Show simple item record

dc.contributor.advisorBarus, Baba
dc.contributor.advisorMurtilaksono, Kukuh
dc.contributor.authorFebrianti, Nur
dc.date.accessioned2023-05-19T07:49:14Z
dc.date.available2023-05-19T07:49:14Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/117724
dc.description.abstractTinggi muka air (TMA) memainkan peran penting dalam menentukan emisi gas rumah kaca dan, pada gilirannya, dalam mengatur sistem iklim global. Namun, informasi tentang TMA saat ini masih hasil pengukuran lapangan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan data penginderaan jauh untuk memperkirakan TMA terdistribusi secara spasial dalam periode tiga bulan (Maret, April, dan Juni 2016). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi model aproksimasi terbaik untuk estimasi TMA dengan menggunakan data lapangan, indeks kekeringan, dan gabungan dari data lapangan dan indeks kekeringan. Indeks kekeringan dihasilkan data penginderaan jauh dari Landsat 8 yaitu Normalized Difference Water Index (NDWI) dan Visible dan Shortwave Infrared Drought Index (VSDI) dan digunakan sebagai indeks untuk memperkirakan TMA. Model aproksimasi terbaik dipilih dengan menggunakan Kriteria Informasi Akaike dengan koreksi sampel kecil (AICc). Studi ini memperoleh satu set keyakinan model untuk setiap tujuan yaitu empat, enam, dan tiga model untuk model data lapangan, indeks kekeringan dan gabungan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model estimasi TMA yang direkomendasikan dari penggunaan data lapangan yaitu terdiri dari bobot isi kedalaman 0 – 50 cm, dan kadar serat kedalaman 50 – 100 cm yang dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut TMA = 159.74 -600.99 * BI 0-50 + 0.84 * Serat 50-100. Dengan menggunakan indeks kekeringan sebagai variabel bebas, model yang direkomendasikan untuk estimasi TMA yaitu NDWI maret dan April, dan VSDI Maret yang ditunjukkan dengan TMA = -439.5 – 1639.7 * NDWI Maret – 640.2 * NDWI April + 477 * VSDI Maret. Dengan gabungan data lapangan dan indeks kekeringan, rekomendasi model terdiri dari variabel bobot isi kedalaman 0 – 50 cm, kadar serat kedalaman 50 – 100 cm, NDWI Maret, dan VSDI Maret, TMA = -157.42 - 584.64 * BI 0-50 + 0.85 * Serat 50-100 - 627.23 NDWI Maret + 273.66 * VSDI Maret. Dari penelitian ini, titik kritis kedalaman muka air tanah gambut saat terjadi hotspot dan kebakaran lahan gambut adalah 27 (metode indeks kekeringan), 74 cm (metode data lapangan) dan 66 cm (metode gabungan). Kedalaman muka air tanah lahan gambut hendaknya tetap dipertahankan kurang dari titik kritis ini, jika tidak kekeringan dan kebakaran gambut mungkin akan terjadi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcLand Disasterid
dc.titleEstimasi Tinggi Muka Air Tanah Sebagai Peringatan Dini Bencana Kebakaran Lahan Gambutid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAkaike Information Criterion correctionid
dc.subject.keywordpeat firesid
dc.subject.keywordNormalized Difference Water Indexid
dc.subject.keywordpeat fireid
dc.subject.keywordK-fold cross-validationid
dc.subject.keywordVisible and Shortwave Infrared Drought Indexid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record