Pemanfaatan bioflok sebagai pakan dan sistem imun dalam budidaya super-intensif ikan nila merah (Oreochromis sp.) di kolam air tenang
Abstract
Perikanan budidaya intensif dan super-intensif memiliki ketergantungan
pada input pakan yang tinggi yang secara langsung mempengaruhi peningkatan
input nitrogen dalam sistem budidaya. Retensi nitrogen ikan yang rendah
menyebabkan pemanfaatan nutrien pakan menjadi tidak efisien. Selain itu
akumulasi bahan organik terutama nitrogen dalam bentuk amonia dapat bersifat
toksik pada ikan. Teknologi bioflok merupakan manajemen kualitas air yang
didasarkan pada kemampuan bakteri heterotrof untuk memanfaatkan nitrogen baik
organik maupun anorganik yang terdapat dalam air menjadi biomassa mikroba
melalui penambahan karbon organik yang dapat dimanfaatkan oleh organisme
budidaya sebagai sumber makanan sehingga efisiensi pakan tinggi dan limbah
bahan organik menurun. Selain itu bioflok mengandung poly-β-hydroxybutyrate
(PHB) yang diduga dapat meningkatkan sistem imun pada ikan. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan bioflok sebagai pakan dan stimulus
sistem imun dalam budidaya super-intensif ikan nila merah. Manfaat dari
penelitian ini adalah memberi informasi dalam pengembangan teknologi budidaya
khususnya mengenai peranan bioflok dalam meningkatkan efisiensi protein pakan
serta sebagai stimulus sistem imun ikan
Penelitian terdiri dari 6 perlakuan yaitu perlakuan bioflok (BFT) dan kontrol
(K) dengan perbedaan kepadatan : 25, 50 dan 100 ikan/m3 dengan berat rata-rata
ikan uji 77,9 ± 3,7 g. Perlakuan bioflok ditambah sumber karbon organik (molase)
dengan C/N rasio mencapai 15. Parameter yang diamati berupa : kinerja produksi,
identifikasi bioflok, analisa proksimat bioflok, pakan, ikan dan molase,
pengamatan hematologi ikan, dan kualitas air. Data yang diperoleh dianalisis
dengan two-way analysis of variance (factorial design) dengan selang
kepercayaan 95 %. Untuk melihat perbedaan perlakuan maka dilakukan uji lanjut
dengan uji Duncan’s Multiple Range dengan menggunakan program komputer
SAS V9.1.
Kinerja produksi yang diamati dalam penelitian ini meliputi kelangsungan
hidup, pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, dan retensi protein. Tingkat
kelangsungan hidup BFT 150 dan BFT 300 lebih tinggi dibandingkan kontrol.
Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa kepadatan memberikan pengaruh
yang nyata (P<0,05) terhadap kelangsungan hidup ikan nila merah sedangkan
pemberian molase tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05). Laju
pertumbuhan spesifik tertinggi dicapai oleh perlakuan K 75 sebesar 1,54%/hari,
sedangkan yang terendah dicapai oleh perlakuan BFT 300 dengan nilai
0,51%/hari. Hasil pengamatan secara deskritif menunjukkan bahwa nilai efisiensi
pakan pada perlakuan bioflok lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol
khususnya BFT 75 (68,99%) dan BFT 150 (55,49%). Hal serupa juga tampak
pada nilai retensi protein pada bioflok yang lebih tinggi dibandingkan kontrol.
Namun demikian hasil analisa statistik menunjukkan bahwa kepadatan dan
pemberian molase tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap efisiensi
pakan dan retensi protein (P>0,05). Hal ini diduga disebabkan oleh kematangan
gonad yang tidak diharapkan dan tidak terkontrol pada masa pemeliharaan,
sehingga terjadi pengalihan energi pertumbuhan somatik menjadi energi yang
digunakan untuk reproduksi. Tingginya aktivitas reproduksi menyebabkan
pertumbuhan somatik ikan pada perlakuan bioflok lebih rendah daripada kontrol
yang kemudian berakibat pada rendahnya pertambahan bobot biomass sehingga
berpengaruh pada efisiensi pakan. Hal ini didukung oleh data rata-rata jumlah
benih yang ditemukan pada perlakuan bioflok lebih banyak (1.458 ekor) daripada
kontrol (777 ekor). Hasil pengamatan pada satu bulan pertama dimana reproduksi
belum terjadi menunjukkan bahwa pertumbuhan pada perlakuan bioflok lebih
tinggi khususnya pada BFT 150 (0,98%/hari) dan BFT 300 (0,88%/hari)
dibandingkan K 150 (0,89%/hari) dan K 300 (0,48%/hari). Hasil pengamatan
efisiensi pakan pada satu bulan pertama, juga menunjukkan bahwa perlakuan
bioflok lebih tinggi dibandingkan kontrol. Hasil analisa statistik menunjukkan
bahwa tidak ada interaksi antara variabel kepadatan dan pemberian molase
terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan dan retensi
protein. Hasil kandungan protein bioflok menunjukkan bahwa pada awal
penelitian cukup tinggi (38,67%), kemudian turun (22,54-28,19%), dan tinggi lagi
pada akhir penelitian (39,71-48,13%). Hal ini diduga karena kandungan karbon
pada molase mengalami penurunan selama periode penyimpanan. Total karbon
pada awal penelitian dilakukan sebesar 53,78%, kemudian mengalami penurunan
menjadi 28,20% setelah 6 minggu penyimpanan, dan total karbon pada molase
baru sebesar 40,36%.
Hasil pengamatan indeks fagositik pada hari ke-50 dan hari ke-99 setiap
perlakuan menunjukkan bahwa molase memberikan pengaruh yang nyata
(P<0,05) terhadap indeks fagositik. Hasil pengamatan persentase indeks fagositik
menunjukkan bahwa perlakuan bioflok lebih tinggi dibandingkan kontrol.
Persentase indeks fagositik tertinggi terdapat pada perlakuan BFT 150 (30%) dan
yang terendah terdapat pada perlakuan K 300 (16%). Hasil ini mengindikasikan
bahwa tingkat stress pada ikan perlakuan bioflok lebih rendah dibandingkan
perlakuan kontrol akibat bioflok dapat mengontrol kualitas air. Selain itu bioflok
diduga mengandung PHB yang diduga dapat meningkatkan sistem imun pada
ikan. Hasil statistik menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara variabel
kepadatan dan pemberian molase terhadap jumlah leukosit, nilai neutrofil, nilai
limfosit, nilai monosit, nilai trombosit, nilai indeks fagositik, dan jumlah eritrosit.
Kandungan nutrisi pada bioflok mengindikasikan bahwa bioflok dapat
dimanfaatkan oleh ikan nila merah sebagai pakan namun belum memberikan nilai
pertumbuhan yang setara dengan kontrol. Hasil hematologi ikan menunjukkan
bahwa perlakuan bioflok lebih baik dibandingkan kontrol terutama terlihat pada
persentase indeks fagositik. Pemberian molase memberikan pengaruh yang nyata
(P<0,05) terhadap indeks fagositik yang mengindikasikan peran bioflok sebagai
stimulus sistem imun.
Collections
- MT - Fisheries [3016]