Show simple item record

dc.contributor.advisorAdiwibowo, Soeryo
dc.contributor.advisorSunito, Melani Abdulkadir
dc.contributor.authorRamadhan, Gilang
dc.date.accessioned2022-09-19T04:16:14Z
dc.date.available2022-09-19T04:16:14Z
dc.date.issued2022-09-16
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114555
dc.description.abstractPerkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang pesat baik dari luas sebaran kebun sawit maupun nilai produksi crude palm oil (CPO). Ekspansi perkebunan kelapa sawit menjadi pioner pengembangan wilayah pedesaan, dengan membangun infrastruktur jalan dan pusat-pusat perdagangan alternatif, khususnya wilayah dengan keterbatasan akses informasi dan konektivitas jalan. Ekspansi perkebunan kelapa sawit tidak hanya dilakukan oleh perusahaan negara dan perusahaan besar swasta, namun juga oleh pekebun sawit mandiri (PSM). Dalam ekspansinya, PSM berkembang luas dan sulit untuk dimonitor. Selain berperan penting dalam rantai produksi kelapa sawit di Indonesia, PSM juga menjadi aktor yang potensial melakukan praktik penguasaan dan perampasan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat kisah petani kelapa sawit mandiri (independent smallholders) serta menganalisis proses eksklusi yang terjadi antara aktor petani sawit mandiri menggunakan pendekatan ekonomi politik. Penelitian yang dilakukan sepanjang tahun 2019-2021 ini dimulai dengan mengekplorasi perjalanan ekspansi kelapa sawit pada tingkat kabupaten hingga pedesaan dengan menyusun trayektori ekspansi, mendeskripsikan apa dan bagaimana penguasaan lahan berubah; hal mana merubah struktur sosial masyarakat Desa Harapan Jaya sebagai akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif yang didukung data kuantitatif. Sejumlah 200 petani kelapa sawit mandiri diwawancara untuk mengenai praktik-praktik eksklusi yang terjadi yang memungkinkan alih-milik lahan beberapa petani mengakumulasi kepemilikan lahan dan menggeser petani lain dalam sirkuit ekonomi kelapa sawit di desa. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum sawit, Desa Harapan Jaya di Kalimantan Timur adalah desa transmigrasi dan lumbung pangan. Masuknya pendatang yang adalah eks-pekerja migran dari Malaysia pada tahun 2005 dan memperkenalkan komoditas kelapa sawit menjadi titik awal perubahan lingkungan dan penghidupan masyarakat Desa Harapan Jaya. Perjalanan ekspansi kelapa sawit terjadi dalam empat babak yakni trayektori pertama (2000-2005), trayektori kedua (2006-2010), trayektori ketiga (2011-2016) dan trayektori keempat (2016-2020) yang berkorelasi dengan (a) peralihan kepemilikan lahan melalui jual beli dari pemilik lama (petani transmigran) ke pemilik baru (petani eks-pekerja migran), (b) alih fungsi tanaman pangan multikultur dengan kecenderungan subsisten menjadi tanaman kelapa sawit komersial yang monokultur, (c) kemunculan sirkuit ekonomi kelapa sawit melalui kelembagaan koperasi dan sistem rantai pasok pemasaran TBS, (d) desakan pasar mendorong perubahan strategi nafkah petani bergantung pada ekonomi kelapa sawit. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai budidaya kelapa sawit beserta kepemilikan modal dari hasil bekerja di perkebunan kelapa sawit di Malaysia, dan jaringan etnis komunitas Bugis menjadi 'bundle of powers' untuk mengakses lahan petani transmigran, dan mulai menanam kelapa sawit pada kondisi di mana infrastruktur untuk komoditi tersebut, semisal jalan transportasi dan pabrik, tidak atau belum tersedia. Pembelian lahan petani oleh petani eks-pekerja migran menyebabkan sebagian petani transmigran tidak bertahan dan pulang ke daerah asal, atau menjadi buruh tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit. Sebagian lain petani memilih bertahan bertani pada lahan sempit. Seiring perjalanan waktu, mereka ini belajar pengetahuan mengenai budidaya kelapa sawit dari petani eks-pekerja migran kemudian mulai menanam kelapa sawit pada lahan pertaniannya dan atau memperluas lahan. Dengan demikian, konstruksi pengetahuan ekonomi kelapa sawit merubah pertanian multikultur-subsisten menjadi perkebunan monokultur kelapa sawit. Hal ini dimungkinkan melalui akses atas lahan akibat bekerjanya secara bersama kuasa-kuasa pengetahuan, modal, dan jaringan etnis (aliansi politik dan