Induksi mutasi dan seleksi in vitro tebu (Saccharum officinarum, L.) untuk toleransi terhadap kekeringan
View/ Open
Date
2015Author
Suhesti, Sri
Khumaida, Nurul
Wattimena, Gustaaf Adolf;
Syukur, Muhamad
Husni, Ali
Metadata
Show full item recordAbstract
Tebu merupakan salah satu tanaman industri yang memiliki peran penting
karena 65% produksi gula dunia berasal dari tebu. Produktivitas tebu Indonesia
masih relatif rendah. Perubahan iklim global dan adanya pergeseran budidaya tebu
dari lahan sawah ke lahan kering menyebabkan rendahnya produktivitas tebu.
Saat ini, krisis kekeringan melanda hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Dari sembilan daerah sentra produksi tebu, tujuh diantaranya terkena dampak
kekeringan yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan. Kehilangan hasil
akibat kekeringan secara kuantitatif dapat mencapai 40% dari potensi produksinya
apabila terjadi pada fase kritis tanaman. Hal-hal tersebut diatas yang mendasari
perlunya perakitan varietas tebu toleran kekeringan.
Tanaman tebu adalah tanaman dengan genom yang kompleks, fertilitas
rendah dan diperbanyak secara klonal. Peningkatan ketahanan suatu kultivar tebu
dapat dilakukan dengan cara induksi mutasi. Sifat sifat baru yang terbentuk akibat
mutasi amat beragam, karena mutasi yang terbentuk bersifat acak, oleh karena itu
diperlukan kegiatan seleksi mutan baru yang sesuai dengan tujuan pemuliaan.
Tujuan penelitian ialah mendapatkan tanaman tebu toleran kekeringan
melalui induksi mutasi yang dilanjut dengan seleksi in vitro dan in vivo. Seleksi in
vitro menggunakan agen penyeleksi kekeringan polyethylene glycol dilakukan
sebagai seleksi awal untuk mendapatkan mutan tebu toleran kekeringan.
Keberhasilan teknik induksi mutasi dan seleksi in vitro ditentukan oleh
penguasaan teknik regenerasi tanaman secara in vitro. Studi regenerasi tebu secara
in vitro dalam penelitian ini menggunakan dua varietas tebu yaitu PSJT 941 dan
Kidang Kencana. Eksplan menggunakan daun muda yang masih menggulung
melalui tahapan induksi kalus. Media induksi kalus terbaik varietas PSJT 941
adalah MS dengan penambahan 2.4 D 13.5 μM sedangkan untuk varietas Kidang
Kencana adalah media MS dengan kombinasi 2.4 D 9 μM + pikloram 4.5 μM.
Media regenerasi tunas dan perakaran terbaik varietas Kidang Kencana dan PSJT
941 adalah IBA 2.46 μM + BAP 1.33 μM. Kedua varietas dapat diaklimatisasi di
rumah kaca dengan tingkat keberhasilan 80 - 100%.
Varietas Kidang Kencana mempunyai sifat produksi tinggi tetapi sensitif
terhadap cekaman kekeringan. Selain itu varietas Kidang Kencana mempunyai
respon yang baik untuk diregenerasikan melalui kultur in vitro, oleh karena
varietas Kidang Kencana dipilih untuk digunakan sebagai materi genetik dalam
penelitian ini untuk mendapatkan varietas tebu toleran kekeringan.
Iradiasi sinar gamma pada tebu dilakukan pada fase kalus (sel). Persentase
kalus hidup, kemampuan beregenerasi dan pertumbuhan tunas menurun dengan
peningkatan dosis iradiasi. Radiosensitivitas terhadap perlakuan iradiasi diketahui
berdasarkan letal dosisnya. Radiosensitivitas (LD20-LD50) kalus tebu varietas
Kidang Kencana terhadap perlakuan iradiasi sinar gamma terdapat pada kisaran
dosis 10-30 Gy. Keragaman fenotipe mutan yang tertinggi terdapat pada mutan....dst
Collections
- DT - Agriculture [729]