dc.description.abstract | Indonesia adalah salah satu pusat keragaman tanaman talas di dunia.
Keragaman plasma nutfah talas harus dijaga dan dikembangkan supaya diperoleh
peningkatan nilai ekonomi yang berkelanjutan. Konservasi secara ex-situ dan insitu
merupakan strategi yang banyak diterapkan untuk menjaga kelestarian plasma
nutfah, namun cara ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi dan cenderung tidak
berkelanjutan tanpa adanya intervensi yang memadai. Sebagai salah satu alternatif
untuk menghindari hal tersebut yang juga akan memberikan peluang
pengembangan yang lebih luas bagi para penggunanya adalah konservasi
partisipatif namun masih perlu dikaji terutama pada tanaman talas. Pengembangan
tanaman talas melalui pemuliaan tanaman talas di Indonesia belum banyak
dilakukan. Karakter-karakter unggul yang potensial harus dieksplorasi lebih
seksama untuk mendapatkan genotipe talas unggul yang berkualitas. Salah satu
karakter penting yang belum banyak dipelajari adalah kandungan glukomanan pada
umbi talas, yang merupakan senyawa karbohidrat non-pati yang banyak
dimanfaatkan dalam industri kesehatan dan pangan. Tujuan umum dari penelitian
ini adalah menganalisis keragaman dan stabilitas genetik serta strategi konservasi
partisipatif dalam upaya pengembangan tanaman talas dengan pengelolaan yang
berkelanjutan.
Kajian konservasi partisipatif menggunakan data primer dan sekunder yang
diperoleh melalui kuisioner pakar, rapid rural appraisal dan focus group
discussion. Data dianalisis dengan pendekatan analisis situasional menggunakan
empat langkah dari soft system methodology dan dilanjutkan dengan analisis
hubungan kontekstual menggunakan interpretive structural model. Penelitian
keragaman dan stabilitas genetik menggunakan empat belas aksesi talas tipe eddoe
dari berbagai provinsi di Indonesia dan dilaksanakan di tiga lokasi percobaan yang
berbeda agroekologi. Analisis data kadar glukomanan meliputi analisis ragam
gabungan dan stabilitas genetik melalui pendekatan parametrik dan non-parametrik,
additive main effect multiplicative interaction, analisis korelasi antar sifat dan sidik
lintas. Selanjutnya, dilakukan penelitian molekuler untuk mengidentifikasi gen
putative (CslA) yang berperan dalam pembentukan senyawa glukomanan pada
umbi talas tipe eddoe. Studi ini dilakukan terhadap genom dari enam genotipe talas
dan menggunakan primer yang dirancang dari sekuens gen penyandi CslA yang
diperoleh dari bank gen. Analisis dilakukan terhadap sekuen dari produk PCR.
Hasil kajian konservasi menginformasikan bahwa nilai ekonomi komoditas
talas semakin meningkat dan menarik perhatian berbagai kalangan baik pemerintah
maupun non-pemerintah. Talas menjadi salah satu komoditas prioritas dalam
program diversifikasi pangan, dikembangkan sebagai bahan baku industri dan
mulai menjadi komoditas ekspor. Kultivar-kultivar yang diminati pembudidaya dan
pengolah adalah kultivar yang memiliki karakteristik spesifik sesuai kebutuhan
pengguna serta bernilai ekonomi. Saat ini upaya konservasi talas yang telah berjalan
dalam bentuk taman tematik dan koleksi plasma nutfah. Konservasi partisipatif
adalah cara alternatif yang dapat ditempuh dalam menjaga kelestarian keragaman
plasma nutfah talas tanpa mengurangi pemanfaatannya oleh berbagai pihak
pengguna. Terdapat tiga aktor yang dapat menjadi pendorong kuat yaitu asosiasi
petani, pedagang pengumpul dan lembaga penelitian. Kementerian pertanian
merupakan aktor yang independent namun perannya dipengaruhi oleh aktor
lainnya. Kementerian pertanian memiliki kewenangan menetapkan regulasi dan
kebijakan konservasi, strategi pengelolaan konservasi in-situ dan ex-situ serta
program penelitian yang merupakan kebutuhan mendasar dalam konservasi
partisipatif tanaman talas. Terdapat tujuh aktor yang mempengaruhi peran
kementerian pertanian yaitu petani, asosiasi petani, pedagang pengumpul, eksportir,
industri, lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Petani merupakan aktor
dependent akan tetapi merupakan aktor yang berpengaruh kuat dalam konservasi
partisipatif tanaman talas. Berdasarkan studi kasus di Bogor dan Kuningan, petani
akan menjadi kunci keberhasilan konservasi partisipatif jika dapat mengelola
sumber daya yang dimilikinya dan terdapat ketersediaan bibit yang berkelanjutan
serta memperoleh pendapatan yang bernilai ekonomi dari aktivitas tersebut.
Hasil dari kajian pemuliaan menginformasikan keragaman morfologi empat
belas genotipe talas tipe eddoe serta dapat dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu genotipe landras dan introduksi. Karakter glukomanan menunjukkan nilai
koefisien keragaman genetik sedang dan koefisien keragaman fenotip tinggi serta
dipengaruhi oleh interaksi genotipe dan lingkungan. Terdapat tiga genotipe yang
memiliki kandungan glukomanan tinggi dan teridentifikasi stabil berdasarkan
pendekatan teori parameterik, non-parameterik dan AMMI yaitu genotipe S7, S17
dan S34. Genotipe S34 memiliki stabilitas luas sehingga adaptif terhadap
perubahan lingkungan sedangkan S7 dan S17 lebih adaptif terhadap lingkungan
spesifik yaitu Bogor dan Tangerang. Berdasarkan analisis sidik lintas, jumlah
cormel berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kandungan glukomanan
umbi di ketiga lokasi percobaan namun belum dapat digunakan sebagai kriteria
seleksi.
Dari analisis pensejajaran sekuen gen CslA dari enam genotipe diperoleh
tingkat kemiripan di atas 95% dengan wilayah conserve mencapai 94,1%. Sekuen
yang dihasilkan memiliki kemiripan tinggi dengan gen CslA yang berperan dalam
biosintesis manan synthase dalam pembentukan glukomanan pada umbi. Output
analisis phylogenetic berdasarkan urutan nukleotida menampilkan genotipe S7 dan
S34 berada pada jarak yang terpisah dengan empat genotipe lainnya. Dari 1508 bp
urutan basa nukleotida yang dihasilkan, terdapat tiga fragmen dari genotipe S7 dan
S34 serta dua fragment dari genotipe S15, S28, S30 dan S36 yang berkesesuaian
dengan sekuen gen CslA dari tanaman referensi. Pada sekuen S7 ditemukan 24 situs
dan pada sekuen S34 terdapat 9 situs nukleotida yang berbeda dengan sekuen lima
genotipe lainnya. Ditemukan juga 11 situs nukleotida yang sama antara sekuen S7
dan S34 namun berbeda dengan empat sekuen lainnya. Dengan demikian, terdapat
perbedaan konsesi nukleotida gen putative CslA dari genotipe-genotipe yang
memiliki stabilitas dan kandungan glukomanan tinggi. | id |