informasi pasar) yang mengeksklusi petani transmigran. Saat migran eks-pekerja mengakses tanah dengan menggunakan bundle of power (pengetahuan, modal, jejaring), saat itu pula penduduk awal (petani trasmigran) tereksklusi dari tanahnya. Proses akses/eksklusi memungkinkan sebagian petani yang memiliki kuasa pengetahuan-modal-jejaring, yaitu petani eks-pekerja migran, memperoleh manfaat daribudidaya kelapa sawit. Kelompok eks-pekerja migran yang semula tidak bertanah (landless) menjadi pemilik tanah (landed) selama perkembangan ekonomi kelapa sawit. Sementara itu, petani yang tidak memiliki kuasa pengetahuan-modal-jejaring, yaitu petani transmigran, menjadi kelompok yang terpinggirkan atau termarginalkan. Dari semula memiliki tanah trans kemudian hanya menguasai lahan yang lebih sempit, atau kehilangan tanah sama sekali (landless). Perubahan penguasaan/kepemilikan tanah transmigrasi serta perubahan budidaya tanaman pangan menjadi kelapa sawit ini menjadi pembentuk lapisan di dalam struktur sosial yang baru dari masyarakat Desa Harapan Jaya. Penelitian ini menemukan bahwa ekspansi petani kelapa sawit mandiri menciptakan praktik peminggiran atau eksklusi atas akses tanah di antara aktor petani karena perbedaan pengetahuan, modal dan relasi kuasa. Praktik ekspansi perkebunan kelapa sawit mandiri ini terus berlangsung di wilayah pedesaan karena petani yang tereksklusi akan berekspansi ke wilayah lain. Hal ini melibas pertanian pangan dan sekaligus menghilangkan budaya pertanian pangan. Dengan demikian, suatu pengaturan atau pengelolaan diperlukan, misalnya melalui perencanaan tata-guna lahan (land-use) desa. Ekspansi yang tidak terkontrol perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut karena membawa dampak tidak hanya pada aspek lingkungan karena deforestasi dan degradasi atas alih fungsi lahan yang luas, tetapi juga berdampak pada perubahan struktur sosial di desa.id
dc.description.abstractPerkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang pesat baik dari luas sebaran kebun sawit maupun nilai produksi crude palm oil (CPO). Ekspansi perkebunan kelapa sawit menjadi pioner pengembangan wilayah pedesaan, dengan membangun infrastruktur jalan dan pusat-pusat perdagangan alternatif, khususnya wilayah dengan keterbatasan akses informasi dan konektivitas jalan. Ekspansi perkebunan kelapa sawit tidak hanya dilakukan oleh perusahaan negara dan perusahaan besar swasta, namun juga oleh pekebun sawit mandiri (PSM). Dalam ekspansinya, PSM berkembang luas dan sulit untuk dimonitor. Selain berperan penting dalam rantai produksi kelapa sawit di Indonesia, PSM juga menjadi aktor yang potensial melakukan praktik penguasaan dan perampasan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat kisah petani kelapa sawit mandiri (independent smallholders) serta menganalisis proses eksklusi yang terjadi antara aktor petani sawit mandiri menggunakan pendekatan ekonomi politik. Penelitian yang dilakukan sepanjang tahun 2019-2021 ini dimulai dengan mengekplorasi perjalanan ekspansi kelapa sawit pada tingkat kabupaten hingga pedesaan dengan menyusun trayektori ekspansi, mendeskripsikan apa dan bagaimana penguasaan lahan berubah; hal mana merubah struktur sosial masyarakat Desa Harapan Jaya sebagai akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif yang didukung data kuantitatif. Sejumlah 200 petani kelapa sawit mandiri diwawancara untuk mengenai praktik-praktik eksklusi yang terjadi yang memungkinkan alih-milik lahan beberapa petani mengakumulasi kepemilikan lahan dan menggeser petani lain dalam sirkuit ekonomi kelapa sawit di desa. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum sawit, Desa Harapan Jaya di Kalimantan Timur adalah desa transmigrasi dan lumbung pangan. Masuknya pendatang yang adalah eks-pekerja migran dari Malaysia pada tahun 2005 dan memperkenalkan komoditas kelapa sawit menjadi titik awal perubahan lingkungan dan penghidupan masyarakat Desa Harapan Jaya. Perjalanan ekspansi kelapa sawit terjadi dalam empat babak yakni trayektori pertama (2000-2005), trayektori kedua (2006-2010), trayektori ketiga (2011-2016) dan trayektori keempat (2016-2020) yang berkorelasi dengan (a) peralihan kepemilikan lahan melalui jual beli dari pemilik lama (petani transmigran) ke pemilik baru (petani eks-pekerja migran), (b) alih fungsi tanaman pangan multikultur dengan kecenderungan subsisten menjadi tanaman kelapa sawit komersial yang monokultur, (c) kemunculan sirkuit ekonomi kelapa sawit melalui kelembagaan koperasi dan sistem rantai pasok pemasaran TBS, (d) desakan pasar mendorong perubahan strategi nafkah petani bergantung pada ekonomi kelapa sawit. