dc.description.abstract | Peningkatan produksi padi tidak dapat mengandalkan lahan-lahan subur.
Hal ini diakibatkan terjadinya alih fungsi lahan dan pengaruh perubahan iklim
global yang menyebabkan lahan-lahan pertanian mengalami berbagai cekaman
abiotik seperti kekeringan, rendaman dan salinitas. Hal ini memerlukan varietas
unggul yang memiliki daya hasil tinggi, juga harus multitoleran terhadap
cekaman abiotik. Pemuliaan konvensional membutuhkan waktu lama dalam
proses perakitan varietas unggul padi. Diperlukan kombinasi antara pemuliaan
konvensional dengan teknik kultur antera, dan uji cepat dalam menyeleksi galurgalur
padi. Saat ini varietas padi yang memiliki sifat multitoleran terhadap
cekaman abiotik belum tersedia. Tujuan umum dari penelitian ini ialah untuk
mendapatkan galur-galur padi sawah dihaploid yang memiliki sifat agronomi baik,
berdaya hasil tinggi dan multitoleran terhadap cekaman abiotik.
Penelitian pertama bertujuan untuk mendapatkan F1 dari persilangan tetua
terpilih dan untuk mendapatkan galur-galur dihaploid melalui kultur antera yang
dapat diseleksi lebih lanjut. Genotipe yang digunakan pada persilangan ini yaitu
delapan populasi F1. Berdasarkan daya induksi kalus, daya regenerasi dan
efisiensi kultur populasi CGH1 memiliki daya kultur paling tinggi. Hal ini
kemungkinan disebabkan penggunaan galur dihaploid sebagai salah satu tetuanya.
Secara keseluruhan jumlah tanaman hijau yang berhasil diaklimatisasi adalah 508
tanaman dengan jumlah tanaman dihaploid spontan yang diperoleh adalah 158
tanaman (31,1%). Populasi F1 yang menggunakan HS4-11-1-2 sebagai tetua
betina, seperti pada populasi CGH1(HS4-11-1-2/B13926E-KA-23) dan populasi
CGH2 (HS4-11-1-2/CG8-93-1-1) masing- masing berkontribusi menghasilkan
tanaman dihaploid spontan sebanyak 45,4% dan 34,9%. Galur DH yang diperoleh
dari penelitian ini kemudian dikarakterisasi secara agronomis dan diuji
toleransinya terhadap cekaman abiotik.
Penelitian kedua bertujuan untuk menyeleksi galur-galur dihaploid dengan
potensi hasil yang tinggi dan memiliki penampilan agronomi baik berdasarkan
indeks seleksi. Genotipe yang diuji ialah 89 galur DH hasil kultur antera ditambah
4 varietas pembanding. Model indeks seleksi disusun dengan mempertimbangkan
hasil analisis ragam, analisis korelasi, analisis lintas, analisis komponen utama,
dan ideotipe tanaman yang dituju. Hasil studi ini mengungkapkan terdapat
keragaman sifat agronomi yang diuji dari galur-galur DH. Model seleksi indeks
yang disusun adalah sebagai berikut: I (nilai indeks) = 3*0,8 hasil + 0,9 jumlah
gabah total per malai - 0,9 tinggi tanaman. Berdasarkan model tersebut, diperoleh
85 galur dengan nilai indeks dan produksinya lebih tinggi dibanding Inpari 41.
Galur-galur dihaploid terpilih selanjutnya diikutsertakan pada pengujian observasi
pada kondisi optimum dan pengujian cekaman abiotik fase bibit di rumah kaca.
Penelitian ketiga bertujuan untuk mendapatkan galur-galur dihaploid hasil
kultur antera yang memiliki karakter agronomi baik, dan hasil tinggi. Pengujian
observasi pada kondisi optimum menggunakan seleksi indeks yang bernilai positif.
v
Tiga puluh enam galur dihaploid yang memiliki karakter tinggi tanaman (89,3-
142,3 cm), jumlah anakan produktif (11,1-17,5), umur berbunga (72,4-88,0 HSS),
panjang malai (23,4-30,9 cm), panjang daun bendera (20,5-46,6 cm), bobot malai
(2,9-9,6 g), jumlah gabah isi per malai (40,0-156,6 butir), jumlah gabah hampa
per malai (10,2-84,0 butir), persentase gabah isi per malai (39,3-89,7%), bobot
1000 butir (24,5-28,7 g), serta hasil gabah (3,9-7,3 t/ha). Galur-galur terpilih
tersebut mempunyai potensi untuk diuji lebih lanjut di sawah irigasi, dan di lahan
sub optimum.
Penelitian keempat bertujuan untuk mendapatkan galur-galur dihaploid hasil
kultur antera yang toleran terhadap cekaman kekeringan/salinitas/rendaman pada
fase bibit. Berdasarkan analisis indeks seleksi diperoleh 33 galur DH yang toleran
terhadap kekeringan fase bibit, 31 galur DH toleran rendaman, dan 49 galur DH
yang toleran salinitas berdasarkan nilai indeks seleksi yang positif. Berdasarkan
analisis diagram Venn dihasilkan dua galur DH yang multitoleran dengan hasil
tinggi dan agronomi baik.
Penelitian kelima bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait karakter
morfologi dan fisiologi galur-galur dihaploid yang memiliki toleransi tunggal,
ganda atau multitoleran serta mekanisme toleransinya. Hasil studi morfofisiologi
terhadap cekaman kekeringan fase reproduktif diperoleh 5 galur dihaploid yang
diuji menunjukkan respon moderat sampai agak toleran berdasarkan hasil gabah
per plot dan skor kekeringan. Mekanisme pada penelitian ini merupakan
gabungan dari dehydration avoidance dan dehydration tolerance. Berdasarkan
persentase jumlah tanaman yang hidup setelah perlakuan rendaman sesaat selama
12 hari, dan vigor tanaman setelah disurutkan, maka diperoleh 3 galur (G22, G24
dan G63) yang toleran terhadap rendaman. Mekanisme dari galur-galur yang
survive termasuk mekanisme toleran. Berdasarkan hasil gabah per rumpun dan
skoring terhadap cekaman salinitas fase reproduktif menggunakan pot, diperoleh 2
galur toleran (G60 dan G44) dan 3 galur moderat (G24, G63, dan G22). Mekanisme
salinitas dari galur-galur dihaploid yang diuji merupakan mekanisme toleran. | id |