Show simple item record

dc.contributor.advisorDewi, Mira
dc.contributor.advisorRiyadi, Hadi
dc.contributor.authorRusydiana, Hamidah Aula
dc.date.accessioned2022-08-11T06:12:37Z
dc.date.available2022-08-11T06:12:37Z
dc.date.issued2022-08-11
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113442
dc.description.abstractAktivitas fisik disarankan dilakukan minimal 150 menit/minggu dengan intensitas sedang hingga berat untuk menjaga kesehatan sehari-hari. Akan tetapi, sebagian masyarakat belum memenuhi anjuran tersebut. Sebanyak 33,5% penduduk memiliki aktivitas fisik yang termasuk kategori kurang (Kemenkes 2018). Proporsi ini meningkat dari tahun sebelumnya yang dilaporkan sebesar 26,1% (Kemenkes 2013). Riskesdas juga menyatakan bahwa proporsi penduduk dengan aktivitas sedenter ≥ 3 jam sehari mencapai 66,1% (Kemenkes 2013). Hal ini memberi gambaran betapa rendahnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh masyarakat secara umum. Kelompok ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang berpotensi melakukan aktivitas sedenter atau memiliki aktivitas fisik yang rendah. Aktivitas fisik sendiri memiliki beberapa manfaat dan risiko untuk kehamilan. Oleh karena itu, peneltian ini dilakukan untuk melihat bagaimana hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat kecukupan zat gizi ibu hamil pada masa kehamilan terhadap outcomes kehamilan. Tujuan khusus penelitian ini adalah 1) menganalisis karakeristik individu, sosial, tingkat kecukupan zat gizi, dan aktivitas fisik pada ibu hamil 2) menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat kecukupan zat gizi pada ibu hamil dengan outcomes kehamilan yakni kadar glukosa darah puasa, tekanan darah, volume cairan ketuban, panjang dan berat badan bayi lahir 3) menganalisis hubungan antara outcomes kehamilan pada ibu terhadap outcomes kehamilan pada bayi. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi observasional pada kohort 34 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di posyandu di wilayah kecamatan Ciampea Bogor. Subjek dalam penelitian ini merupakan kelompok kontrol dari penelitian yang berjudul “Pengkajian Pangan Berbasis Tempe untuk Mengoptimalkan Outcome Kehamilan dan Tumbuh Kembang Janin hingga Bayi” yang pengambilan datanya telah dilakukan sejak Agustus 2019 hingga Maret 2020. Subjek diambil menggunakan purposive sampling melalui kegiatan posyandu sesuai dengan kriteria yakni usia kehamilan 25 – 40 minggu, berusia 18 – 40 tahun, kehamilan tunggal, tidak mengidap penyakit kronis dan janin tidak mengalami kelainan kongenital. Data dikumpulkan secara bertahap sesuai skema waktu. Data karakteristik individu, karakteristik sosial ekonomi, data konsumsi, dan data aktifitas fisik dikumpulkan melalui wawancara. Data pengukuran berupa glukosa darah diambil oleh tenaga medis, dan volume cairan ketuban ibu melalui pemeriksaan usg, serta berat dan panjang badan bayi lahir oleh tenaga kesehatan. Pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan Microsoft Excel 2013, dan Jamovi. Data diolah dengan analisis dekriptif pada masing-masing variabel. Uji bivariat antara variabel prediktor dan variabel outcomes dilakukan menggunakan korelasi Pearson. Berdasarkan hasil uji bivariat, variabel yang memenuhi syarat regresi yakni taraf signifikansi <0,25 kemudian diuji lanjut terhadap masing-masing variabel outcomes menggunakan multiple linear regression. Sebanyak 58,8% ibu hamil memiliki IMT sebelum hamil yang sehat, menandakan masih terdapat 41,2% yang masih memiliki IMT pra hamil yang kurang dan berlebih. Sebagian besar ibu dengan anak lebih dari 1 memiliki jarak kehamilan lebih dari 2 tahun sesuai anjuran kesehatan. Rata-rata tingkat kecukupan energi dan zat gizi masih berada pada angka 80% dengan kecukupan protein lebih rendah yakni 73%. Defisit tingkat kecukupan zat gizi makro terjadi di lebih dari separuh subjek. Aktivitas fisik ibu hamil berdasarkan nilai metabolik equivalent menunjukkan hasil yang mencukupi kebutuhan dilihat dari total aktivitas, akan tetapi masih termasuk rendah dalam