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai budidaya kelapa sawit beserta kepemilikan modal dari hasil bekerja di perkebunan kelapa sawit di Malaysia, dan jaringan etnis komunitas Bugis menjadi 'bundle of powers' untuk mengakses lahan petani transmigran, dan mulai menanam kelapa sawit pada kondisi di mana infrastruktur untuk komoditi tersebut, semisal jalan transportasi dan pabrik, tidak atau belum tersedia. Pembelian lahan petani oleh petani eks-pekerja migran menyebabkan sebagian petani transmigran tidak bertahan dan pulang ke daerah asal, atau menjadi buruh tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit. Sebagian lain petani memilih bertahan bertani pada lahan sempit. Seiring perjalanan waktu, mereka ini belajar pengetahuan mengenai budidaya kelapa sawit dari petani eks-pekerja migran kemudian mulai menanam kelapa sawit pada lahan pertaniannya dan atau memperluas lahan. Dengan demikian, konstruksi pengetahuan ekonomi kelapa sawit merubah pertanian multikultur-subsisten menjadi perkebunan monokultur kelapa sawit. Hal ini dimungkinkan melalui akses atas lahan akibat bekerjanya secara bersama kuasa-kuasa pengetahuan, modal, dan jaringan etnis (aliansi politik dan informasi pasar) yang mengeksklusi petani transmigran. Saat migran eks-pekerja mengakses tanah dengan menggunakan bundle of power (pengetahuan, modal, jejaring), saat itu pula penduduk awal (petani trasmigran) tereksklusi dari tanahnya. Proses akses/eksklusi memungkinkan sebagian petani yang memiliki kuasa pengetahuan-modal-jejaring, yaitu petani eks-pekerja migran, memperoleh manfaat daribudidaya kelapa sawit. Kelompok eks-pekerja migran yang semula tidak bertanah (landless) menjadi pemilik tanah (landed) selama perkembangan ekonomi kelapa sawit. Sementara itu, petani yang tidak memiliki kuasa pengetahuan-modal-jejaring, yaitu petani transmigran, menjadi kelompok yang terpinggirkan atau termarginalkan. Dari semula memiliki tanah trans kemudian hanya menguasai lahan yang lebih sempit, atau kehilangan tanah sama sekali (landless). Perubahan penguasaan/kepemilikan tanah transmigrasi serta perubahan budidaya tanaman pangan menjadi kelapa sawit ini menjadi pembentuk lapisan di dalam struktur sosial yang baru dari masyarakat Desa Harapan Jaya. Penelitian ini menemukan bahwa ekspansi petani kelapa sawit mandiri menciptakan praktik peminggiran atau eksklusi atas akses tanah di antara aktor petani karena perbedaan pengetahuan, modal dan relasi kuasa. Praktik ekspansi perkebunan kelapa sawit mandiri ini terus berlangsung di wilayah pedesaan karena petani yang tereksklusi akan berekspansi ke wilayah lain. Hal ini melibas pertanian pangan dan sekaligus menghilangkan budaya pertanian pangan. Dengan demikian, suatu pengaturan atau pengelolaan diperlukan, misalnya melalui perencanaan tata-guna lahan (land-use) desa. Ekspansi yang tidak terkontrol perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut karena membawa dampak tidak hanya pada aspek lingkungan karena deforestasi dan degradasi atas alih fungsi lahan yang luas, tetapi juga berdampak pada perubahan struktur sosial di desa.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePengetahuan Sebagai Kuasa Eksklusi : Kisah Petani Kelapa Sawit Mandiri Desa Harapan Jaya, Kalimantan Timurid
dc.title.alternativeKnowledge as the Power of Exclusion : The Story of Independent Oil Palm Farmers at Harapan Jaya Village in East Kalimantan.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordaksesid
dc.subject.keywordeksklusiid
dc.subject.keywordkuasa pengetahuanid
dc.subject.keywordkelapa sawitid
dc.subject.keywordpetani kelapa sawirt mandiriid
dc.subject.keywordaccessid
dc.subject.keywordexclusionid
dc.subject.keywordpower of knowledgeid
dc.subject.keywordoil palmid
dc.subject.keywordindependent smallholder farmersid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record