dc.description.abstract | Waktu panen benih padi yang tepat dapat memaksimalkan hasil dan mutu
benih. Benih masak fisiologis ditandai dengan bobot kering dan vigor benih
maksimum. Penelitian bertujuan menentukan masak fisiologis benih padi varietas
IPB 3S, serta mendapatkan metode pematahan dormansi yang tepat. Penentuan
masak fisiologis menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor, yaitu tingkat
masak (kuning ½ malai, kuning ¾ malai, kuning seluruh malai, malai kuning kering,
dan lewat waktu panen). Satuan panas tanaman diperoleh dari pengukuran suhu
harian mulai tanam hingga panen. Pematahan dormansi benih menggunakan
rancangan acak lengkap tersarang dua faktor, faktor pertama yaitu periode afterripening (0, 1, dan 2 minggu setelah simpan atau MSP) dan faktor kedua yaitu
perendaman KNO3 (KNO3 0,2% dan kontrol). Perendaman benih dengan KNO3
tersarang dalam periode after-ripening. Masak fisiologis benih tercapai pada
tingkat masak malai kuning kering 34 hari setelah antesis dengan ciri seluruh bulir
pada malai berwarna kuning kering serta daun bendera dan daun dalam satu rumpun
telah mengering, dengan bobot kering benih 3,788 g dan kadar air 16,4%. Satuan
panas yang dibutuhkan hingga mencapai masak fisiologis sebesar 2204,4 0
Cd.
Benih padi varietas IPB 3S yang telah dikeringkan (kadar air 8–10%) belum patah
dormansinya hingga periode penyimpanan after-ripening 2 MSP pada suhu 18–20
0
C. Teknik pematahan dormansi dengan merendam benih dalam larutan KNO3
0,2% selama 36 jam pada suhu 28–30 0
C mampu mematahkan dormansi benih
sebelum disimpan (0 MSP) dengan daya berkecambah 94,3%, dan seiring dengan
meningkatnya periode after-ripening (1 MSP dan 2 MSP) viabilitas dan vigor benih
semakin meningkat. | id |