Identifikasi Molekuler Cendawan dan Keragaman Genetik Gaharu (Aquilaria spp.) di Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh
Date
2022Author
Lukman, Lukman
Sudarsono, Sudarsono
Dinarti, Diny
Juniarti, Ulfah
Turjaman, Maman
Metadata
Show full item recordAbstract
Gaharu merupakan hasil hutan bukan kayu beraroma wangi berwarna gelap
yang terbentuk akibat luka dari family Thymeleaceae jenis Aquilaria dan Gyrinops.
Tiga faktor utama dalam pembentukan gaharu yaitu adanya tanaman yang
berpotensi menghasilkan gaharu Aquilaria spp., adanya patogen tertentu
(cendawan) dan lingkungan yang mendukung. Gaharu telah digunakan sebagai
bahan baku industri parfum, kosmetik, upacara keagamaan, dan obat-obatan.
Gaharu merupakan salah satu komoditi ekspor dan memiliki nilai jual yang sangat
mahal. Negara penghasil gaharu hingga saat ini belum mampu memenuhi
kebutuhan pasar dunia.
Petani gaharu Indonesia saat ini telah berusaha keras untuk melakukan
pemenuhan kebuthan pasar dengan teknik budidaya dan inokulasi. Beberapa
spesies yang sedag digalakkan petani Indonesia adalah A. Malaccensis A.
microcarpa, A. beccariana, A. hirta, Gyrinops versteegii, A. filaria dan A.
cumingiana, A. subintegra dan A. crassna. Beberapa laporan telah dijelaskan
bahwabanyak mikroba yang telah digunakan untuk induksi gaharu seperti
Aspergillus spp., Penicillium, Fusarium, Lasiodiploidia, Chaetomium,
Botryodiplodia spp. Diplodia spp., Fusarium bulbiferum, F. laterium, F.
oxysporum, Pythium sp. danTrichoderma sp., dan Fusarium. Provinsi Aceh yang
merupakan salah satu daerahprodusen gaharu alami di Indonesia, hingga saat
ini belum ada laporan tentangidentitas jenis tanaman dan mikroba yang mampu
menghasilkan gaharu dengankualitas super. Oleh karena itu perlu dilakukan
karakterisasi dan identifikasiterhadap jenis tanaman dan cendawan penghasil
gaharu yang ada di Provinsi Aceh.
Tujuan penelitian adalah 1) untuk melakukan karakterisasi dan identifikasi
tanaman penghasil gaharu yang ada di Provinsi Aceh; 2) untuk mengkarakterisasi
dan mengidentifikasi cendawan penghasil gaharu yang ada di Provisi Aceh dan 3)
melakukan pengujian cendawan terhadap tanaman penghasil gaharu yang ada di
Provinsi Aceh. Materi genetik yang digunakan adalah 66 aksesi tanaman
penghasil gaharu asal Provinsi Aceh untuk karakterisasi dan identifikasi tanaman
penghasil gaharu, 100 bibit tanaman penghasil gaharu untuk uji tingkat virulensi
dari cendawan hasil isolasi, karakterisasi dan identifikasi serta empat isolat
cendawan penghasil gaharu yang diambil dari lokasi penelitian di Aceh. Tanaman
penghasil gaharu yang digunakan merupakan tanaman yang tumbuh liar (bukan
budidaya) yang ada dilokasi penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi survey lapangan dan
uji laboratorium. Survey lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data morfologi
tanaman dan uji laboratorium dilakukan untuk mendapatkan data molekuler. Uji
laboratorium dilakukan dengan menggunakan primer matK, ITS dan trnLtrnF untuk karakterisasi dan identifikasi tanaman penghasil gaharu, dan primer
ITS digunakan untuk karakterisasi dan identifikasi cendawan penghasil gaharu.
Karakterisasi morfologi dan molekuler dengan menggunakan marka matK,
ITS dan trnL-trnF berhasil mengkarakterisasi dan mengidentifikasi tanaman
penghasil gaharu asal Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh. Hasil yang diperoleh
adalah terdapat tiga jenis tanaman penghasil gaharu di lokasi penelitian di Aceh
yaitu jenis Aquilaria malaccensis, Aquilaria beccarana dan Aquilaria microcarpa.
