| dc.description.abstract | Struktur agraria merupakan arena dinamis dimana terdapat pertarunganpertarungan guna mendapatkan posisi tertentu di dalamnya. Akses sebagai
kemampuan memperoleh manfaat dari suatu hal serta modal sebagai kekuatan atau
kekuasaan yang dimiliki menjadi alat untuk menganalisa perubahan struktur agraria
di dalam satu platform kebijakan negara dalam program redistribusi tanah.
Penelitian ini akan menunjukan bagaimana perubahan struktur agraria dianalisa dari
pendekatan modal dan akses dalam tiga momentum waktu yang berbeda, yaitu
sebelum pelaksanaan program redistribusi tanah, saat terlaksananya program
redistribusi tanah dan lima tahun pasca terlaksananya program redistribusi tanah di
Desa Pasawahan, Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa perubahan struktur agraria sebelum,
pada saat terlaksana (2016) dan setelah redistribusi tanah serta menganalisa
pengaruh akses dan modal terhadap struktur agraria sebelum, pada saat dan setelah
terlaksananya program redistribusi tanah.
Lokasi penelitian yaitu wilayah program redistribusi tanah yang berasal dari
HGU PT. Cipicung pada 2016. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja karena
merupakan lokasi Tanah Objek Reforma Agraria (TORA). Penelitian ini adalah
penelitian eksplanasi yang ditujukan untuk mengangkat fenomena-fenomena
tertentu dengan paradigma postpositivist yang menggunakan pendekatan mix
method yaitu kuantitatif dan kualitiatif deskriptif melalui studi kasus. Responden
yang diambil datanya berasal dari populasi 540 (lima ratus empat puluh) orang yang
berasal dari subjek penerima redistribusi di Desa Pasawahan dengan jumlah 838
bidang tanah. Ukuran jumlah sampel yang diteliti menggunakan rumus slovin n =
N / (1 + Ne2
) adalah minimal 230 sampel dan kemudian sampel diambil secara
random di lokasi penelitian. Sampel data yang berhasil diteliti berjumlah 277
responden atau 51 persen dari populasi. Teknik pengumpulan data melalui survey,
wawancara mendalam, FGD dan Observasi serta studi dokumen dan literatur.
Hasil Penelitian ini memperlihatkan bahwa praktek komodifikasi tanah di
dalam area pendudukan perkebunan PT. Cipicung telah terjadi di masa sebelum
terlaksananya program redistribusi tanah dengan aktor kuncinya adalah oknum
pengurus OTL yang memiliki modal simbolik dan modal ekonomi untuk akses atas
tanah dan menggunakannya untuk mengakumulasikan aset. Program legalisasi
berupa sertifikasi tanah semakin mengukuhkan komodifikasi tanah di dalam
medium pasar tanah yang terbuka. Penghapusan krisis agraria dalam konteks citacita reforma agraria telah terdegradasi dalam konteks bagi-bagi tanah dan sertipikat
hak milik. Program redistribusi tanah tidak mengandung transfer kekuasaan
sebagaimana lazimnya tujuan-tujuan land reform sehingga tersimpan problem
krusial, yaitu gejala kembalinya kesenjangan penguasaan tanah di tangan segelintir
elit. Meskipun aktor kunci berubah, dari yang semula adalah pihak korporasi
perkebunan berubah ke tangan elit-elit pengurus organisasi lokal yang memiliki
kuasa serta relasi modal dan akses untuk mengakumulasikan aset-aset tanahnya.
Penelitian ini menemukan adanya perbedaan pengaruh akses dan modal
terhadap struktur agraria lokal dari para penerima manfaat program redistribusi
tanah di Desa Pasawahan di dalam tiga momentum waktu yang berbeda. Pada masa
sebelum pelaksanaan program redistribusi tanah (sebelum 2016), akses tanah, akses
pasar, modal ekonomi dan modal simbolik berpengaruh positif terhadap struktur
agraria lokal. Pada momentum saat terlaksananya program redistribusi tanah (2016)
akses ketenagakerjaan, modal ekonomi dan modal simbolik berpengaruh positif
terhadap struktur agraria lokal. Pada pasca lima tahun setelah program redistribusi
tanah (2021), akses teknologi, modal ekonomi dan modal simbolik berpengaruh
positif terhadap struktur agraria lokal. dst.. | id |
| dc.description.abstract | The agrarian structure is a dynamic arena where there are struggles to get a
certain position in it. Access as the ability to benefit from something and capital as
the strength or power possessed becomes a tool to analyze changes in agrarian
structure within a single platform of state policy in the land redistribution program.
This study will show how changes in agrarian structure are analyzed from the
capital and access approach in three different time momentum, namely before the
implementation of the land redistribution program, during the land redistribution
program and five years after the implementation of the land redistribution program
in Pasawahan Village, Banjaranyar District, Ciamis Regency, West Java province.
The purpose of this research is to analyze changes in agrarian structure before,
during, and after land redistribution and to analyze the effect of access and capital
on agrarian structure before, during and after land redistribution.
What conducted the research in Ciamis Regency, Banjaranyar District,
Pasawahan Village which is the location for implementing the land redistribution
program originating from the PT. Cipicung in 2016. The location selection was
done purposively (deliberately) because it is the Land Object for Agrarian Reform
(TORA) location. This research is explanatory research aimed at elevating certain
phenomena with a postpositivist paradigm that uses a mixed-method approach,
namely quantitative and qualitative descriptive through case studies. Respondents
whose data were taken came from a population of 540 (five hundred forty) people
who came from the subject of redistribution recipients in Pasawahan Village with
a total of 838 plots of land. The size of the number of samples studied using the
slovin n = N / (1 + Ne2) formula is a minimum of 230 samples, and then samples
are taken randomly at the study site. The data sample that was successfully studied
amounted to 277 respondents, or 51 percent of the population. Data collection
techniques are through surveys, in-depth interviews, FGDs, and observations, as
well as document and literature studies.
The results of this study show that the practice of land commodification in
the occupied plantation area of PT. Cipicung has occurred in the period before the
implementation of the land redistribution program with the key actors being OTL
administrators who have symbolic capital and economic capital for access to land
and use it to accumulate assets. The legalization program in the form of land
certification has further strengthened the commodification of land in an open land
market medium. The abolition of the agrarian crisis in the context of the ideals of
agrarian reform has been degraded in the context of land sharing and property rights
certificates. The land redistribution program does not contain the transfer of power
as usual for land reform purposes, so a crucial problem remains, namely the
symptom of the return of the gap in land tenure in the hands of a handful of elites.
Although the key actors have changed, from what was originally the plantation
corporation, it has turned into the elite management of local organizations who have
the power and capital relations and access to accumulate land assets.
This study found differences in the effect of access and capital on the local
agrarian structure of the beneficiaries of the land redistribution program in
Pasawahan Village in three different time moments. In the period prior to the
implementation of the land redistribution program (before 2016), land access,
market access, economic capital and symbolic capital had a positive effect on local
agrarian structures. At the moment of the implementation of the land redistribution
program (2016) employment access, economic capital and symbolic capital have a
positive effect on the local agrarian structure. In the five years following the land
redistribution program (2021), access to technology, economic capital and symbolic
capital have a positive effect on local agrarian structures. ... | id |
