jawa Tengah dan Bali. Akibat wabah ini, kegiatan budidaya ikan mas mengalami penurunan hingga sekarang. Upaya pengobatan terhadap infeksi serangan virus KHV belum ada yang maksimal, namun usaha untuk membangkitkan kembali usaha budidaya ini telah dilakukan diantaranya dengan jalan memelihara ikan-ikan mas yang telah sehat atau lolos dari serangan KHV. Ikan yang lolos dari serangan KHV tersebut diduga memiliki daya tahan terhadap KHV secara genetik. Penggunaan metode PCR dengan primer spesifik dapat digunakan untuk menentukan perbedaan individu ikan secara genotipe. Alel Cyca-DAB1*05 pada gen MHC II telah dilaporkan berhubungan dengan daya tahan ikan mas Eropa terhadap serangan KHV. Alel tersebut diduga juga terdapat pada ikan mas di Indonesia, khususnya ikan mas majalaya yang lolos dari serangan KHV. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan ikan mas majalaya yang tahan terhadap serangan virus KHV dengan menggunakan alel Cyca-DAB1*05 sebagai marka dan menguji daya tahan benih ikan hasil dari persilangan induk ikan mas majalaya yang mempunyai dan yang tidak mempunyai alel Cyca-DAB1*05 terhadap virus KHV.
Analisis DNA menggunakan PCR dengan primer spesifik Cyca-DAB1*05 dilakukan pada 26 ekor induk ikan mas majalaya yang berasal dari satu generasi. Individu ikan mas yang memiliki pita DNA produk PCR ukuran sekitar 300 bp dikategorikan sebagai ikan mas yang mempunyai alel Cyca-DAB1*05. Induk ikan mas yang mempunyai (P) dan yang tidak (N) mempunyai alel Cyca-DAB1*05 dipilih masing-masing 2 ekor ikan jantan dan betina yang matang gonad. Pemijahan dilakukan dengan rangsangan hormonal dan pembuahan telur oleh sperma dilakukan secara buatan. Empat kombinasi perkawinan pada induk yang membawa alel, 4 kombinasi perkawinan yang tidak mempunyai alel dan 2 kombinasi antara yang mempunyai dan yang tidak mempunyai dibuat dengan 3 kali ulangan. Penetasan telur dalam akuarium berukuran 60x40x40 cm secara terpisah untuk setiap kombinasi pemijahan. Larva umur 5 hari dipanen dari akuarium dan dipindahkan ke hapa ukuran 2x2x1 m yang dipasang dalam kolam berukuran 300 m2. Jumlah hapa yang digunakan sebanyak 30 buah, dengan kepadatan larva 300 ekor per hapa. Larva ikan mas dipelihara selama 60 hari dan diberi pakan buatan secara ad libitum. Sebanyak 10 ekor benih ikan mas umur 45 hari dari setiap hapa diambil secara acak dan selanjutnya DNA genom diekstraksi dari sirip ekor untuk analisis PCR untuk menghitung persentase individu yang mempunyai alel Cyca–DAB1*05. Bobot ikan mas diukur setiap 15 hari sebanyak 30 ekor ikan mas per hapa dan kelangsungan hidup dihitung pada akhir penelitian. Uji tantang dengan virus KHV pada benih ikan mas (berat 8-15 g/ekor) dilakukan setelah umur 60 hari. Sebanyak 30 ekor benih ikan mas diambil setiap hapa..dst
Collections
- MT - Fisheries [3203]
