Optimasi Kegiatan Nelayan Melalui Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif Sebagai Instrumen Pendukung Keberlanjutan Taman Nasional Karimunjawa
Abstract
Untuk mendukung keberlanjutan Taman Nasional Karimunjawa (TNK) dalam menjalankan fungsinya sebagai kawasan lindung, diperlukan beberapa aturan pengelolaan melalui optimasi kegiatan nelayan di Zona Pemanfaatan Perikanan Tradisional TNK, meliputi penentuan jenis ikan tangkapan, musim penangkapan dan jumlah armada tangkap. Berdasarkan hasil analisis, 4 (empat) jenis ikan yang merupakan komoditi utama nelayan Karimunjawa adalah teri (Stolephorus spp.) dengan nilai index sebesar 3,16, tongkol (Auxis thazard) dengan nilai index sebesar 1,75, tenggiri (Scomberomerus commersoni) dengan nilai index sebesar 1,60, dan ekor kuning (Caesio cunning) dengan nilai index sebesar 1,05. Musim tangkap ikan teri (Stolephorus sp) terjadi selama 5 (lima) bulan dari bulan Juni hingga Oktober, ikan tongkol (Auxis thazard) selama 5 bulan dari bulan Agustus hingga Desember, tenggiri (Scomberomerus, sp) selama 5 bulan dari bulan Desember hingga April dan ekor kuning (Caesio cunning) terjadi selama 6 bulan yaitu bulan Februari hingga Mei, bulan September dan Oktober. Jumlah alat tangkap optimum yang dapat dioperasikan di perairan Kepulauan Karimunjawa yaitu : (1) 81 unit bagan perahu dengan target tangkapan teri (2) 101 unit pancing tonda dengan target tangkapan tongkol dan tenggiri (3) 71 unit jaring insang dengan target tangkapan ekor kuning dan (4) 0 unit bubu. Dibutuhkan alokasi area perairan seluas 913 ha untuk budidaya rumput laut sebagai kegiatan alternatif nelayan, dengan alokasi masing-masing nelayan adalah 3 unit untuk nelayan bagan perahu, 4 unit untuk nelayan pancing tonda dengan target tangkapan tongkol, 2 unit untuk nelayan pancing tonda dengan target tangkapan tenggiri dan 5 unit untuk nelayan jaring insang, serta 7 unit untuk setiap nelayan reposisi, yaitu nelayan yang mengalihkan kegiatannya sepenuhnya ke budidaya rumput laut.
Collections
- MT - Fisheries [3011]