aktvitas olahraga atau latihan yakni rata-rata 5,6 MET jam/minggu disbanding anjuran 15 – 20 MET jam/minggu. Aktivitas fisik yang paling banyak dilakukan oleh ibu hamil adalah pada aktivitas fisik rumah tangga dan pengasuhan, berkaitan dengan pekerjaan subjek yang merupakan ibu rumah tangga di hampir 90% subjek. Keseluruhan variabel outcomes pada subjek rata-ratanya berada pada nilai normal yakni kadar glukosa darah puasa, tekanan darah, volume cairan ketuban, panjang dan berat badan bayi lahir. Berdasarkan analisis, kadar glukosa darah puasa di trimester ketiga dipengaruhi oleh IMT pra hamil (b=2,521, p=0,009) dan aktivitas fisik di trimester ketiga (b=0,055, p=0,006). Perubahan variasi pada kedua variabel ini diprediksi dapat memengaruhi hingga 36,9% perubahan variasi kadar glukosa darah puasa. Tidak ada variabel yang berhubungan dengan tekanan darah pada penelitian ini. Volume cairan ketuban juga diduga berhubungan dengan usia kehamilan, walau tidak signifikan pada penelitian ini. Panjang badan lahir bayi dipengaruhi oleh peningkatan berat badan selama hamil (b 0,093 p 0,047). Hasil penelitian ini hanya menunjukkan bahwa berat badan bayi lahir dipengaruhi oleh tinggi badan ibu (b 54,0, p <0,001) yang artinya ibu yang pendek berkemungkinan melahirkan bayi dengan berat badan yang lebih rendah dibanding ibu yang tinggi sehingga dukungan baik dari gizi maupun status gizi menjadi penting untuk menghindari bayi lahir dengan berat badan yang rendah. Sebagai tambahan, kadar glukosa darah puasa (b=7,24, p=0,025) berpengaruh positif signifikan terhadap berat badan lahir bayi. Artinya, setiap peningkatan kadar glukosa darah puasa sebesar 1 satuan (g/dl) di trimester ketiga berpotensi meningkatkan berat badan lahir bayi sebesar 7,24 gram. Sedangkan tekanan darah sistol diduga dapat berhubungan dengan rendahnya berat badan lahir, walaupun dalam penelitian ini kurang menunjukkan hasil yang signifikan (b= -13,94, p=0,058) . Hal ini sedikit banyak membuktikan bahwa kesehatan ibu selama hamil berkaitan dengan status gizi bayi saat dilahirkan.id
dc.description.abstractThe recommended physical activity is at least 150 minutes/week with moderate to vigorous intensity to maintain health. However, some people have not complied with this recommendation. A total of 33,5% of the population has physical activity in the less category (Kemenkes 2018). This proportion increased from the previous year which was reported at 26,1% (Kemenkes 2013). Riskesdas also stated that the proportion of the population with sedentary activities more than 3 hours a day reached 66,1% (Kemenkes 2013). This illustrates how low physical activity is carried out by population in general. Pregnant women are one group that has the potential to perform sedentary activities or have low physical activity. Physical activity itself has several benefits and risks for pregnancy. Therefore, this study was conducted to see how the relationship between physical activity and nutritional adequacy level of pregnant women during pregnancy with pregnancy outcomes. The specific objectives of this study were 1) analyzing individual, social characteristics, nutritional adequacy level, and physical activity in pregnant women 2) analyzing the relationship between physical activity and nutritional adequacy levels in pregnant women with pregnancy outcomes, namely fasting blood glucose levels, blood pressure, volume of amniotic fluid, length and birth weight of the baby 3) analyzing the relationship between pregnancy outcomes in mothers and pregnancy outcomes in offspring. The design used in this study was an observational study on a cohort of 34 pregnant women in the Ciampea sub-district, Bogor. The data collection was carried out from August 2019 to March 2020. Subjects were taken using quota sampling through posyandu activities according to the criteria. The criteria are 25-40 weeks of gestation, 18-40 years of age, singleton pregnancy, not suffering from chronic disease, and the fetus has no congenital abnormalities. Data is collected in