Analisis Variabilitas Curah Hujan di Kalimantan Timur
Abstract
Variabilitas curah hujan selama 20 tahun (1 Januari 2001 sampai 31
Desember 2020) di stasiun meteorologi Sepinggan (116o 57’27,53” BT dan 1o
15’27,53” LS) dan Stasiun meteorologi Tumenggung (117o 9’23,47” BT dan 0o
28’57,11” LS) Provinsi Kalimantan Timur dianalisis dengan menggunakan teknik
spektral. Hasil analisis spektral menunjukan bahwa variabilitas bulanan di kedua
stasiun tersebut didominasi ITCZ dengan periode 182 harian (6 bulanan),
variabilitas curah hujan harian di dominasi oleh BSISO 1 dengan periode 30 - 60
harian selama Boreal Summer dan MJO dengan periode yang sama selama Boreal
Winter, dan variabilitas tahunan didominasi oleh Dipole mode, La-Nina, dan La Nina Modoki. Hasil eksplorasi lebih lanjut menunjukan bahwa dalam basis intra musiman, yaitu MJO hanya meningkatkan curah hujan pada fase 4 di kedua stasiun,
sedangkan BSISO 1 meningkatkan curah hujan pada fase 2, 3, dan 4. Sedangkan
BSISO 2 meningkatkan curah hujan harian pada fase 2 dan 3. Secara umum
variabilitas antar tahunan dan intra-musiman lebih kuat pada saat Boreal Summer.
Hasil penelitian ini diharapkan membuka penelitian lebih lanjut tentang variabilitas
curah hujan di wilayah Kalimantan Timur dalam mendukung rencana
pembangunan Ibu Kota Negara Baru di Kalimantan Timur. Rainfall variability for 20 years (1 January 2001 to 31 December 2020) at the
Sepinggan meteorological station (116o 57'27.53”E and 1o 15'27.53”S) and the
Tumenggung meteorological station (117o 9'23.47”E and 0o 28'57.11”S) of East
Kalimantan Province were analyzed using spectral techniques. The results of the
spectral analysis show that the monthly variability at the two stations is dominated
by ITCZ with a period of 182 days (6 months), daily rainfall variability is dominated
by BSISO 1 with a period of 30-60 days during the Boreal Summer and MJO with
the same period during the Boreal Winter, and annual variability is dominated by
Dipole mode, La-Nina, and La-Nina Modoki. Further exploration results show that
on an intra-seasonal basis, the MJO only increases rainfall in phase 4 at both
stations, while BSISO 1 increases rainfall in phases 2, 3, and 4. While BSISO 2
increases daily rainfall in phase 2 and 3. In general, inter-annual and intra-seasonal
variability is stronger during the Boreal Summer. The results of this study are
expected to open further research on the variability of rainfall in the East
Kalimantan region in support of the development plan for the New Capital City in
East Kalimantan.