Pengembangan Sistem Resirkulasi (RAS) dengan Aplikasi Nanobubble untuk Mendukung Produksi Benih Ikan Kerapu
Abstract
Sistem akuakultur benih ikan berperan penting dalam industri budidaya ikan kerapu di Indonesia. Salah satu sistem akuakultur unggul dan sesuai yang dapat digunakan dalam pendederan ikan adalah sistem resirkulasi (recirculating aquaculture system, RAS). Nannobubble system (NBs) merupakan sistem yang dapat menghasilkan gelembung kecil dengan diameter <200 nm dan tetap stabil dalam air untuk waktu yang lama. Sinergi antara RAS dan NBs ini diharapkan dapat meningkatkan padat tebar dan kinerja produksi benih ikan kerapu hibrida cantik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja sistem pendederan ikan kerapu cantik berpadat tebar tinggi berbasis sistem pergantian air, resirkulasi, serta perpaduan antara resirkulasi dan nannobubble melalui kajian kinerja produksi dan fisiologi.
Penelitian ini menggunakan benih ikan kerapu berumur sekitar satu bulan berukuran 3,51±0,05 cm yang berasal dari hatchery di Situbondo. Benih ikan dipelihara dalam akuarium RAS berukuran 1,5 m × 0,5 m × 0,5 m. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan faktorial dengan dua faktor, yaitu padat tebar dan sistem budidaya. Padat tebar yang diuji adalah 500, 600, dan 700 ekor m-3, sedangkan sistem yang diuji terdiri dari RAS tanpa NBs, RAS menggunakan NBs dan Kontrol (pergantian air 200%). Setiap perlakuan diulang tiga kali, sehingga diperlukan 27 unit akuarium.
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menguji efektivitas NBs, yakni dengan mengukur oksigen terlarut (dissoloved oxygen, DO) dan tingkah laku ikan di air dalam akuarium RAS yang telah dilengkapi NBs yang dinyalakan selama 1, 2, dan 3 jam. DO diukur selama 12 jam setelah NBs dinyalakan, dan tingkah laku ikan diamati mencakup pergerakan ikan, bukaan operkulum, dan nafsu makan selama 7 hari pemeliharaan. Data pada tingkah laku ikan dianalis secara semi kuantitatif dengan menggunakan skor berdasarkan kriteria pergerakan ikan, bukaan operkulum dan nafsu makan.
Pada penelitian utama, akuarium RAS diisi air yang telah di-treatment dengan natrium tiosulfat, diendapkan dan diaerasi selama 24 jam serta diberi probiotik tiga hari sebelum tebar benih. Sistem ini dilengkapi dengan filter fisik (green wool), filter kimia (zeolit) dan biofilter (bio ring ceramic, bioball). Benih ikan kerapu cantik ditebar ke dalam akuarium sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Benih ikan dipelihara selama 30 hari dan diberi pakan berupa pelet tenggelam ukuran 1,5 mm, dengan kandungan protein 48%. Setiap 10 hari dilakukan pengambilan contoh ikan sebanyak 10% dari jumlah total ikan hidup, untuk mengetahui bobot dan panjang tubuh ikan. Parameter uji yang diamati mencakup fisika-kima air (suhu, salinitas, oksigen terlarut, amonia, nitrit, dan nitrat), respons fisiologis (tingkat konsumsi oksigen dan glukosa darah), kinerja produksi (pertumbuhan, kelangsungan hidup, rasio konversi pakan, dan produktivitas), histologi insang, dan tigkah laku ikan.
Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa NBs mampu meningkatkan DO hingga 18,23 mg L-1. Nanobubble yang dinyalakan selama 3 jam dapat memberikan DO yang stabil selama 12 jam. Tingkah laku ikan pada frekuensi
2 kali sehari dan total waktu 6 jam alat menyala memiliki nilai 9,0 (direkomendasikan), serta memiliki nilai TKH sebesar 97,4%. Suhu, salinitas, dan pH air selama penelitian pendahuluan masing-masing adalah 27,2-30,7 °C, 25,0- 27,9 g L-1, dan 8,2.
Hasil penelitian utama terkait fisika-kimia air menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan NBs terbukti dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut yang lebih tinggi mencapai 12 mg L-1. Nilai pH cenderung turun hingga akhir pemeliharaan, kecuali pada perlakuan kontrol dengan nilai berkisar antara 7,8 sampai 8,3. Nilai salinitas cenderung mengalami kenaikan, kenaikan nilai salinitas tertinggi ditunjukkan oleh semua perlakuan kontrol, pada hari ke 20 berkisar antara 31,0- 30,7 g L-1 dan pada hari ke-30 sebesar 32 g L-1.
Respons fisiologi ikan berupa kadar glukosa darah pada perlakuan 7K memiliki nilai tertinggi mencapai 98,3±35,0 mg dL-1. Tingkat konsumsi oksigen tertinggi adalah perlakuan 7K dan secara keseluruhan mengalami penurunan dari awal pemeliharaan. Histologi jaringan insang pada penelitian ini menunjukkan banyak ditemukan sel goblet/sel mukus, clubbing, fusi lamela sekunder pada ujung filamen insang, deskuamasi sel epitel insang dan infeksi ektoparasit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 6RN (pemeliharaan menggunakan RAS dan NBs dengan padat tebar 600 m2) menunjukkan hasil yang terbaik terhadap kinerja pertumbuhan ikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil nilai LPS 4,25±0,07 % h-1, RKP 1,11, TKH 100% dan Produktivitas 2,78 kg m-2. Hasil analisis koefisien keragaman ikan kerapu yang dipelihara selama 30 hari menunjukkan bahwa perlakuan 5RN memiliki nilai KVP terendah sebesar 1,87% dan perlakuan 7RN memiliki nilai KVB terendah sebesar 6,50%. Pola pertumbuhan ikan pada penelitian ini menunjukkan hasil alometrik negatif kecuali perlakuan 6R dan 5K dengan pola pertumbuhan isometrik. Pemeliharaan menggunakan RAS dan NBs dengan padat tebar 600 ekor m-3 (6RN) menunjukkan hasil kinerja pertumbuhan ikan yang terbaik.
Kata kunci: ikan kerapu, pendederan, produksi, system akuakultur
Collections
- MT - Fisheries [2875]