Show simple item record

dc.contributor.advisorSupriyono, Eddy
dc.contributor.advisorNirmala, Kukuh
dc.contributor.advisorHastuti, Yuni Puji
dc.contributor.authorMunandar, Aris
dc.date.accessioned2021-08-13T00:58:14Z
dc.date.available2021-08-13T00:58:14Z
dc.date.issued2021-08-12
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/108371
dc.description.abstractSiput mata bulan (Turbo crystostomus Linnaeus, 1758) merupakan salah satu invertebrata dari kelas Gastropoda yang tersebar di kawasan Indonesia timur meliputi Nusa Tenggara, Maluku, Papua dan Sulawesi. Siput mata bulan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga pemanfaatannya semakin meningkat oleh masyarakat. Pemanfaatan siput mata bulan makin meningkat sehingga perlu dilakukan kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya perlu dikaji lebih dalam sebagai upaya mempertahankan populasi siput mata bulan di alam. Kondisi media budidaya, terutama kualitas air, secara fisiologis memiliki peran penting dalam pengembangan gastropoda yang berhasil melewati fase embrio untuk menjadi larva maupun anakan atau juvenil. Stadia juvenil merupakan salah satu stadia yang rentan terhadap perubahan lingkungan. Beberapa faktor menjadi penentu dalam kegiatan budidaya, salah satunya adalah parameter kualitas air yaitu salinitas. Salinitas mempengaruhi kehidupan gastropoda secara horisontal dan vertikal. Mencari salinitas terbaik untuk pertumbuhan siput mata bulan perlu dilakukan sebagai alternatif usaha budidaya mulai dari proses pembenihan sampai pada proses pemeliharaannya untuk skala produksi. Salinitas yang diperlukan setiap biota laut berbeda. Salinitas akan berpengaruh secara langsung terhadap proses metabolisme tubuh, terutama osmoregulasi biota perairan. Salinitas yang optimal akan menunjang kinerja produksi yang maksimal bagi proses budidaya siput mata bulan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan salinitas terhadap respons fisiologis dan kinerja produksi pada juvenil siput mata bulan. Selain itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk memberikan informasi terkait pengaruh salinitas secara spesifik terhadap budidaya siput mata bulan pada stadia juvenil. Penelitian dilakukan di Balai Bio Industri Laut LIPI (BBIL LIPI) Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada bulan November 2019 hingga Maret 2020. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan salinitas yang berbeda, yaitu 26 ppt (A), 29 ppt (B), 32 ppt (C), dan 35 ppt (D) dengan empat ulangan tiap perlakuan. Wadah penelitian menggunakan 16 boks kontainer dengan volume air 60 L setiap wadah. Biota uji yang digunakan yaitu juvenil siput mata bulan dengan jumlah 800 ekor yang berumur dua bulan dengan rata-rata panjang 1,65±0,26 mm dan lebar 1,39±0,24 mm dengan jumlah padat tebar 50 ekor per wadah. Siput dipelihara selama 90 hari dan diberi pakan mikroalga jenis Navicula sp. dan Gracilaria sp.. Pergantian air dilakukan setiap dua hari sekali, pergantian pertama sebanyak 50% dari volume air dan pergantian kedua sebanyak 100% dari volume air. Paramater yang diuji pada penelitian ini yaitu kualitas air (suhu, pH, dan DO), kinerja produksi (tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan mutlak cangkang dan laju pertumbuhan spesifik cangkang), dan respons fisiologis (kadar glukosa tubuh dan kerapuhan sel hemolimph). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air masih dalam kisaran normal bagi kehidupan siput mata bulan, yaitu suhu 26,90-27,380C, pH 7,98-8,00, dan DO 4,54-4,77 ppm. Salinitas berpengaruh nyata terhadap parameter kinerja produksi yang diuji. Tingkat kelangsungan hidup dengan nilai tertinggi pada perlakuan salinitas 35 ppt (D) yaitu sebesar 55,00±1,73%, dan tingkat kelangsungan hidup terendah pada salinitas 26 ppt (A) sebesar 26,50±2,22%. Pertumbuhan panjang mutlak cangkang rata-rata 3,97±0,09-7,58±0,41 mm, dengan nilai terendah diperoleh pada perlakuan A dan nilai tertinggi pada perlakuan D. Pola yang sama juga diperoleh pada pertumbuhan lebar mutlak cangkang dengan rata-rata 3,63±0,05-7,43±0,42 mm. Laju pertumbuhan panjang spesifik (PPS) cangkang tertinggi pada hari ke-30, 60 dan 90 berturut-turut sebesar 1,46±0,10%, 2,33±0,20%, dan 1,88±0,13% yang diperoleh dari perlakuan D. Laju pertumbuhan lebar spefisik (PLS) cangkang tertinggi pada hari ke-30 diperoleh dari perlakuan D sebesar 1,64±0,13%, pada hari ke-60 diperoleh dari perlakuan C sebesar 2,66±0,19%, dan pada hari ke-90 diperoleh dari perlakuan C sebesar 2,01±0,12%. Respon fisiologis berupa kadar glukosa tubuh tertinggi pada perlakuan A yaitu sebesar 33,51±2,21% dan terendah pada perlakuan D sebesar 14,04±1,87%. Sedangkan nilai kerapuhan sel hemolimph siput mata bulan terendah pada perlakuan D yaitu sebesar 44,78±3,70% dan tertinggi pada perlakuan A sebesar 87,55±1,34%. Salinitas berpengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan, kadar glukosa tubuh dan kerapuhan sel hemolimph siput mata bulan pada stadia juvenil. Kondisi terbaik sebagai media budidaya juvenil siput mata bulan yakni pada salinitas 32-35 ppt. Salinitas 35 ppt merupakan perlakuan terbaik pada penelitian ini.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleEvaluasi Perbedaan Salinitas terhadap Respons Fisiologis dan Kinerja Produksi Juvenil Siput Mata Bulan (Turbo chrysostomus Linnaeus, 1758)id
dc.title.alternativeEvaluation of Salinity Differences on Physiological Responses and Production Performance of Juvenile Gold-mouth Snails (Turbo chrysostomus Linnaeus, 1758)id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordjuvenile snailid
dc.subject.keywordphysiologycal responsesid
dc.subject.keywordproduction performanceid
dc.subject.keywordgoldmouth snailid
dc.subject.keywordsalinityid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record