stages according to the time scheme. Individual characteristics data, socioeconomic characteristics, consumption data, and physical activity data were collected through interviews. Blood glucose measurement was taken by medical personnel, and the mother's amniotic fluid volume was measured through ultrasound examination, as well as the weight and length of the baby born by health workers. Data processing and analysis were carried out using Microsoft Excel 2013 and Jamovi. The data was processed by descriptive analysis on each variable. Bivariate test between predictor variables and outcomes variables was carried out using Pearson correlation. Based on the results of the bivariate test, the variables that meet the regression requirements, namely the significance level <0.25, were then further tested on each outcome variables using multiple linear regression. As many as 58.8% of pregnant women have a healthy BMI before pregnancy, indicating that there are still 41.2% who still have a pre-pregnancy BMI that is less and excessive. Most mothers with children more than 1 have a pregnancy interval of more than 2 years according to health recommendations. The average level of energy and nutrient adequacy is still at 80% with lower protein adequacy of 73%. Deficits in the level of macronutrient adequacy occurred in more than half of the subjects. Physical activity of pregnant women based on the metabolic equivalent value shows results that meet the needs seen from total activity but is still low in sports or exercise activity, which is an average of 5,6 MET hours/week compared to the recommended 15 – 20 MET hours/week. The most physical activity carried out by pregnant women is indeed in household physical activity and parenting, related to the occupation of the subjects who were a housewife in almost 90% of the subjects. Overall outcome variables in the subjects were on average at normal values, namely fasting blood glucose levels, blood pressure, amniotic fluid volume, length and weight of the baby born. Based on the analysis, fasting blood glucose levels were influenced by pre-pregnancy BMI (b=2,521, p=0,009) and physical activity (b=0,055, p=0,006). Changes in variation in these two variables are predicted to affect up to 36,9% of changes in variations in fasting blood glucose levels. There are no variables related to blood pressure in this study. Amniotic fluid volume was also thought to be related to gestational age, although it was not significant in this study. The length of the baby's birth was influenced by gestational weight gain (b 0,093, p 0,047). The results of this study only showed that the birth weight of babies was influenced by the mother's height (b 54,0, p < 0,001) which means that short mothers are likely to give birth to babies with lower body weights than tall mothers so that support from both nutrition and health status Nutrition is important to avoid babies born with low body weight. In addition, fasting blood glucose levels (b=7,24, p=0,025) had a significant positive effect on infant birth weight. That every increase in fasting blood glucose levels by 1 unit (g/dl) has the potential to increase the baby's birth weight by 7,24 grams. Meanwhile, systolic blood pressure (b= -13,94, p=0,058) had a negative effect on birth weight although in this case, it showed a less significant effect. This more or less proves that the health of the mother during pregnancy is related to the anthropometry of the baby at birth.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleHubungan antara Aktivitas Fisik dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Ibu Hamil dengan Outcomes Kehamilanid
dc.title.alternativeRelationship between Physical Activity and Nutritional Adequacy Level on Pregnant Woman with Pregnancy Outcomesid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordaktivitas fisikid
dc.subject.keywordibu hamilid
dc.subject.keywordoutcomes kehamilanid
dc.subject.keywordtingkat kecukupan giziid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record