Show simple item record

dc.contributor.advisorSukardi
dc.contributor.advisorIsmayana, Andes
dc.contributor.advisorAnggraeni, Elisa
dc.contributor.authorSodikun
dc.date.accessioned2022-12-01T05:16:53Z
dc.date.available2022-12-01T05:16:53Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/115409
dc.description.abstractPenerapan pembiayaan tanpa riba pada kemitraan pertanian terpadu untuk mendukung pembangunan agroindustri berkelanjutan harapannya dapat memberikan dampak positif bagi pihak yang terlibat, yaitu diantaranya menumbuhkan peningkatan produksi dan produktivitas, peningkatan aliran investasi, kelancaran distribusi dan pemasaran, aksesibilitas dan mobilitas penduduk, dan peningkatan keterkaitan pembangunan ekonomi dan interaksi sosial. Bentuk implementasi kemitraan tanpa riba pada masyarakat saat ini banyak menggunakan sistem gaduh, pertanian terpadu yang akan di identifikasi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga bentuk kemitraan tanpa riba, yaitu: (1) Bentuk kemitraan SDK1 yaitu investor menyediakan bibit domba, sedangkan pengelola ternak menyediakan kandang, pakan, tenaga perawatan ternak (bukan pertanian terpadu dan hanya bersifat sebagai pembanding); (2) Bentuk kemitraan SDK2 yaitu investor menyediakan kandang, tanah lokasi kandang, bibit domba, dan pakan, sedangkan pengelola ternak sebagai tenaga perawatan ternak (pertanian terpadu); dan (3) Bentuk kemitraan SDK3 yaitu investor menyediakan tanah serta kandang sebagai lokasi kandang, sedangkan pengelola ternak menyediakan pakan dan tenaga perawatan ternak (bukan pertanian terpadu dan hanya bersifat sebagai pembanding). Bentuk kemitraan SDK2 kemudian dibagi menjadi tiga bentuk kemitraan tanpa riba pada pertanian terpadu, yaitu SDK2.1, SDK2.2, dan SDK2.3. Ketiga bentuk kemitraan tersebut dibedakan berdasarkan harga beli bibit domba (domba bakalan), upah pengelola peternakan (tenaga kerja), volume waktu penggemukan, dan harga jual domba pasca penggemukan. Penelitian ini dilakukan pada lima lingkup kajian, yaitu: (1) Tahap studi literatur dengan metode pengumpulan data pustaka; (2) Tahap identifikasi potensi implementasi kemitraan tanpa riba pada pertanian terpadu dengan metode SWOT (Strength–Weakness– Opportunities–Threats); (3) Tahap analisis profitabilitas implementasi kemitraan tanpa riba pada pertanian terpadu dengan menggunakan metode rasio profitabilitas; (4) Tahap penilaian dampak lingkungan (carbon footprint) yang dihasilkan dalam implementasi kemitraan tanpa riba pada pertanian terpadu dengan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA); dan (5) Tahap estimasi bentuk implementasi kemitraan tanpa riba pada pertanian terpadu yang disarankan dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Berdasarkan analisis SWOT, alternatif strategi yang direkomendasikan dalam usaha pengembangan peternakan domba di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi adalah Strategi SO yang mendukung pertumbuhan yang agresif. Strategi SO atau Strategi Keunggulan Komparatif dimaksudkan untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal, dengan strategi sebagai berikut: (1) Mengembangkan pola kemitraan untuk penyediaan modal kerjasama dengan berbagi risiko; (2) Mengembangkan kemampuan peternak dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada agar meningkatkan produksi ternak; dan (3) Memanfaatkan limbah pertanian sebagai sumber pakan domba. Oleh karena itu, implementasi kemitraan tanpa riba pada iii pertanian terpadu di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi sangat berpotensi untuk diterapkan. Berdasarkan