Analisis Kelayakan Ekonomi Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung (Studi Kasus: Hutan Kota Babakan Siliwangi)
Abstract
Kota Bandung sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Aktivitas ekonomi dan kepadatan penduduk memengaruhi pembangunan kawasan perkotaan. Pembangunan fisik wilayah Kota Bandung yang terus meningkat perlu diimbangi dengan pembangunan lingkungan dalam wujud Ruang Terbuka Hijau (RTH). Kota Bandung saat ini baru memiliki total luas RTH sebesar 12,25% dari target minimal total luas RTH yang ditetapkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 sebesar 30% dari luas wilayahnya. Hutan Kota Babakan Siliwangi merupakan RTH yang berpotensi mengalami konversi lahan menjadi lahan terbangun karena berada di daerah sekitar kawasan wisata yang menuju pusat kota. Penelitian ini memiliki tujuan untuk (1) mengidentifikasi persepsi pengunjung terkait keberadaan Hutan Kota Babakan Siliwangi, (2) mengestimasi nilai ekonomi keberadaan dari Hutan Kota Babakan Siliwangi, dan (3) mengidentifikasi kelayakan ekonomi dari Hutan Kota Babakan Siliwangi sebagai RTH di Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi pengunjung terhadap keberadaan Hutan Kota Babakan Siliwangi menggunakan skala likert sangat baik khususnya terhadap fasilitas, tumbuhan vegetasi, dan desain hutan kota. Nilai keberadaan dari Hutan Kota Babakan Siliwangi berdasarkan total kesediaan membayar (WTP) sebesar Rp14.499.910.722,00/tahun. Hasil analisis kelayakan ekonomi Hutan Kota Babakan Siliwangi dengan manfaat sosial sebagai penyerap karbon dan nilai keberadaan sudah memenuhi kriteria kelayakan ekonomi artinya hutan kota mampu meningkatkan kesejahteraan sosial. Bandung City as the capital of West Java Province has a high level of economic growth. Economic activity and population density affect the development of urban areas. The physical development of the Bandung City area which continues to increase needs to be balanced with environmental development in the form of Green Open Space (RTH). The city of Bandung currently only has a total green open space area of 12.25% of the minimum target for the total green open space stipulated in Law No. 26 of 2007 amounting to 30% of the total area. Babakan Siliwangi Urban Forest is an open green space that has the potential to experience land conversion into built-up land because it is located in the area around the tourist area that goes to the city center. This study aims to (1) identify visitor perceptions regarding the existence of the Babakan Siliwangi Urban Forest, (2) estimate the economic value of the existence of the Babakan Siliwangi Urban Forest, and (3) identify the economic feasibility of the Babakan Siliwangi Urban Forest as green open space in the city of Bandung. The results showed that visitors' perceptions of the existence of the Babakan Siliwangi Urban Forest using the Likert scale were very good, especially regarding facilities, plant vegetation, and urban forest design. The existence value of the Babakan Siliwangi Urban Forest is based on total willingness to pay (WTP) of Rp14,499,910,722.00/year. The results of the economic feasibility analysis of the Babakan Siliwangi Urban Forest with social benefits as carbon sinks and the existence value already meet the economic feasibility criteria, meaning that urban forests can improve social welfare.