Potensi Kenari Canarium indicum untuk Peningkatan Kinerja Pertumbuhan dan Pencegahan Vibriosis pada Ikan Kakap Putih
Date
2023-05-30Author
Abdullah, Taufiq
Wahjuningrum, Dinamella
Widanarni, Widanarni
Metadata
Show full item recordAbstract
Produksi ikan kakap putih global hingga akhir tahun 2020 mencapai 105,8 juta ton. Indonesia mampu menyumbang 5,1% dari total produksi tersebut, akan tetapi kontribusi ini lebih rendah dari negara produsen lainnya. Oleh karena itu, perlu peningkatan produksi ikan kakap putih Indonesia salah satunya melalui subsektor perikanan budidaya. Kegiatan budidaya ikan kakap putih tidak terlepas dari berbagai kendala, salah satunya adalah serangan vibriosis yang dapat disebabkan oleh bakteri V. alginolyticus. Pengendalian vibriosis dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik. Namun metode ini dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan perairan dan kesehatan konsumen serta berpotensi meningkatkan jumlah bakteri resistan. Oleh karena itu, pengembangan metode yang lebih ramah lingkungan diperlukan sebagai alternatif penggunaan antibiotik. Aplikasi bahan herbal adalah salah satu metode yang telah dikembangkan pada kegiatan budidaya ikan kakap putih karena berpotensi meningkatkan kinerja pertumbuhan dan meningkatkan imunitas. Salah satu jenis herbal yang dapat dimanfaatkan adalah kenari C. indicum karena memiliki komponen bioaktif seperti vitamin E, vitamin C serta senyawa polifenol. Komponen-komponen ini dapat meningkatkan pertumbuhan dan imunitas ikan dari infeksi agen penyebab vibriosis. Sejauh ini penelitian mengenai aplikasi C. indicum untuk peningkatan kinerja pertumbuhan dan pencegahan infeksi V. alginolyticus pada ikan kakap putih belum pernah dilakukan. Potensi yang dimiliki C. indicum mendorong dilakukannya penelitian ini dengan tujuan mengevaluasi potensi kenari C. indicum untuk peningkatan kinerja pertumbuhan dan pencegahan vibriosis pada ikan kakap putih. Penelitian ini dilakukan secara in-vitro dan in-vivo. Rancangan penelitian invitro adalah rancangan acak lengkap dengan perlakuan phosphate buffered saline sebagai kontrol negatif (K-), 30 µg mL-1 kloramfenikol sebagai kontrol postif (K+) dan lima dosis ekstrak C. indicum, yaitu 20 (E20.0), 10 (E10.0), 5 (E5.0), 2,5 (E2.5) dan 1,25 (E1.25) mg mL-1. Setiap perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Parameter yang diamati adalah aktivitas antibakteri C. indicum terhadap V. alginolyticus. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak C. indicum mampu menghambat V. alginolyticus. Semua perlakuan ekstrak C. indicum berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan K- dan K+. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak C. indicum yang digunakan maka semakin besar zona hambat yang dihasilkan. Sementara itu penelitian in-vivo menggunakan rancangan penelitian acak lengkap dengan perlakuan kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), 0,6 g kg-1 vitamin E sebagai kontrol vitamin (KVit), 2 g kg-1 kloramfenikol sebagai kontrol antibiotik (KAnt) dan tiga dosis yaitu C. indicum, 5 g kg-1 (D05), 10 g kg-1 (D10), dan 20 g kg-1 (D20). Masing - masing perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Parameter yang diamati adalah kinerja pertumbuhan, gejala klinis, histopatologi hati, hematologi, respons imun, kelangsungan hidup dan cumulative survival pasca uji tantang. Parameter kinerja pertumbuhan diamati dari hari ke-0 sampai hari ke-30. Parameter hematologi dan respons imun diamati pada hari ke-0 dan ke-30 sebelum uji tantang, hari ke-1, 5, dan 14 pasca uji tantang. Parameter gejala klinis, ii histopatologi hati, kelangsungan hidup dan cumulative survival diamati setelah uji tantang. Hasil pengamatan kinerja pertumbuhan selama 30 hari pemeliharaan berbeda nyata (P<0,05) terhadap biomassa akhir, pertambahan bobot dan pertumbuhan harian rata-rata. Hasil pengamatan hematologi dan respons imun menunjukkan hasil yang fluktuatif. Uji tantang mampu memengaruhi kondisi hematologi dan respons imun. Total eritrosit, kadar hematokrit dan hemoglobin terjadi penurunan pada perlakuan K+, KVit, KAnt, D05, D10, dan D20. Sementara total leukosit mengalami peningkatan yang sejalan dengan aktivitas fagositik, respiratory burst dan aktivitas lisozim. Uji tantang V. alginolyticus juga menunjukkan gejala penurunan nafsu makan, terdapat luka pada operkulum, pembengkakan perut, pembesaran internal organ dan menyebabkan kematian. Histopatologi organ hati menunjukkan adanya perubahan yang mengindikasikan terjadinya hemoragi, vakuolisasi dan nekrosis sel hepatosit. Hasil pengamatan kelangsungan hidup pasca uji tantang menunjukkan bahwa suplementasi C. indicum (D05, D10, dan D20) pada pakan memiliki hasil yang lebih tinggi dan berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol positif. Kondisi kelangsungan hidup identik dengan cumulative survival yang menunjukkan tingkat mortalitas tertinggi adalah perlakuan kontrol positif. Nilai cumulative survival juga mengungkapkan puncak kematian terjadi pada hari ke-8 pasca uji tantang. Kesimpulan yang dapat diambil adalah kenari C. indicum dengan dosis 5 g kg-1 hingga 20 g kg-1 mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan dan mencegah vibriosis karena mampu menghasilkan kelangsungan hidup dan cumulative survival yang lebih baik dari perlakuan kontrol positif setelah uji tantang. Kenari C. indicum dapat sehingga dapat digunakan sebagai imunostimulan untuk pencegahan penyakit pada ikan kakap putih.
Collections
- MT - Fisheries [2872]