| dc.contributor.advisor | Purwangka, Fis | |
| dc.contributor.advisor | Mustaruddin | |
| dc.contributor.author | Sakina, Nymas Sidratus | |
| dc.date.accessioned | 2022-02-28T03:23:07Z | |
| dc.date.available | 2022-02-28T03:23:07Z | |
| dc.date.issued | 2022 | |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111246 | |
| dc.description.abstract | Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 52A Tahun 2013 (KEPMENKP
No 52A/2013) tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi merupakan pedoman untuk aktvitas
perikanan dan harus diimplementasikan secara maksimal. Salah satu komoditas
unggulan di Indonesia adalah perikanan tuna. Tahun 2018 tuna menyumbang devisa
sebesar 713,9 juta USD pada pasar ekspor.
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap merupakan salah satu sentra
produksi tuna terbesar di Indonesia. Hasil tangkapan tuna pada tahun 2015-2019
mencapai 7.807 ton. Tujuan pemasaran tuna di PPP Pondokdadap adalah pasar ekspor
dan pasar domestik. Kualitas mutu tuna yang berasal dari Pondokdadap sebagian besar
memiliki kualitas sedang (grade B), dan tidak sedikit pula yang memiliki kualitas C dan
D. Hal ini terjadi karena beberapa faktor diantaranya fasilitas penanganan yang kurang
memadai dan kurangnya pengetahuan para pelaku usaha bahwa dalam setiap kegiatan
penanganan dan transportasi yang kurang baik terdapat risiko yang mengakibatkan
terjadinya penurunan mutu. Hal ini mengakibatkan sebagian ikan tuna yang didaratkan
memiliki kualitas yang kurang baik dan dijual dengan harga sangat murah. Untuk itu
perlu strategi mitigasi agar kegiatan penanganan dan transportasi tuna di PPP
Pondokdadap yang berdampak pada penurunan mutu dapat ditekan.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi mitigasi risiko penanganan
dan transportasi tuna yang didaratkan di PPP Pondokdadap. Metode yang digunakan
untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan pendekatan Failure Mode Effect
Analysis (FMEA). Aspek yang diamati adalah mutu tuna saat bongkar sampai dengan
pemasaran secara organoleptik dengan panduan SNI 01-2346-2006.
Hasil penelitian menyatakan bahwa penanganan dan transportasi tuna di PPP
Pondokdadap dibedakan berdasarkan ukuran dan spesies. Ukuran tuna dibedakan
berdasar berat ≥20kg dan <20kg. Spesies hasil tangkapan tuna di PPP Pondokdadap
adalah tuna sirip kuning, albakor dan mata besar. Penanganan dan transportasi tuna
yang berada diluar kendali sehingga menyebabkan penurunan mutu terbesar berada
pada spesies tuna albakor saat aktivitas pasca pembongkaran sampai di TPI untuk berat
≥20kg dan aktivitas distribusi hingga pemasaran untuk berat <20kg. Terdapat 4 strategi
mitigasi untuk masing-masing aktivitas penanangan dan transportasi tuna yang berada
diluar kendali. Rekomendasi strategi pengendalian albakor ≥20kg adalah melakukan
sertifikasi Cara Penanganan Ikan yang baik (CPIB), pemakaian alat peluncur ikan,
penambahan alas halus dan mengganti moda transportasi dari mobil bak terbuka
menjadi truk berpendingin. Strategi pengendalian albakor <20kg adalah penambahan
alas halus, penambahan wadah baru dan kran air serta penggunaan freezer. | id |
| dc.description.abstract | Minister of Marine Affairs and Fisheries Decision Number 52A of 2013
concerning Requirements for Quality Assurance and Safety of Fishery Products in the
Process of Production, Processing and Distribution are guidelines for fishery activities
and must be implemented optimally. Tuna is one of leading commodities in Indonesia.
In 2018 tuna contributed foreign exchange of 713,9 million USD in the export market.
Pondokdadap archipelagic fishing port is one of the centers tuna production in
Indonesia. Catch of tuna in 2015-2019 reached 7.807 tons. Tuna from Pondokdadap
archipelagic fishing port sale to the export market and the domestic market. The quality
of tuna in Pondokdadap archipelagic fishing port is mostly of medium quality (grade B)
and some are C and D qualities. This condition occurs due to bad handling facilities and
lack of knowledge of business actors on handling and transportation activity risks. The
risk is a decrease in quality so that the selling value is not maximum. For this reason a
mitigation strategy of handling and transportation tuna is needed, so impact of quality
degradation can be suppressed.
This research aims to determine strategy mitigation of handling and transportation
risk of tuna at Pondokdadap archipelagic fishing port. The method used to overcome
this problem is the Failure Mode Effect Analysis (FMEA) approach. The aspect
observed was the quality of tuna when unloading until marketing with guidelines
organoleptic of SNI 01-2346-2006. The result of the research is handling and
transportation tuna at Pondokdadap archipelagic fishing port were differentiated based
on size and species. Size of tuna are distinguished by weight ≥20kg and <20kg. The
species tuna at Pondokdadap archipelagic fishing port are yellowfin tuna, albacore and
bigeye tuna. Handling and transportation of tuna are out of control for weight ≥20kg
occur in albacore when activities of unloading until arrived at TPI and for weight <20kg
when distribution to marketing activities. There are 4 mitigation strategy for each tuna
handling and transportation activity. The mitigation strategy for controlling albakor
≥20kg is certification of good handling, use sliding equipment, add smooth mats and
change the transportation to refrigerated trucks. The strategy for controlling albakor
<20kg is the addition of a soft bottom, new containers, water faucets and the use of a
freezer | id |
| dc.language.iso | id | id |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.title | Mitigasi Risiko Penanganan dan Transportasi Tuna di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap, Kabupaten Malang | id |
| dc.type | Thesis | id |
| dc.subject.keyword | handling | id |
| dc.subject.keyword | Pondokdadap | id |
| dc.subject.keyword | Risk | id |
| dc.subject.keyword | Transportation | id |
| dc.subject.keyword | Tuna | id |