Estimasi Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Polutan PLTU Batubara Indramayu (Studi Kasus: Desa Karang Layung, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat

Abstract

PLTU Batubara Indramayu merupakan salah satu pembangkit listrik yang terletak di Provinsi Jawa Barat memiliki kapasitas 3x330 Megawatt (MW) dan beroperasi sejak tahun 2011. PLTU merupakan kegiatan produksi yang menghasilkan listrik dengan menggunakan batubara sebagai energi utamanya. Suatu aktivitas produksi atau konsumsi tidak terlepas dari eksternalitas bagi lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi eksternalitas positif dan negatif yang dirasakan masyarakat akibat PLTU Indramayu menggunakan analisis deskriptif kualitatif. (2) Mengestimasi kerugian ekonomi yang ditanggung masyarakat akibat aktivitas PLTU Indramayu menggunakan metode cost of illness dan loss of earning. (3) Mengestimasi besarnya nilai kompensasi yang bersedia diterima masyarakat menggunakan Contingent Valuation Method (CVM). (4) Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi besarnya kompensasi menggunakan analisis regresi logistik ordinal. Eksternalitas positif yang dirasakan dapat dilihat dari aspek ekonomi, sosial, dan budaya. Eksternalitas negatif yang dirasakan meliputi penurunan kualitas udara, kualitas air, kebisingan, terganggunya kenyamanan, dan kerugian yang dialami. Biaya berobat yang dikeluarkan masyarakat sebesar Rp 570.010.000/tahun dan kehilangan pendapatan yang dialami masyarakat sebesar Rp 274.493.214/tahun. Nilai dugaan rata-rata Willingness to Accept (WTA) responden sebesar Rp 552.000/KK/tahun. Faktor-faktor yang memengaruhi nilai WTA responden adalah jarak tempat tinggal, total kerugian, eksternalitas positif, dan jenis kelamin.

Indramayu Coal Electric Steam Power Plant (PLTU) is one of the power plants located in West Java Province with a capacity of 3x330 Megawatts (MW) and has been operating since 2011. This study aims to (1) identify positive and negative externalities due to PLTU Indramayu activities perceived by the community using qualitative descriptive analysis. (2) estimate the economic losses borne by the community due to PLTU Indramayu activities using the cost of illness and loss of earnings methods. (3) estimate the amount of compensation that the community is willing to accept using the Contingent Valuation Method (CVM). (4) analyze factors that influence the amount of compensation using ordinal logistic regression analysis. The perceived positive externalities can be seen from the economic, social, and cultural aspects. The perceived negative externalities include a decrease in air quality, water quality, noise, disturbance of comfort, and losses experienced. The cost of illness and loss of earnings borne by the community are Rp 570.010.000/year and Rp 274.493.214/year, respectively. The estimated average value of respondents’ Willingness to Accept (WTA) is Rp 552.000/household/year. The factors that influence the respondents’ WTA scores are distance from residence, total loss, positive externalities, and gender.