Show simple item record

dc.contributor.advisorSri Wilarso Budi R
dc.contributor.advisorTiryana, Tatang
dc.contributor.authorinwon, Seo
dc.date.accessioned2023-05-30T06:07:52Z
dc.date.available2023-05-30T06:07:52Z
dc.date.issued2013
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118182
dc.description.abstractJabon (Anthocephalus cadamba Miq.) merupakan jenis pohon cepat tumbuh asli Indonesia yang disukai oleh masyarakat karena adaptabilitas dan nilai ekonomi tinggi. Informasi mengenai pohon dan praktek silvikultur masih terbatas, Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengumpulkan informasi mengenai praktek silvikultur yang telah dilaksanakan oleh masyarakat lokal di Jawa Barat 2) menginvestigasi performa pertumbuhan pada lokasi penanaman yang berbeda di Jawa Barat 3) menguji hubungan praktek silvikultur dengan kesuburan tanah untuk mengetahui kualitas tegakan. Aspek yang diteliti meliputi inventarisasi tegakan, pengujian contoh tanah, dan wawancara dengan masyarakat penanam jabon di wilayah Bogor, Sukabumi, Sumedang dan Purwakarta. Sebanyak 56 plot contoh dengan ukuran 0.02 atau 0.04 ha dibuat di 20 lokasi untuk melakukan pengukuran tinggi dan diameter pohon, dan serangan hama. Selain tinggi dan diameter, pada plot contoh juga diamati kerusakan pohon akibat hama. Data yang diperoleh dari lapangan, kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik regresi. Berdasarkan dari hasil wawancara, sebagaian besar pemilik modal penanaman jabon berasal dari luar kota. Terdapat tiga tipe dari sistem menejemen yang dilakukan yaitu: kerjasama, menggaji karyawan, dan melakukan menejemen langsung yang dilakukan oleh pemilik modal. Berdasarkan informasi yang diperoleh, diketahui masih sedikit pengelola yang telah mengikuti pelatihan teknik selvikultur jabon Namun demikian semua pengelola telah menerapkan teknik dasar silvikultur seperti persiapan lahan, penanaman, pemupukan, serta pengendalian gulma, hama dan penyakit. Dari hasil inventarisasi diketahui pohon jabon di lapangan berusia antara 0,5 sampai 3.5 tahun, karena pohon jabon baru diperkenalkan sejak tahun 2008. Interval diameter rata-rata berkisar 2.45 cm sampai 14.57 cm, dengan nilai terbesar 29.3 cm dan tinggi rata-rata berkisar antara 1.29 m sampai dengan 12.62 m dengan tinggi maksimal sebesar 18.68 m di lokasi Situgede Bogor. Model Chapman digunakan untuk menghitung kurva index tempat tumbuh. Berdasarkan model regresi dari peninggi tegakan, nilai kurva index tempat tumbuh: Hd = 10. 6982(1 − exp(−0.8915t)). dengan nilai R-Square 0.6513. Nilai dari kurva ini, membagi 20 lokasi menjadi 3 katagori yaitu baik (2), sedang (12), dan buruk (6). Terdapat tiga persamaan antara umur dan diameter (DBH), yang dapat diperkirakan berdasarkan klasifikasi dari lokasi. Hasil dari perbandingan antara lokasi baik dan buruk, tampak bahwa kondisi lokasi dan kesuburan tanah lebih memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jabon, dibanding dengan praktek silvikultur seperti pemupukan dan pemeliharaan.id
dc.language.isoidid
dc.subject.ddcSilvicultureid
dc.titleSilvicultrual Practices and Growth of Jabon Tree (Anthocephalus cadamba Miq) in Community Forest, West Java, Indonesiaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAnthocephalus cadamba Miqid
dc.subject.keywordCommunity Forestid
dc.subject.keywordSilvicultural practicesid
dc.subject.keywordSite Index Curveid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record