Show simple item record

dc.contributor.advisorSoetarto, Endriatmo
dc.contributor.advisorAdiwibowo, Soeryo
dc.contributor.advisorPandjaitan, Nurmala K
dc.contributor.authorZainuddin, Sulthan
dc.date.accessioned2023-05-12T00:55:09Z
dc.date.available2023-05-12T00:55:09Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/117519
dc.description.abstractDorongan kuat keberpihakan kepada masyarakat lokal dan perjuangan penyelamatan lingkungan adalah dua kutub yang saling berbenturan (konflik), Terjadinya konflik yang melibatkan komunitas masyarakat adat Kaili dengan Pemerintah Daerah serta korporasi disebabkan karena adanya perbedaan dalam melihat Objek yang sama. Bagi masyarakat Poboya beserta beberapa LSM lokal menganggap bahwa tambang emas yang ditemukan itu adalah anugerah bersama (common property) yang harus dimanfaatkan masyarakat lokal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Sementara bagi pemerintah penambangan emas yang dilakukan masyarakat itu dapat mengancam ekosistem, bukan hanya masyarakat Poboya sendiri tapi juga pemukiman masyarakat perkotaan. Meski sudah dilakukan pertemuan atas pihak-pihak yang berkonflik, nampaknya pemerintah belum mampu mengotrol sepenuhnya pengelolaan SDA di Poboya yang ditandai dengan semakin maraknya aktivitas penambangan dan meningkatnya eskalasi konflik. Secara makro penelitian ini sesungguhnya ingin mengeksplorasi pertanyaan tentang konflik pengelolaan SDA di Poboya, aktor yang terlibat untuk mendapatkan akses dan kontrol atas SDA, kelompok yang menerima manfaat dan kerugian dari relasi kekuasaan yang terbangun serta reperesentasi masyarakat adat di tengah arus pusaran pertarungan akses SDA di Poboya. Untuk memberikan arah dan kejelasan metodologis dalam penelitian ini maka digunakan multi paradigma menurut Guba & Lincoln (dalam Denzin, 2000), yaitu paradigma kritis dan paradigma kostruktivis. Keduanya sama-sama varian anti positivistik. Paradigma teori kritis (subjectivism) dapat digunakan untuk membongkar masalah relasi kekuasaan dan kontestasi para aktor yang mendasari pola-pola penguasaan, pemanfaatan dan pemilikan sumber daya Alam di Poboya, sedangkan konstruktivis (Interpretivism) digunakan untuk melihat bagaimana masyarakat adat mengkonstruksi alam dan lingkungannya sehingga mereka dapat merefresentasikan diri dan mengambil manfaat di tengah arus pusaran pertarungan akses SDA. Untuk memberi pemahaman dasar tentang konflik, peneliti perlu mereview beberapa definisi yang sudah dikemukakan para ahli, seperti; Fisher, (2001); Fauzi, (2000); Peluso, (1992); Nader dan Todd, (1978)....dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titleBerebut Otoritas: Antara Kilau Emas Versus Konservasi (Studi Kasus Penambangan Emas Tradisional Pada Komunitas Masyarakat "Adat" Kaili di Tahura Poboya Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah)id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordKonflikid
dc.subject.keywordOtoritasid
dc.subject.keywordKomunitas adatid
dc.subject.keywordTambang Emasid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record