Show simple item record

dc.contributor.advisorYulianda, Fredinan
dc.contributor.advisorDahuri, Rokhmin
dc.contributor.advisorFahrudin, Achmad
dc.contributor.authorAhyadi, Hilman
dc.date.accessioned2023-06-07T05:24:56Z
dc.date.available2023-06-07T05:24:56Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118551
dc.description.abstractTujuan penelitian ini adalah 1). mengevaluasi pemanfaatan sumberdaya terumbu karang sebagai obyek wisata selam berdasarkan kondisi dan potensi sumberdaya terumbu karang serta respon pelaku wisata terhadap sumberdaya tersebut; dan 2). mengetahui persepsi pelaku wisata selam terhadap pengelolaannya sumberdaya terumbu karang kedepan terkait sebagai obyek wisata selam. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademisi, pemerintah dan pelaku wisata selam (pengusaha dan wisatawan) dalam bentuk data dan informasi untuk pengelolaan sumberdaya terumbu karang sebagai obyek wisata di kawasan Gili Trawangan dan kawasan lain. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2008. Lokasi pengambilan data biofisik sumberdaya terumbu karang dilakukan di lokasi penyelaman (dive site) yang paling terkenal atau favorit di Gili Trawangan, lokasi tersebut antara lain: Manta Point (MP), Shark Point (SP), Andy’s Reef (AR), Turbo Deep (TD), Tranwangan Slope (TS) dan Good Heart (GH). Pengambilan data biofisik dan pengamatan perilaku destruktif penyelam dilakukan dengan penyelaman (scuba dive), yang terlebih dahulu dilakukan Manta Taw untuk mendapatkan lokasi yang refresentatif untuk pengukuran atau pelatakan transek. Pengukuran kondisi substrat dasar menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT), pengukuran untuk kondisi ikan dan biota nekton lainnya menggunakan metode Underwater Visual Census (UVC). Panjang transek yang digunakan adalah 50 meter dengan 2 kali ulangan perlokasi penyelaman. Pengukuran kondisi lingkungan perairan di lakukan secara insitu dengan 2 kali ulangan perlokasi. Sedangkan pengambilan data sosial-ekonomi yang meliputi karakteristik, dan respon serta persepsi pelaku wisata, dilakukan dengan wawancara dan kuisioner terhadap pelaku wisata yang terdiri dari 50 orang wisatawan yang telah melakukan penyelaman dan 10 pengusaha/pemandu wisata selam. Analisis kesesuaian biofisik dan daya dukung kawasan menggunakan formulasi Yulianda (2007). Analisis respon pelaku usaha terhadap nilai daya tarik sumberdaya dilakukan dengan metode Scenic Beauty Estimation (SBE) dan analisis nilai ekonomi sumberdaya dengan analisis willingness to pay (WTP) wisatawan selam dengan memberikan pilihan nilai biaya satu kali penyelaman berdasarkan kondisi sumberdaya yang ada. Sedangkan analisis faktor prioritas pengelolaan sumberdaya kedepan menggunakan metode analisis kebutuhan. Kondisi lingkungan perairan (salinitas, kecerahan, suhu, arus dan kedalaman) di lokasi penyelaman masih dalam batas toleransi pertumbuhan karang. Secara umum kondisi sumberdaya ekosistem terumbu karang ( persentase tutupan karang hidup dan keragaman ikan karang) di lokasi penyelaman (dive site) masuk dalam kategori buruk sampai sedang dan kondisi tersebut lebih rendah dibandingkan kondisi beberapa tahun sebelumnya. Tingkat kesesuaian biofisik kawasan hanya tergolong sesuai (S2 atau IKW ≤83) untuk wisata selam. Sebagian besar jumlah penyelaman (tahun 2007) di lokasi penyelaman sudah melewati daya dukung kawasan dengan kisaran daya dukung sebesar 3780 – 7980 orang/tahun. Berdasarkan hasil pengamatan terdapat 10 perilaku penyelam yang berpotensi menyebabkan kerusakan dan gangguan terhadap keberadaan sumberdaya terumbu karang. Perilaku tersebut, antara lain: 1). menginjak karang; 2). menendang karang; 3). memegang karang; 4). mengambil gambar (foto) dengan cahaya (blitz); 5). menaruh barang diatas karang; 6). mengambil karang; 7).menghamburkan sedimen; 8).memberi makan ikan; 9). mengganggu gerombolan ikan; dan 10). mengganggu aktivitas penyu. Mengambil gambar dengan blitz merupakan perilaku detruktif yang paling tinggi intensitas atau frekuensinya, yaitu 3-4 kali per 50 menit penyelaman. Berdasarkan wawancara dan media promosi, di tiap lokasi penyelaman Gili Trawangan memiliki banyak obyek wisata selam yang dapat dinikmati. Hasil analisis SBE menempatkan obyek penyu dan anemon sebagai obyek yang memiliki daya tarik tertinggi bagi para wisatawan selam. Rendahnya kondisi sumberdaya terumbu karang di lokasi penyelaman menyebabkan menurunya penilaian dan kepuasan wisatawan selam, hal ini terlihat dari respon dan nilai WTP yang sebagian besar wisatawan masih tergolong standar atau sesuai dengan harga saat ini ($US 40-50) dan sebagian lagi dibawah standar . Berdasarkan analsis faktor kebutuhan terdapat 19 faktor yang yang perlu diperhatikan untuk pengelolaan sumberdaya terumbu karang kedepan terkait sebagai obyek wisata selam. Terdapat 9 faktor diantaranya menjadi faktor prioritas utama, antara lain: koordinasi stakeholder, rehabilitasi ekosistem, riset dan data base, informasi potensi, peningkatan promosi, variasi wisata selam, dana konservasi, aturan dan sanksi, dan kualitas pelayanan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Argicultural University (IPB)id
dc.subject.ddcMarine productid
dc.subject.ddcCoralid
dc.titleEvaluasi sumberdaya terumbu karang untuk wisata selam di Gili Trawangan, Propinsi Nusa Tenggara Baratid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordevaluation resourcesid
dc.subject.keywordcoral reefid
dc.subject.keyworddive siteid
dc.subject.keyworddiving tourismid
dc.subject.keywordGili Trawangan.id


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record