Analisis Potensi dan Pengembangan Desa Wisata Bunga di Kelurahan Tigarunggu, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun

Abstract

Salah satu konsep pariwisata adalah desa wisata. Desa wisata memiliki beberapa karakter khusus dan kondisi alam yang mendukung untuk menjadi tujuan wisata. Kelurahan Tigarunggu merupakan salah satu daerah yang berada dalam koridor dan rute menuju objek wisata Danau Toba. Daerah ini memiliki 5 desa yang 3 diantaranya sering dilewati wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri saat menuju objek wisata Danau Toba. Ketiga desa tersebut memiliki tanah yang subur, udara yang dingin dan bentang alam yang menarik sehingga berpotensi dikembangkan menjadi desa wisata namun hal tersebut belum dimanfaatkan dan dikembangkan secara maksimal. Hal ini ditunjukkan oleh kurangnya kunjungan wisatawan pada beberapa desa tersebut saat menuju objek wisata Danau Toba. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengidentifikasi potensi dan menentukan bentuk pengembangan kawasan desa wisata di Desa Tigarunggu, Kampung Baru dan Sitalasari. Metode penelitian dimulai dengan observasi lapang secara purposive sampling, penentuan responden, pengamatan dan identifikasi tanaman bunga di pekarangan, pengukuran suhu, wawancara dan analisis data. Hasil penelitian menunjukkan Desa Tigarunggu, Kampung Baru dan Sitalasari berpeluang dikembangkan menjadi desa wisata dengan potensi alam berupa keanekaragaman bunga yang berhasil diidentifikasi berjumlah 136 spesies dari 43 suku, kebun jeruk dan kebun sayuran. Keanekaragaman spesies tanaman bunga tertinggi dimiliki oleh desa Sitalasari. Desa yang berdekatan tidak selalu memiliki proporsi spesies bunga yang sama. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang sering berpengaruh terhadap persepsi responden mengenai desa wisata. Masyarakat di ketiga desa memiliki keterbukaan untuk semua jenis pengembangan desa wisata. Kata kunci: desa wisata, persepsi, potensi alam, tanaman bunga

One of the tourism concepts is the tourist village. The tourist village has several special characters and natural conditions that support it to become a tourist destination. Tigarunggu Village is one of the areas in the corridor and route to the Lake Toba tourist attraction. This area has 5 villages, 3 of which are often passed by tourists both domestically and abroad when they go to Lake Toba attractions. The three villages have fertile soil, cold air and attractive landscapes so that they have the potential to become tourist villages, but these have not been utilized and developed optimally. This is indicated by the lack of tourist visits to some of these villages when they go to the Lake Toba tourist attraction. Therefore, this study aims to identify the potential and determine the form of development of the tourist village area in Tigarunggu, Kampung Baru and Sitalasari villages. The research method begins with field observations by purposive sampling, determination of respondents, observation and identification of flower plants in the yard, temperature measurement, interviews and data analysis. The results showed that Tigarunggu, Kampung Baru and Sitalasari villages had the opportunity to be developed into tourist villages with natural potential in the form of orange gardens, vegetable gardens and flower diversity which were identified totaling 136 species from 43 tribes. Sitalasari village has the highest diversity of flower plant species. Adjacent villages do not always have the same proportion of flower types. Education level is a factor that often influences respondents' perceptions of tourist villages. Communities in the three villages have openness to all types of tourism village development. Keywords: flower plants, natural potential, perception, tourist village