Penentuan Kriteria Panen dan Waktu Pengeringan, Segmentasi Benih, serta Pematahan Dormansi pada Benih Milet (Setaria italica (L.) Beauv.)
Date
2021Author
Lainufar, Putri Aulia
Qadir, Abdul
Suhartanto, M. Rahmad
Ardie, Sintho Wahyuning
Metadata
Show full item recordAbstract
Milet (Setaria italica (L.) Beauv) merupakan salah satu tanaman serealia
yang memiliki kandungan nutrisi baik seperti karbohidrat sebesar 72% - 84,2%,
protein 9,9% - 12,07%, lemak 2,38% - 4,90%, dan serat kasar 1,4% - 10%. Milet
memiliki potensi sebagai pangan fungsional, namun masih kurang dimanfaatkan di
Indonesia. Salah satu faktor yang menjadi tantangan dalam pengembangan millet
adalah rendahnya mutu benih. Benih bermutu dapat ditingkatkan salah satunya
dengan cara memanen benih sesuai kriteria warna malai tertentu dan waktu
pengeringan, segmentasi benih yang tepat serta apabila dormansi benih telah patah.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2019 sampai September 2020,
di Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor. Percobaan pertama
bertujuan untuk menentukan kriteria panen benih berdasarkan perubahan warna
malai dan menentukan waktu pengeringan benih dengan silika gel yang tepat.
Percobaan pertama menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor.
Faktor pertama warna malai (hijau, 75% kekuningan, cokelat), faktor kedua waktu
pengeringan (0, 24, 48 dan 72 jam). Percobaan kedua bertujuan untuk menentukan
segmentasi benih dengan viabilitas dan vigor yang tinggi. Percobaan kedua
menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal yaitu segmentasi benih (1/3
pangkal, 1/3 tengah, dan 1/3 ujung). Percobaan ketiga bertujuan untuk
mengidentifikasi dormansi benih dan metode pematahan yang efektif pada benih
milet. Percobaan ketiga menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal
yaitu perlakuan dormansi benih (kontrol, Aquades, KNO3 0,1 % selama 24 jam,
KNO3 0,5 % selama 24 jam dan GA3 100 ppm selama 24 jam).
Hasil penelitian menunjukkan kualitas benih tertinggi pada genotipe
BOTOK 4 dan BOTOK 10 diperoleh pada saat malai berwarna cokelat dan
dikeringkan selama 72 jam. Pada kondisi tersebut, kandungan klorofil benih
mencapai minimum dan kadar air 8,8%, dengan viabilitas dan vigor tertinggi (daya
berkecambah 88,3% - 90%, potensi tumbuh maksimum 92% - 95,3%, berat kering
kecambah normal 0,66 mg, indeks vigor 33,6% - 21,6%, kecepatan tumbuh 18,2%
- 17,1% et mal-1
). Viabilitas dan vigor benih tertinggi pada genotipe BOTOK 4
diperoleh dari segmentasi pangkal malai dan genotipe BOTOK 10 dari segmentasi
tengah malai.
Metode pematahan dormansi yang efektif pada masing-masing genotipe
yaitu perendaman menggunakan KNO3 0,1% selama 24 jam. BOTOK 4 memiliki
persentase viabilitas dan vigor tertinggi yaitu daya berkecambah 92,5%, potensi
tumbuh maksimum 96%, indeks vigor 69%, kecepatan tumbuh 10,9% et mal-1
,
intensitas dormansi 3,50% dan berat kering kecambah normal 0,031 g. BOTOK 10
memiliki persentase tertinggi yaitu daya berkecambah 91,5%, potensi tumbuh
maksimum 94%, indeks vigor 69,5%, kecepatan tumbuh 11,1% et mal-1
, intensitas
dormansi 4,50% dan berat kering kecambah normal 0,032 g.
Collections
- MT - Agriculture [3514]