hasil analisis profitabilitas, secara keseluruhan usaha penggemukan ternak domba tanpa riba yang dijalankan baik pada bentuk kemitraan SDK1, SDK2 (SDK2.1; SDK2.2; dan SDK2.3), maupun SDK3 mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing. Pada bentuk kemitraan SDK1, total pendapatan lebih besar dibandingkan dengan SDK2 dan SDK3, serta keuntungan masing-masing mitra lebih besar dibandingkan dengan SDK2 dan SDK3. Namun pada analisis bentuk kemitraan SDK1 dan SDK3, biaya pembuatan kandang, pembelian pakan, tenaga perawatan, obat-obatan, dan peralatan tidak teridentifikasi. Sedangkan untuk bentuk kemitraan SDK2, semua biaya pengadaan barang dan energi teridentifikasi. Pada bentuk kemitraan SDK2, keuntungan per ekor bibit domba untuk investor pada bentuk kemitraan SDK2.1 dan SDK2.2 menunjukkan nilai negatif atau rugi dibandingkan pengelola ternak yang menunjukkan nilai positif atau untung. Sedangkan pada bentuk kemitraan SDK2.3, keuntungan per ekor bibit domba untuk investor dan pengelola ternak menunjukkan nilai positif. Selain itu, nilai rasio tunai dan rasio total pada bentuk kemitraan SDK2.1 dan SDK2.2 lebih kecil jika dibandingkan SDK2.3. Oleh karena itu, dari ketiga bentuk kemitraan SDK2, bentuk kemitraan SDK2.3 yang terbaik. Hasil penilaian LCA menunjukkan nilai carbon footprint yang diperoleh setelah normalisasi adalah sebesar 4.25E-12 kg CO2 eq (28,71%) pada bentuk kemitraan SDK1, 1.63E-10 kg CO2 eq (32,36%) pada bentuk kemitraan SDK2.3, dan 4.79E-12 kg CO2 eq (38,94%) pada bentuk kemitraan SDK3. Tingginya dampak lingkungan yang dihasilkan pada bentuk kemitraan SDK2.3 dan SDK3 ini disebabkan oleh aktivitas pengangkutan bahan pembersih dengan nilai carbon footprint setelah normalisasi sebesar 1.16E-12 kg CO2 eq dan 1.16E-12 kg CO2 eq masing-masing memberikan kontribusi 67,13 dan 61,23% dari total dampak lingkungan. Oleh karena itu, dilakukan perbaikan pada bentuk kemitraan SDK2.3 dan SDK3 dengan meminimalisasi jarak transportasi bahan pembersih. Setelah perbaikan diperoleh nilai carbon footprint setelah perbaikan sebesar 4.25E-12 kg CO2 eq (20,87%) pada bentuk kemitraan SDK1, 3.69E-12 kg CO2 eq (20,79%) pada bentuk kemitraan SDK2.3-Skenario, dan 5.76E-12 kg CO2 eq (58,34%) pada bentuk kemitraan SDK3-Skenario. Hasil perbaikan bentuk kemitraan SDK2.3 menunjukkan penurunan nilai carbon footprint setelah dinormalisasi dan menjadikannya sebagai bentuk kemitraan yang memberikan kontribusi dampak lingkungan paling kecil dibandingkan bentuk kemitraan lainnya. Berdasarkan hasil identifikasi menggunakan metode analisis deskriptif dari ketiga bentuk kemitraan tanpa riba pada aktivitas peternakan domba, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: (1) Bentuk kemitraan SDK2.3 sangat berpotensi untuk dikembangkan, namun manajemen pelaksanaan perlu ditingkatkan; (2) Bentuk kemitraan SDK3 sedikit riskan untuk dikembangkan, namun jika manajemen dapat diatur dengan baik dan saling keterbukaan antar sesama mitra, maka bentuk kemitraan SDK3 dapat dipertimbangkan untuk dikembangkan; dan (3) Bentuk kemitraan SDK1 berpotensi untuk peternakan tidak terpadu dan modal terbatas.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleImplementasi Kemitraan Tanpa Riba pada Pertanian Terpadu yang Mempertimbangkan Keberlanjutanid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordinterest-free partnershipid
dc.subject.keywordintegrated agricultural partnershipid
dc.subject.keywordsheep livestock systemid
dc.subject.keywordenvironmental impact of integrated sheep livestockid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record