Analisis Spasial Risiko Bencana Longsor di Kota Bogor
View/ Open
Date
2018Author
Permadi, M Galih
Tjahjono, Boedi
Baskoro, Dwi Putro Tejo
Metadata
Show full item recordAbstract
Bencana longsor merupakan salah satu bencana yang kerap melanda
Indonesia. Di Kota Bogor longsor menjadi bencana yang paling sering terjadi.
Data yang dihimpun dari BPBD Kota Bogor, menunjukkan longsor menempati
urutan pertama bencana yang paling banyak terjadi dari 6 jenis bencana yang ada,
total pada tahun 2017 terdapat 179 kejadian longsor (40,5%) dari 442 kejadian
bencana yang tercatat. Peningkatan kejadian bencana bukan hanya terjadi karena
faktor alam dan iklim yang ekstrim, peningakatan alih fungsi lahan juga
mempengaruhi dan memicu adanya bencana. longsor merupakan salah satu
bencana yang banyak memakan korban jiwa, sehingga diperlukan pemetaan untuk
melihat area-area yang memiliki risiko tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis dan memetakan
landform sebagai subset area longsor di Kota Bogor, (2) menentukan dan
memetakan kelas bahaya longsor di Kota Bogor, (3) menentukan dan memetakan
kerentanan pada area-area rawan bencana, (4) menyusun risiko longsor
berdasarkan bahaya dan kerentanan di Kota Bogor, (5) merekomendasikan arahan
mitigasi longsor di Kota Bogor.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah membangun landform
untuk mengidentifikasi wilayah rawan longsor. Selanjutnya area rawan akan
dikelaskan bahaya dan kerentanannya menggunakan Analitycal Hierarchy Process
(AHP) untuk mengetahui bobot masing-masing parameter bahaya dan kerentanan.
hasil dari bahaya dan kerentanan kemudian dikombinasikan untuk menghasilkan
peta risiko longsor dan arahan mitigasi.
Hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat kerawanan dan bahaya tertinggi
berada di kecamatan Bogor Selatan. Hal ini sesuai dengan kondisi landform yang
ada di wilayah tersebut, dimana 60,5% wilayahnya merupakan lereng bawah
kerucut vulkanik denudasional, tebing sungai, serta lembah dan teras alluvial. Peta
bahaya divalidasi menggunakan nilai kappa dan memperoleh nilai 0,8 (88,8%)
yang artinya akurat menggambarkan kejadian di lapang. Hasil yang berbeda dari
peta bahaya terlihat pada peta kerentanan dan risiko, dimana wilayah paling
rentan dan berisiko ada pada Kecamatan Bogor Utara. Hal ini terjadi karena
dominasi penggunaan lahan yang ada pada wilayah tersebut adalah permukiman,
di sisi lain jumlah penduduk juga tergolong tinggi. Langkah mitigasi yang perlu
dilakukan adalah menentukan teknik mitigasi (sipil, vegetatif, dan sosial) untuk
masing-masing kelas bahaya dan rentan. Kecamatan Bogor Selatan menjadi yang
terluas yaitu 641,7 ha (30,8%) disusul kecamatan Bogor Utara seluas 409,8 ha
(19,7%).
Collections
- MT - Agriculture [3992]