Hasil karakterisasi dan identifikasi terhadap cendawan penghasil gaharu yang
ditemukan di Kabupaten Aceh Utara adalah cendawan jenis Fusarium solani.
Hasil uji lapangan pemberian cendawan Fusarium solani hasil isolasi dan
identifikasi dapat menghasilkan gubal gaharu terhadap pohon Aquilaria
microcarpa yang merupakan hasil identifikasi dalam penelitian ini. Hasil analisis
GC-MS terhadap gubal yang dihasilkan akibat pemberian isolat dapat
menghasilkan senyawa terpenoid dan kromon pada semua perlakuan dan pada
perlakuan kontrol negatif hanya diperoleh senyawa terpenoid saja. Hal ini dapat
disimpukan bahwa bahwa tanaman penghasil gaharu dan isolat asal lokasi
penelitian dapat digunakan untuk menginduksi gaharu yang berkualitas. Aqarwood is a non-timber forest product with a dark scent from wounds
from the Thymeleaceae family, Aquilaria, and Gyrinops species. The three main
factors in the formation of agarwood are the presence of plants that have the
potential to produce agarwood Aquilaria spp., the presence of specific pathogens,
and a supportive environment. Agarwood has been used as a raw material for
perfume, cosmetic, religious ceremonies, and medicine industries. Agarwood is
one of the export commodities and has a costly value. Until now, gaharuproducing countries have not been able to meet the needs of the world market.
Indonesian agarwood farmers work hard to fulfill market needs with
cultivation and inoculation techniques. Indonesian farmers are promoting
several species: A. malaccensis A. microcarpa, A. beccariana, A. hirta, Gyrinops
versteegii, A. filaria, A. cumingiana, A. subintegra, and A. crassna. Several
reports have explained that many microbes have been used for agarwood
induction, such as Aspergillus sp., Penicillium, Fusarium, Lasiodiploidia,
Chaetomium, Botryodiplodia sp. Diplodia sp., Fusarium bulbiferum, F. laterium,
F. oxysporum, Pythium sp. and Trichoderma sp., and Fusarium. Aceh Province is
one of the natural gaharu-producing areas in Indonesia; so far, there has been no
report on theidentity of plants and microbes capable of producing gaharu with
super quality. Therefore, it is necessary to characterize and search for the types of
plants and fungithat produce agarwood in Aceh Province.
The research objectives are 1) to characterize and identify agarwoodproducing plants in Aceh Province; 2) to characterize and identify agarwoodproducing fungi in Aceh Province and 3) to conduct fungal testing on agarwoodproducing plants in Aceh Province. The genetic material used was 66 accessions
of agarwood-producing plants in Aceh Province to characterize and identify
agarwood-producing plants, 100 agarwood-producing plants to test the virulence
level of isolated, characterization, and curious fungi, well as four isolates of
agarwood-producing fungi taken from research sites in Aceh. The agarwoodproducing plants used are plants that grow wild (not cultivated) in the research
location.
The methods used in this research include field surveys and laboratory tests.
Field surveys were conducted to collect plant morphological data and laboratory
tests to obtain molecular data. Laboratory tests were carried out using matK, ITS,
and trnL-trnF primers to characterize and identify agarwood-producing plants,
and ITS primers were used to characterize and identify agarwood producers.
Morphological and molecular characterization using matK, ITS, and trnLtrnF markers succeeded in characterizing and identifying agarwoodproducing plants from North Aceh Regency, Aceh Province. The results obtained
were three agarwood-producing plants at the research site in Aceh: Aquilaria
malaccensis, Aquilaria beccariana, and Aquilaria microcarpa. The results of the
characterization and search for agarwood-producing fungi found in North Aceh
Regency were the fungus Fusarium solani. The results of the field test presented
the fungus Fusarium solani, which was isolated and could produce results from
the agarwood sapwood of the Aquilaria microcarpa tree, which was the result of
this research. The results of the GC-MS analysis of sapwood produced as a result
of isolating could produce terpenoid and chromone compounds in all treatments
and in the negative control treatment only terpenoid compounds were obtained. It
can be concluded thatgaharu- producing plants and isolates from the research
location can be used to induce quality of agarwood.
Collections
- DT - Agriculture [729]