Show simple item record

dc.contributor.advisorQadir, Abdul
dc.contributor.advisorSuhartanto, M. Rahmad
dc.contributor.advisorArdie, Sintho Wahyuning
dc.contributor.authorLainufar, Putri Aulia
dc.date.accessioned2021-08-30T16:32:43Z
dc.date.available2021-08-30T16:32:43Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/108984
dc.description.abstractMilet (Setaria italica (L.) Beauv) merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki kandungan nutrisi baik seperti karbohidrat sebesar 72% - 84,2%, protein 9,9% - 12,07%, lemak 2,38% - 4,90%, dan serat kasar 1,4% - 10%. Milet memiliki potensi sebagai pangan fungsional, namun masih kurang dimanfaatkan di Indonesia. Salah satu faktor yang menjadi tantangan dalam pengembangan millet adalah rendahnya mutu benih. Benih bermutu dapat ditingkatkan salah satunya dengan cara memanen benih sesuai kriteria warna malai tertentu dan waktu pengeringan, segmentasi benih yang tepat serta apabila dormansi benih telah patah. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2019 sampai September 2020, di Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor. Percobaan pertama bertujuan untuk menentukan kriteria panen benih berdasarkan perubahan warna malai dan menentukan waktu pengeringan benih dengan silika gel yang tepat. Percobaan pertama menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor. Faktor pertama warna malai (hijau, 75% kekuningan, cokelat), faktor kedua waktu pengeringan (0, 24, 48 dan 72 jam). Percobaan kedua bertujuan untuk menentukan segmentasi benih dengan viabilitas dan vigor yang tinggi. Percobaan kedua menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal yaitu segmentasi benih (1/3 pangkal, 1/3 tengah, dan 1/3 ujung). Percobaan ketiga bertujuan untuk mengidentifikasi dormansi benih dan metode pematahan yang efektif pada benih milet. Percobaan ketiga menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal yaitu perlakuan dormansi benih (kontrol, Aquades, KNO3 0,1 % selama 24 jam, KNO3 0,5 % selama 24 jam dan GA3 100 ppm selama 24 jam). Hasil penelitian menunjukkan kualitas benih tertinggi pada genotipe BOTOK 4 dan BOTOK 10 diperoleh pada saat malai berwarna cokelat dan dikeringkan selama 72 jam. Pada kondisi tersebut, kandungan klorofil benih mencapai minimum dan kadar air 8,8%, dengan viabilitas dan vigor tertinggi (daya berkecambah 88,3% - 90%, potensi tumbuh maksimum 92% - 95,3%, berat kering kecambah normal 0,66 mg, indeks vigor 33,6% - 21,6%, kecepatan tumbuh 18,2% - 17,1% et mal-1 ). Viabilitas dan vigor benih tertinggi pada genotipe BOTOK 4 diperoleh dari segmentasi pangkal malai dan genotipe BOTOK 10 dari segmentasi tengah malai. Metode pematahan dormansi yang efektif pada masing-masing genotipe yaitu perendaman menggunakan KNO3 0,1% selama 24 jam. BOTOK 4 memiliki persentase viabilitas dan vigor tertinggi yaitu daya berkecambah 92,5%, potensi tumbuh maksimum 96%, indeks vigor 69%, kecepatan tumbuh 10,9% et mal-1 , intensitas dormansi 3,50% dan berat kering kecambah normal 0,031 g. BOTOK 10 memiliki persentase tertinggi yaitu daya berkecambah 91,5%, potensi tumbuh maksimum 94%, indeks vigor 69,5%, kecepatan tumbuh 11,1% et mal-1 , intensitas dormansi 4,50% dan berat kering kecambah normal 0,032 g.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePenentuan Kriteria Panen dan Waktu Pengeringan, Segmentasi Benih, serta Pematahan Dormansi pada Benih Milet (Setaria italica (L.) Beauv.)id
dc.title.alternativeDetermination of Harvest Criteria and Drying Time, Seed Position, and Dormancy breaking of Millet Seeds (Setaria italica (L.) Beauv.)id
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddormancyid
dc.subject.keywordphysiological qualityid
dc.subject.keywordseedid
dc.subject.keywordviabilityid
dc.subject.keywordvigorid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record