Rencana Penataan Lanskap Desa Wisata Secara Partisipatif di Ensaid Panjang Sintang Kalimantan Barat
View/ Open
Date
2015Author
Pawa, Janiarto Paradise
Nurisyah, Siti
Adiwibowo, Soeryo
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia memiliki kekayaan dan keragaman budaya yang unik dan
eksklusif. Berbagai kekayaan warisan budaya tersebut perlu dilestarikan sebagai
wujud identitas masyarakat Indonesia. Kekayaan tersebut juga dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Satu dari banyak daerah yang
kaya dan unik dilihat dari sisi lanskap dan budayanya adalah desa Ensaid Panjang
yang berada di Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Saat ini kelestarian budaya suku Dayak di Desa Ensaid Panjang berpotensi
mengalami gangguan oleh gencarnya infiltrasi budaya luar, pembukaan lahan
untuk perkebunan kelapa sawit, perluasan kawasan pemukiman, dan kegiatan
penebangan liar.
Salah satu upaya untuk melestarikan budaya masyarakat Desa Ensaid
Panjang yaitu dengan merencanakan desa tersebut sebagai desa wisata yang
berbasis pada kekayaan budaya lokal. Menurut Organization for Economic
Cooperation and Development (1994), wisata desa dapat menciptakan potensi
yang besar bagi pembangunan desa. Potensi tersebut yaitu: menciptakan lapangan
pekerjaan, serta mendukung aktifitas pertanian, kehutanan, konservasi lanskap,
kesenian dan kerajinan tangan, juga menjaga kelangsungan budaya, konservasi
alam, pelestarian lingkungan dan bangunan bersejarah, keterlibatan wanita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara
partisipatif batas kawasan wisata, mengidentifikasi dan menganalisis potensi
objek dan atraksi wisata budaya dan alam, mengidentifikasi dan menganalisis
peluang peran serta masyarakat dalam pengembangan dan pelaksanaan program
wisata, merekomendasikan rencana lanskap desa wisata yang dapat diaplikasikan
masyarakat secara mandiri sehingga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan.
Lokasi penelitian adalah wilayah Desa Ensaid Panjang, Kecamatan Kelam
Permai, Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat. Desa Ensaid Panjang
memiliki luas 3220 Ha, secara geografis berada pada koordinat 00° 04’01”LU -
00°09’39” LU dan 111° 39’49” BT - 111° 42’27’’BT. Alat penelitian partisipatif
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemetaan partisipatif, Focus Group
Discussion (FGD), mental map, dan matrix scoring. Batas kawasan wisata
partisipatif ditentukan dengan FGD dan mental map yang menunjukkan kawasan
lindung dan kawasan potensial untuk wisata.
Objek dan atraksi wisata alam dan budaya didaftar dan dipilih bersama
masyarakat, kemudian dinilai dengan menggunakan metode modifikasi Mc
Kinnon (1986) dalam Sabahan (2012), Gunn (1994), dan Ling (2011). Objek dan
atraksi wisata dikelompokkan menjadi wisata budaya dan wisata alam. Penilaian
objek dan atraksi wisata dilakukan berdasarkan aspek posisi tapak, keunikan,
keaslian, peruntukan wisata, ketersediaan sumber air bersih, dan aksessibilitas.
Kualitas visual objek dan atraksi wisata dilakukan dengan metode SBE (Daniel
dan Boster 1976). Hasil penilaian objek dan atraksi wisata diintegrasikan dengan
hasil analisis SBE menghasilkan zonasi wisata potensial untuk dikembangkan
yang diklasifikasikan menjadi zona potensi tinggi, sedang dan rendah.
Luas kawasan perencanaan wisata Desa Ensaid Panjang berdasarkan hasil
pemetaan dan diskusi dengan masyarakat adalah 3426,88 Ha. Berdasarkan mental
map diketahui terdapat zona-zona tapak yaitu: zona keramat 2.64 ha (0.07%),
zona perlindungan alam seluas 1330.65 Ha (38.51%), dan zona pemanfaatan
seluas 2121.9 Ha (61.41%). Kawasan ini selanjutnya menjadi batas kawasan
untuk analisis selanjutnya.
Objek dan atraksi wisata budaya dalam kategori sangat potensial terdiri dari
rumah betang, aktifitas sosial budaya di rumah betang, kain tenun ikat dan proses
menenun tenun ikat. Objek dan atraksi wisata kategori potensial terdiri dari
produk anyaman, kegiatan menganyam, seni sastra lisan, upacara adat, pandai
besi, tarian tradisional, cara memasak tradisional dan makanan tradisional,
pengolahan padi, lanskap persawahan dan proses pengolahan lahan. Lanskap dan
aktifitas di kebun karet termasuk dalam kategori kurang potensial, sedangkan
lanskap dan aktifitas di kebun sawit tidak potensial. Objek dan atraksi wisata alam
potensial terdiri dari lanskap dan flora fauna Bukit Rentap, Air Terjun Rendung,
lanskap hutan rawa dan flora fauna Tawang Mersibung dan Sebesai, ekosistem
dan flora fauna Sungai Kebiau. Objek dan atraksi wisata kategori cukup potensial
terdiri dari lanskap dan flora fauna pada Tawang Serimbak. Sedangkan objek dan
atraksi wisata yang termasuk dalam kategori kurang potensial adalah lanskap dan
flora fauna Tawang Semilas dan Tawang Sepayan.
Hasil analisis kualitas visual menunjukkan lanskap dengan kategori kualitas
visual tinggi terdiri dari kawasan sekitar rumah betang, area persawahan, area
perkebunan sawit, Air Terjun Rendung, Kawasan Bukit Rentap dan Sungai
Kebiau. Lanskap yang termasuk dalam kategori kualitas visual sedang terdiri dari
lanskap hutan rawa dan perkebunan karet.
Integrasi potensi wisata alam dan potensi wisata budaya dengan kualitas
visual kawasan menghasilkan penilaian integratif yang menunjukkan bahwa
kawasan dengan potensi wisata tinggi terdiri dari kawasan pemukiman rumah
betang dan rumah tunggal, Bukit Rentap, Tawang Mersibung dan Sebesai,
persawahan, serta Sungai Kebiau. Kawasan dengan potensi wisata sedang adalah
Tawang Serimbak, dan kawasan dengan potensi wisata rendah terdiri dari Tawang
Sepayan, Tawang Semilas, perkebunan karet dan perkebunan sawit.
Masyarakat Ensaid Panjang mendukung pengembangan wisata di desa
mereka. Masyarakat ingin ikut berperan sebagai bagian dari atraksi wisata dan
menjadi pendukung aktifitas wisata. Peran masyarakat yang berpotensi tinggi
untuk kembangkan yaitu penenun, penganyam, pandai besi, bertani, penunjuk
jalan, koki,. Peran masyarakat yang berpotensi sedang untuk dikembangkan yaitu
penabuh gendang, penyair bekana, penari, pandai dayung, homestay.
Konsep rencana pengembangan dan penataan kawasan desa Ensaid Panjang
adalah "Lanskap Desa Wisata dan Pelestarian Budaya Dayak Desa Partisipatif".
Konsep ini dilaksanakan dengan keterlibatan masyarakat lokal secara maksimum
dengan menekankan pada pentingnya keuntungan bagi komunitas serta kelestarian
budaya setempat untuk pengembangan wisata.
Collections
- MT - Agriculture [3693]