Berebut Otoritas: Antara Kilau Emas Versus Konservasi (Studi Kasus Penambangan Emas Tradisional Pada Komunitas Masyarakat "Adat" Kaili di Tahura Poboya Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah)
View/ Open
Date
2012Author
Zainuddin, Sulthan
Soetarto, Endriatmo
Adiwibowo, Soeryo
Pandjaitan, Nurmala K
Metadata
Show full item recordAbstract
Dorongan kuat keberpihakan kepada masyarakat lokal dan perjuangan
penyelamatan lingkungan adalah dua kutub yang saling berbenturan (konflik),
Terjadinya konflik yang melibatkan komunitas masyarakat adat Kaili dengan
Pemerintah Daerah serta korporasi disebabkan karena adanya perbedaan dalam
melihat Objek yang sama. Bagi masyarakat Poboya beserta beberapa LSM
lokal menganggap bahwa tambang emas yang ditemukan itu adalah anugerah
bersama (common property) yang harus dimanfaatkan masyarakat lokal untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik. Sementara bagi pemerintah
penambangan emas yang dilakukan masyarakat itu dapat mengancam
ekosistem, bukan hanya masyarakat Poboya sendiri tapi juga pemukiman
masyarakat perkotaan. Meski sudah dilakukan pertemuan atas pihak-pihak
yang berkonflik, nampaknya pemerintah belum mampu mengotrol sepenuhnya
pengelolaan SDA di Poboya yang ditandai dengan semakin maraknya aktivitas
penambangan dan meningkatnya eskalasi konflik.
Secara makro penelitian ini sesungguhnya ingin mengeksplorasi pertanyaan
tentang konflik pengelolaan SDA di Poboya, aktor yang terlibat untuk
mendapatkan akses dan kontrol atas SDA, kelompok yang menerima manfaat
dan kerugian dari relasi kekuasaan yang terbangun serta reperesentasi
masyarakat adat di tengah arus pusaran pertarungan akses SDA di Poboya.
Untuk memberikan arah dan kejelasan metodologis dalam penelitian ini maka
digunakan multi paradigma menurut Guba & Lincoln (dalam Denzin, 2000),
yaitu paradigma kritis dan paradigma kostruktivis. Keduanya sama-sama
varian anti positivistik. Paradigma teori kritis (subjectivism) dapat digunakan
untuk membongkar masalah relasi kekuasaan dan kontestasi para aktor yang
mendasari pola-pola penguasaan, pemanfaatan dan pemilikan sumber daya
Alam di Poboya, sedangkan konstruktivis (Interpretivism) digunakan untuk
melihat bagaimana masyarakat adat mengkonstruksi alam dan lingkungannya
sehingga mereka dapat merefresentasikan diri dan mengambil manfaat di
tengah arus pusaran pertarungan akses SDA.
Untuk memberi pemahaman dasar tentang konflik, peneliti perlu mereview
beberapa definisi yang sudah dikemukakan para ahli, seperti; Fisher, (2001);
Fauzi, (2000); Peluso, (1992); Nader dan Todd, (1978)....dst
Collections
- DT - Human Ecology [564]