Show simple item record

dc.contributor.advisorUngerer, Tonny
dc.contributor.advisorManalu, Wasmen
dc.contributor.advisorKusumorini, Nastiti
dc.contributor.advisorSetijanto, Heru
dc.contributor.advisorSihombing, D. T. H.
dc.contributor.authorAdelien, Tuju Eline
dc.date.accessioned2023-05-08T02:02:43Z
dc.date.available2023-05-08T02:02:43Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/117294
dc.description.abstractPeningkatan efisiensi reproduksi dapat ditempuh dengan memperbaiki kondisi pertumbuhan anak sejak periode prenatal hingga postnatal. Estradiol dan progesteron merupakan hormon yang penting selama kebuntingan karena berperan dalam proses implantasi, plasentasi, pemeliharaan kebuntingan dan pertumbuhan kelenjar susu. Selama kebuntingan, hormon-hormon ini disekresikan oleh korpus luteum yang jumlahnya dapat ditingkatkan melalui superovulasi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh superovulasi pada perubahan konsentrasi estradiol dan progesteron dikaitkan dengan kinerja reproduksi pada tikus sebagai hewan model untuk hewan politokus. Sebanyak 248 ekor tikus betina yang masih dara, berumur 12 minggu dengan bobot 200-225 g dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok perlakuan disuntik intraperitonea/ dengan NaCl fisiologis (SO-0), PMSG 37.5 IU dan hCG 18.75 IU/kg bobot badan (SO-1), PMSG 75 IU dan hCG 37.5 IU/kg bobot badan (SO-2), PMSG 150 IU dan hCG 75 IU/kg bobot badan (SO-3). Penyuntikan PMSG dilakukan pada saat tikus berada pada siklus diestrus I, diikuti hCG 48 jam kemudian sebelum dikawinkan. Pada umur kebuntingan I, 2, 3, 4, 5, 6, 12, 18 hari dan kelahiran sebanyak 180 ekor (rnasing-masing 5 ekor untuk setiap perlakuan) dikorbankan untuk pengamatan jurnlah korpus luteum, jumlah implantasi dan plasentasi, jurnlah dan bobot anak yang dilahirkan, bobot uterus. konsentrasi estradiol dan progesteron, berat kering bebas lemak (BKBL) kelenjar susu, serta analisis kimia jaringan uterus dan kelenjar susu. Sebanyak 20 ekor (rnasing-masing 5 ekor untuk setiap perlakuan) setdah melahirkan dibiarkan menyusui anaknya sampai 21 hari untuk pengukuran bobot sapih anak. Untuk pengamatan histologis uterus sarnpai periode implantasi, sebanyak 48 ekor (rnasing-masing 2 ekor untuk setiap perlakuan) dikorbankan pada umur kebuntingan 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 hari. ..dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titlePola estradiol dan progesteron serum pada tikus yang disuperovulasi dikaitkan dengan kinerja reproduksi selama kebuntinganid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordreproduksi tikus; hormon kebuntingan; superovulasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record