Pemanfaatan Potensi Terumbu Karang Pulau-Pulau Kecil Terluar Tidak Berpenduduk Untuk Wisata Bahari
View/ Open
Date
2017Author
Ruslan, Ahmad Faisal
Setyobudiandi, Isdrajad
Riani, Etty
Metadata
Show full item recordAbstract
Pulau-pulau kecil terluar (PPKT) memiliki arti strategis sebagai titik dasar
dari garis pangkal lurus kepulauan Indonesia dalam penetapan wilayah Perairan
Indonesia, Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, dan Landas Kontinen Indonesia;
sebagai beranda depan Negara Republik Indonesia dan sebagai kawasan lalu lintas
pelayaran internasional. Pulau Senoa merupakan salah satu pulau-pulau kecil
terluar yang terletak di Laut Cina Selatan dan berbatasan langsung dengan
beberapa negara tetangga salah satunya adalah Vietnam. Pulau ini merupakan
Kawasan Strategis Nasional karena merupakan salah satu pulau terdepan yang
menjadi gerbang utama bangsa ini. Tidak hanya itu, Pulau Senoa juga sama
pentingnya dengan pulau-pulau terluar lainnya karena membentuk batas wilayah
kedaulatan Republik Indonesia. Meskipun Pulau Senoa tidak berpenghuni dan
hanya dijadikan sebagai tempat wisata sekaligus sebagai area penangkapan ikan,
namun belum dikelola dengan baik. Berdasarkan kondisi tersebut serta minimnya
kajian ilmiah yang dilakukan di Pulau Senoa sehingga sangat perlu dilakukan
penelitian “pemanfaatan potensi terumbu karang pulau-pulau kecil terluar tidak
berpenduduk untuk wisata bahari di Pulau Senoa, Kab. Natuna, Prov.Kepulauan
Riau” yang meliputi potensi sumberdaya ekosistem pulau-pulau kecil terluar agar
dapat memberikan kesejahteraan, lingkungan yang lestari dan strategis.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi
eksisting ekosistem terumbu karang, menganalisis kelas kesesuaian potensi
pemanfaatan ekosistem terumbu karang untuk wisata bahari (snorkeling dan
selam) dan menghitung daya dukung kawasan wisata bahari (snorkeling dan
selam). Penelitian ini dilakukan di Pulau Natuna, Kab. Natuna, Prov. Kepulauan
Riau pada bulan November 2015 – Maret 2016. Data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian adalah analisis spasial, analisis kesesuaian wisata
bahari, dan analisis daya dukung kawasan (DDK) wisata bahari.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tutupan karang
hidup di Pulau Senoa bervariasi, ada yang berada pada kategori buruk/rusak,
sedang dan adapun yang kondisinya baik. Bentuk pertumbuhan karang rata-rata
didominasi oleh bentuk pentumbuhan karang non-acropora. Ikan karang yang
didaptkan sebanyak 1.133 ekor yang terdiri atas 75 spesies dan tergolong dalam
20 famili. Hasil kelas kesesuaian yang didapatkan adalah kesesuaian wisata
snorkeling kategori sangat sesuai (S1) memiliki luasan sebesar 31.808 m² (3,18
ha) dan kategori sesuai (S2) memiliki luasan sebesar 138.556 m² (13,85 ha).
Kesesuaian wisata selam kategori (S2) memiliki luasan sebesar 269.673 m2 (26,97
ha). Daya dukung kawasan wisata bahari secara keseluruhan untuk snorkeling dan
selam sebesar 440.037 m² (44 ha). Luas area untuk wisata snorkeling sebesar
170.365 m² (17,04 ha) dengan jumlah maksimum pengunjung wisata sebanyak
681 orang/hari, serta waktu yang dihabiskan setiap pengunjung selama tiga jam
orang/hari. Sedangkan daya dukung kawan wisata selam memiliki luas area
sebesar 269.673 m² (26,97 ha) dengan jumlah maksimum pengunjung sebanyak
944 orang/hari, serta waktu yang dihabiskan setiap pengunjung selama tiga jam
orang/hari.
Collections
- MT - Fisheries [2934]