Hubungan pola pendaya gunaan lahan dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat
View/ Open
Date
1978Author
Tjahjana, Tjahjana
Soerjanegara, Ishemat
Anwar, Affendi
Manan, Sjafii
Metadata
Show full item recordAbstract
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui seberapa jauh hubungan antara kedua hal tersebut, serta seberapa jauh pola pendaya gunaan lahan suatu wilayah dapat memberikan gambaran tentang keadaan sosial ekonomi masyarakat di wilayah tersebut. Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Tabanan, dan sebagai satuan contoh dipergunakan wilayah desa. Pola Pendaya gunaan ekonomi lahan di Kabupaten Tabanan ternyata sesuai dengan kaidah 'Konsepsi Wilayah Tanah Usaha' ketinggian tempat yang menentukan perbedaan pola pendaya gunaan lahan 500 m dan 1 000 m. Antara O pesawahan; 500 m terdapat pola pada bagian yang topografinya kasar terdapat wilayah perkebunan kelapa. Antara 500 1 000 m terdapat pola pertanian tanah kering; pada bagian yang topografinya kasar terdapat wilayah perkebunan kopi. 1 000 m terdapat wilayah hutan (lihat). Diatas ketinggian Adanya perbedaan sistim pendaya gunaan lahan pada wilayah-wilayah, yang berbeda topografinya menyebabkan bentuk pola pendaya gunaan lahan di Kabupaten Tabanan berbentuk kontentrik. Dengan memandang Kota Tabanan sebagai pusat dari wilayah Kabupaten ini, maka bentuk pola pendaya gunaan lahan yang konsentrik ini menunjukkan kecenderungan mengikuti kaidah 'Teory von Thunen' Apabila pusat-pusat pemukiman di wilayah Kabupaten Tabanan kita tinjau lokasinya terhadap kota Tabanan sebagai pusat utama dari pusat-pusat pemukiman tersebut, ternyata ada kecenderungan mengikuti kaidah 'Teary Central Place Christaller'. Sebagai hasil kegiatan masyarakat, pendaya gunaan lahan akan di pengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi masyarakat di wilayah tersebut. Dengan demikian pada wilayah-wilayah yang berbeda pula pendaya gunaan lahannya, keadaan sosial ekonomi masyarakatnya juga berbeda. Ternyata bagi wilayah Kabupaten Tabanan, pada bagian-bagian wilayah yang berbeda pola pendaya gunaan lahannya sehubungan dengan ‘Konsepsi Wilayah Tanah Usaha' maupun 'Teory non Thenisi, terdapat masyarakat-masyarakat yang berbeda keadaan sosial ekonominya. Perbedaan keadaar sosial ekonomi ini terutama dalam hal kerapatan penduduknya, produksi serta intensitas penggarapan tanah pertaniannya, luas penguasan tanahnya, pemilikan ternaknya, sarana perdagangan serta pendidikannya. Dan hal-hal sebagai tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pola pendaya gunaan lahan suatu wilayah dapat dipergunakan indikat keadaan sosial ekononi masyarakat di wilayah tersebut.