dc.description.abstract | Ikan bada (Rasbora argyrotaenia) merupakan salah satu ikan dari Danau
Maninjau, Sumatra Barat, yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Tingginya laju
penangkapan ikan bada ini dikhawatirkan akan mengancam keberadaan ikan ini di
Danau Maninjau. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
itu, yaitu dengan cara membudidayakannya. Perkembangan gonad merupakan
tahapan penting yang akan dilalui sebelum terjadinya proses pemijahan. Upaya
yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan reproduksi pada induk ikan,
yaitu dengan cara memperbaiki kualitas pakannya. Salah satunya dengan
menambahkan spirulina pada pakan ikan. Selain perbaikan nutrisi pada pakan saat
perkembangan reproduksi, bisa dilakukan metode rekayasa hormonal berupa
pemberian hormon eksogen. Hormon eksogen yang banyak digunakan untuk proses
pematangan gonad pada ikan yaitu hormon estradiol-17β.
Metode penelitian adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan
acak lengkap dengan empat kombinasi perlakuan dan empat ulangan yaitu tanpa
penambahan hormon estradiol-17β dan spirulina (P0), penambahan hormon
estradiol-17β sebanyak 7 μg kg-1 pakan (P1), penambahan spirulina sebanyak 30
g kg-1 pakan (P2) dan penambahan hormon estradiol-17β sebanyak 7 μg kg-1 pakan
dan spirulina sebanyak 30 g kg-1 pakan. Ikan bada betina (4,22±1,28 g) dipelihara
dalam akuarium berukuran 100 x 50 x 50 cm3 dengan kepadatan 7 ekor/akuarium.
Ikan diberi pakan perlakuan dua kali sehari, sebanyak 3% dari biomassa selama
enam minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hormon estradiol-17β pada
akhir percobaan mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan awal percobaan.
Pada akhir percobaan terlihat nilai dari konsentrasi kolesterol total dan glukosa
plasma darah mengalami penurunan pada semua kelompok percobaan. Hasil
histologis gonad memperlihatkan seiring dengan waktu pemeliharaan induk ikan
bada, diameter oosit makin bertambah besar. Dari hasil pengamatan histologis
gonad, terlihat bahwa perkembangan ovarium ikan bada termasuk tipe
asynchronous. Hal ini dikarenakan di dalam gonad ditemukan beberapa tahap
perkembangan oosit yang berbeda dalam suatu ovarium. Selama enam minggu
pemeliharaan tampak bahwa nilai gonadosomatic index (GSI), khususnya pada
perlakuan P2 dan P3, makin meningkat seiring dengan lama waktu pemeliharaan.
Nilai hepatosomatic index (HSI) pada minggu keenam pada semua perlakuan
memperlihatkan nilai yang meningkat bila dibandingkan dengan awal pengamatan.
Secara statistik terlihat nilai HSI ikan bada pada akhir pemeliharaan pada semua
perlakuan adalah sama. Nilai rerata derajat pembuahan ikan bada berkisar antara
80,91-92,9%. Dari uji statistik terlihat perlakuan P3 tidak berbeda nyata dengan
perlakuan P2, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P0 (p<0,05). Nilai
rerata derajat penetasan ikan bada percobaan berkisar antara 59,67-84%. Kualitas
air selama pemeliharaan induk ikan bada menunjukkan kondisi yang baik dan
mendukung kehidupan ikan. Penambahan kombinasi hormon estradiol-17β dan
spirulina meningkatkan kinerja reproduksi induk ikan bada betina. Penambahan
kombinasi hormon estradiol-17β dan spirulina pada pakan menghasilkan nilai
terbaik pada fekunditas relatif, derajat pembuahan dan derajat penetasan pada induk
ikan bada. Perkembangan gonad ikan bada termasuk tipe yang asynchronous. | id |