Silvicultrual Practices and Growth of Jabon Tree (Anthocephalus cadamba Miq) in Community Forest, West Java, Indonesia
View/ Open
Date
2013Author
inwon, Seo
Sri Wilarso Budi R
Tiryana, Tatang
Metadata
Show full item recordAbstract
Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) merupakan jenis pohon cepat
tumbuh asli Indonesia yang disukai oleh masyarakat karena adaptabilitas dan nilai
ekonomi tinggi. Informasi mengenai pohon dan praktek silvikultur masih terbatas,
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengumpulkan informasi
mengenai praktek silvikultur yang telah dilaksanakan oleh masyarakat lokal di
Jawa Barat 2) menginvestigasi performa pertumbuhan pada lokasi penanaman
yang berbeda di Jawa Barat 3) menguji hubungan praktek silvikultur dengan
kesuburan tanah untuk mengetahui kualitas tegakan.
Aspek yang diteliti meliputi inventarisasi tegakan, pengujian contoh tanah,
dan wawancara dengan masyarakat penanam jabon di wilayah Bogor, Sukabumi,
Sumedang dan Purwakarta. Sebanyak 56 plot contoh dengan ukuran 0.02 atau
0.04 ha dibuat di 20 lokasi untuk melakukan pengukuran tinggi dan diameter
pohon, dan serangan hama. Selain tinggi dan diameter, pada plot contoh juga
diamati kerusakan pohon akibat hama. Data yang diperoleh dari lapangan,
kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik regresi.
Berdasarkan dari hasil wawancara, sebagaian besar pemilik modal
penanaman jabon berasal dari luar kota. Terdapat tiga tipe dari sistem menejemen
yang dilakukan yaitu: kerjasama, menggaji karyawan, dan melakukan menejemen
langsung yang dilakukan oleh pemilik modal. Berdasarkan informasi yang
diperoleh, diketahui masih sedikit pengelola yang telah mengikuti pelatihan teknik
selvikultur jabon Namun demikian semua pengelola telah menerapkan teknik
dasar silvikultur seperti persiapan lahan, penanaman, pemupukan, serta
pengendalian gulma, hama dan penyakit.
Dari hasil inventarisasi diketahui pohon jabon di lapangan berusia antara
0,5 sampai 3.5 tahun, karena pohon jabon baru diperkenalkan sejak tahun 2008.
Interval diameter rata-rata berkisar 2.45 cm sampai 14.57 cm, dengan nilai
terbesar 29.3 cm dan tinggi rata-rata berkisar antara 1.29 m sampai dengan 12.62
m dengan tinggi maksimal sebesar 18.68 m di lokasi Situgede Bogor. Model
Chapman digunakan untuk menghitung kurva index tempat tumbuh. Berdasarkan
model regresi dari peninggi tegakan, nilai kurva index tempat tumbuh: Hd =
10. 6982(1 − exp(−0.8915t)). dengan nilai R-Square 0.6513. Nilai dari
kurva ini, membagi 20 lokasi menjadi 3 katagori yaitu baik (2), sedang (12), dan
buruk (6). Terdapat tiga persamaan antara umur dan diameter (DBH), yang dapat
diperkirakan berdasarkan klasifikasi dari lokasi. Hasil dari perbandingan antara
lokasi baik dan buruk, tampak bahwa kondisi lokasi dan kesuburan tanah lebih
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jabon, dibanding dengan
praktek silvikultur seperti pemupukan dan pemeliharaan.
Collections
- MT - Forestry [1376]